Iran Imbau DK PBB Paksa AS Akhiri Aksi Destabilisasi Teluk Persia
loading...
A
A
A
NEW YORK - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) dan komunitas internasional harus memaksa Amerika Serikat (AS) untuk mengakhiri tindakan destabilisasi di wilayah Teluk Persia. Imbauan itu disampaikan Kuasa Usaha Iran untuk PBB Eshagh Al-Habib.
"Karena petualangan militer semacam itu jelas bertentangan dengan Tujuan dan Prinsip Perserikatan Bangsa-Bangsa dan memiliki konsekuensi serius bagi perdamaian dan keamanan regional dan internasional," ujarnya.
"Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa diharapkan memaksa Amerika Serikat untuk mematuhi prinsip dan aturan hukum internasional dan menghentikan tindakan yang melanggar hukum ini," imbuhnya.
"Demikian pula, masyarakat internasional harus menuntut agar Amerika Serikat mengakhiri tindakan destabilisasi di kawasan yang bergejolak seperti Teluk Persia," kata Al-Habib, seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (1/1/2021).
Diplomat itu menyebutkan bahwa Teheran tidak mencari konflik, sementara perilaku Washington telah memperburuk lingkungan keamanan yang sudah tegang di Timur Tengah.
Surat Al-Habib ditujukan kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan kepala Dewan Keamanan, Jerry Matjila.
Dalam sebuah surat tertanggal 31 Desember, diplomat Iran itu mengatakan bahwa "petualangan militer" AS di Teluk Persia dan Laut Oman semakin meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Secara khusus, Al-Habib menunjuk penerbangan pembom strategis jarak jauh AS di wilayah tersebut dan serangkaian kampanye disinformasi melawan Teheran.
Diwartakan sebelumnya AS menerbangkan dua pesawat pembom strategis B-52 di atas Teluk pada Rabu untuk kedua kalinya dalam bulan ini. Sepasang pesawat berbahaya itu berkeliaran setelah sebelumnya Presiden Donald Trump mengancam Iran sebagai respons atas rentetan serangan roket di kompleks Kedutaan AS di Irak pekan lalu.
Seorang perwira senior militer AS mengatakan penerbangan dua pembom B-52 Angkatan Udara itu sebagai tanggapan atas sinyal bahwa Iran mungkin merencanakan serangan terhadap target AS dan sekutunya di Irak atau di tempat lain di kawasan itu dalam beberapa hari mendatang, bahkan ketika Presiden terpilih Joe Biden bersiap untuk menjabat.(Baca juga: Trump Ancam Iran, Dua Pembom B-52 AS Berkeliaran di Teluk )
Tidak hanya itu, AS juga mengirimkan kapal selam bertenaga nuklir, USS Georgia, transit di Selat Hormuz pada hari Senin disertai dengan dua kapal perang tambahan.
Angkatan Laut Amerika membuat pengumuman publik yang langka tentang pergerakan kapal selam nuklir di perairan dekat wilayah Iran itu.
"Kapal selam berpeluru kendali kelas Ohio; USS Georgia (SSGN 729), bersama dengan kapal penjelajah berpeluru kendali USS Port Royal (CG 73) dan USS Philippine Sea (CG 58), transit di Selat Hormuz memasuki wilayah Teluk Arab, 21 Desember," kata Angkatan Laut dalam sebuah pernyataan menggunakan nama alternatif untuk Teluk Persia.(Baca juga: AS Gertak Iran dengan Kapal Selam Nuklir Bersenjata Rudal Tomahawk )
"Karena petualangan militer semacam itu jelas bertentangan dengan Tujuan dan Prinsip Perserikatan Bangsa-Bangsa dan memiliki konsekuensi serius bagi perdamaian dan keamanan regional dan internasional," ujarnya.
"Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa diharapkan memaksa Amerika Serikat untuk mematuhi prinsip dan aturan hukum internasional dan menghentikan tindakan yang melanggar hukum ini," imbuhnya.
"Demikian pula, masyarakat internasional harus menuntut agar Amerika Serikat mengakhiri tindakan destabilisasi di kawasan yang bergejolak seperti Teluk Persia," kata Al-Habib, seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (1/1/2021).
Diplomat itu menyebutkan bahwa Teheran tidak mencari konflik, sementara perilaku Washington telah memperburuk lingkungan keamanan yang sudah tegang di Timur Tengah.
Surat Al-Habib ditujukan kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan kepala Dewan Keamanan, Jerry Matjila.
Dalam sebuah surat tertanggal 31 Desember, diplomat Iran itu mengatakan bahwa "petualangan militer" AS di Teluk Persia dan Laut Oman semakin meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Secara khusus, Al-Habib menunjuk penerbangan pembom strategis jarak jauh AS di wilayah tersebut dan serangkaian kampanye disinformasi melawan Teheran.
Diwartakan sebelumnya AS menerbangkan dua pesawat pembom strategis B-52 di atas Teluk pada Rabu untuk kedua kalinya dalam bulan ini. Sepasang pesawat berbahaya itu berkeliaran setelah sebelumnya Presiden Donald Trump mengancam Iran sebagai respons atas rentetan serangan roket di kompleks Kedutaan AS di Irak pekan lalu.
Seorang perwira senior militer AS mengatakan penerbangan dua pembom B-52 Angkatan Udara itu sebagai tanggapan atas sinyal bahwa Iran mungkin merencanakan serangan terhadap target AS dan sekutunya di Irak atau di tempat lain di kawasan itu dalam beberapa hari mendatang, bahkan ketika Presiden terpilih Joe Biden bersiap untuk menjabat.(Baca juga: Trump Ancam Iran, Dua Pembom B-52 AS Berkeliaran di Teluk )
Tidak hanya itu, AS juga mengirimkan kapal selam bertenaga nuklir, USS Georgia, transit di Selat Hormuz pada hari Senin disertai dengan dua kapal perang tambahan.
Angkatan Laut Amerika membuat pengumuman publik yang langka tentang pergerakan kapal selam nuklir di perairan dekat wilayah Iran itu.
"Kapal selam berpeluru kendali kelas Ohio; USS Georgia (SSGN 729), bersama dengan kapal penjelajah berpeluru kendali USS Port Royal (CG 73) dan USS Philippine Sea (CG 58), transit di Selat Hormuz memasuki wilayah Teluk Arab, 21 Desember," kata Angkatan Laut dalam sebuah pernyataan menggunakan nama alternatif untuk Teluk Persia.(Baca juga: AS Gertak Iran dengan Kapal Selam Nuklir Bersenjata Rudal Tomahawk )
(ber)