Rusia Operasikan Sistem Rudal S-500 'Si Pembunuh F-35' Tahun Depan

Kamis, 03 Desember 2020 - 08:12 WIB
loading...
Rusia Operasikan Sistem Rudal S-500  Si Pembunuh F-35 Tahun Depan
Pesawat jet tempur siluman F-35 Lightning II Lockheed Martin Amerika Serikat. Foto/REUTERS/Gary Cameron
A A A
MOSKOW - Rusia bersiap mengoperasikan sistem pertahanan rudal S-500 yang dijuluki "pembunuh jet tempur siluman F-35 " mulai tahun depan. Rencana ini akan memicu kewaspadaan dan kecemasan di pihak Amerika Serikat (AS) yang selama ini membanggakan kehebatan jet tempur siluman generasi kelima tersebut.

S-500 adalah versi lanjutan dari S-400, yang saat ini digunakan oleh tentara Rusia. S-500 telah lama diharapkan untuk digunakan bersama S-400 pada tahun-tahun mendatang. (Baca: China Ancam Australia dengan 'Hukuman Abadi', Seteru Kian Memanas )

Wakil Kepala Angkatan Udara Rusia, Letnan Jenderal Andrei Yudin, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Kementerian Pertahanan Krasnaya Zvezda, bahwa pekerjaan pengembangan sistem rudal S-500 akan selesai pada tahun 2021.

"Perlu dicatat bahwa pekerjaan untuk mengembangkan pertahanan udara mobile S-500 dan sistem rudal anti-balistik dijadwalkan selesai pada tahun 2021," kata jenderal itu, yang dilansir kantor berita TASS, kemarin.

Dikenal sebagai "F-35 killer", S-500 akan menampilkan peluru kendali (rudal) jarak jauh 40N6 yang mampu menyerang target hingga sejauh 155 mil. Ia akan dapat mendeteksi dan menyerang hingga 10 hulu ledak rudal balistik yang terbang dengan kecepatan lebih dari empat mil per detik.

Almaz-Antey, sebuah perusahaan milik negara Rusia yang merancang S-500 Prometey (55R6M Triumfator-M), mengklaim S-500 mampu menembak jatuh satelit orbit rendah dan jenis pesawat ruang angkasa tertentu di dekat stasiun luar angkasa. (Baca: Israel Terima Kapal Perang Tercanggih saat Seteru dengan Iran Memanas )

"Karakteristik yang melekat pada rudal surface-to-air (permukaan-ke-udara) S-500 memungkinkan untuk menghancurkan senjata hipersonik dari semua modifikasi, termasuk di dekat ruang angkasa," kata Sergei Surovikin, kepala Pasukan Dirgantara Rusia kepada Red Star, media Kementerian Pertahanan.

"S-500 dapat diklasifikasikan sebagai generasi pertama sistem pertahanan antariksa karena di masa depan akan mampu menghancurkan satelit orbit rendah dan senjata ruang angkasa,” ujarnya.

Sebelumnya, selama forum Army 2020 di Rusia, Wakil Perdana Menteri Rusia Yuri Borisov mengungkapkan bahwa S-500 sudah menjalani uji coba negara dan pekerjaan sedang dilakukan untuk membeli suku cadang untuk produksi serialnya.

Media pemerintah Rusia, Sputnik, melaporkan misil dari S-500 berbahan bakar padat dengan sistem dua tahap dan panjangnya 30 kaki, yang akan mampu meluncur dengan kecepatan sembilan kali kecepatan suara, mencegat target yang bergerak dengan kecepatan 15,6 Mach.

S-500 adalah suplemen untuk S-400 dan pengganti rudal anti-balistik A-135 dan dapat membuat sistem pertahanan rudal AS seperti Patriot dan THAAD serta pesawat siluman generasi kelima menjadi usang.

"S-500 merupakan pukulan terhadap prestise Amerika," kata kepala insinyur Almaz-Antey, Pavel Sozinov. "Sistem kami menetralkan senjata ofensif Amerika, dan melampaui semua sistem anti-udara dan anti-rudal Amerika yang sangat digemari.” (Baca juga: Bisa Lenyapkan Senjata Hipersonik, Sistem Rudal S-500 Rusia Tak Tertandingi )

S-400 mulai beroperasi pada tahun 2007. Selama ini, Kremlin tidak pernah menunjukkan niat serius untuk mengganti S-300 atau S-400 dengan S-500. Senjata itu selalu ditampilkan sebagai kelas sistem pertahanan udara yang berbeda untuk secara andal mencegat ancaman strategis paling berbahaya. S-500 akan memiliki waktu respons sekitar 3-4 detik, yang jauh lebih singkat daripada S-400 yang membutuhkan waktu 9-10 detik.

“Dengan unit S-400 yang masih dikirim ke resimen anti-pesawat di seluruh Rusia dan diekspor ke seluruh dunia, mengganti S-400 secara luas dengan S-500 yang lebih mahal akan menjadi komitmen finansial dan logistik yang sangat besar. Sementara pengenalan S-300 dan S-400 dipisahkan sekitar tiga dekade, ini akan menjadi siklus peningkatan singkat yang tidak normal hanya 10 tahun," kata Mark Episkopos, seorang analis pertahanan dalam tulisannya di The National Interest.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1727 seconds (0.1#10.140)