Kasus Corona Menurun, Prancis dan Spanyol Perlonggar Lockdown

Senin, 11 Mei 2020 - 10:26 WIB
loading...
Kasus Corona Menurun, Prancis dan Spanyol Perlonggar Lockdown
Foto kombinasi para petugas medis mengenakan alat pelindung diri memperlihatkan foto wajah agar dikenali pasien Covid-19 di Calella dan Blanes, Spanyol, kemarin. Foto/Reuters
A A A
NEW YORK - Pada saat lebih dari empat juta kasus virus corona (Covid-19) telah dilaporkan di seluruh dunia dengan jumlah korban meninggal dunia mencapai 277.000 orang, Prancis dan Spanyol memilih memperlonggar lockdown, meskipun banyak negara mengkhawatirkan terjadi pandemi corona gelombang kedua.

Berdasarkan data yang dilaporkan Universitas Johns Hopkins, Amerika Serikat (AS) masih menjadi negara yang paling terdampak dengan jumlah seperempat dari kasus di seluruh dunia dan sepertiga dari jumlah kematian di seluruh dunia. Para pakar memperingatkan jumlah kasus yang sebenarnya kemungkinan lebih tinggi, sebab jumlah pengetesan yang rendah di banyak negara membuat data itu menjadi tidak tepat.

Jumlah kematian dalam sehari terus menurun di sejumlah negara, termasuk Spanyol dan Prancis. Pekan ini, beberapa langkah pembatasan mulai dilonggarkan di Italia, negara yang pernah menjadi episentrum global pandemi ini. Para warga Italia diperbolehkan berolahraga di luar rumah dan mengunjungi kerabat di wilayah mereka.

Kasus Corona Menurun, Prancis dan Spanyol Perlonggar Lockdown


Namun, ada kekhawatiran bahwa relaksasi pembatasan selama karantina wilayah akan menyebabkan “gelombang kedua” kasus-kasus Covid-19. Selain itu, pemerintah bersiap akan kejatuhan ekonomi ketika pandemi menghantam pasar global dan rantai pasokan.

Prancis melaporkan jumlah kematian harian terendah mereka dengan 80 orang meninggal selama 24 jam terakhir. Jumlah warga yang dirawat di instalasi perawatan kritis hanya 38 orang, tapi jumlah korban meninggal di Prancis mencapai 26.310 orang.

Pihak berwenang di Prancis menyiapkan pelonggaran pembatasan pada Senin (hari ini), sama seperti di negara tetangga Spanyol. Langkah itu dilakukan setelah memberlakukan lockdown selama delapan pekan. Namun demikian, direktoran kesehatan Prancis memperingatkan epidemi korona masih aktif dan virus ini masih bisa menyebar di banyak wilayah di negara tersebut.

Dalam pelonggaran isolasi wilayah, warga Prancis yang bisa bekerja di rumah diminta tetap tidak pergi ke kantor. Warga yang bepergian dengan transportasi publik wajib menggunakan masker. Di tempat kerja, jaga jarak sosial juga wajib dilaksanakan.

“Situasinya masih tegang, kita hanya memiliki margin yang kecil,” kata Philippe Juvin, kepala pelayanan darurat di rumah sakit George Pompidou, Paris, dilansir Reuters. Dia mengatakan, pihak otoritas kesehatan harus siap menghadapi pandemi gelombang kedua. Apalagi empat kawasan di Prancis, termasuk Paris masih masuk zona merah.

Jumlah korban pasien Covid-19 yang meninggal di Spanyol juga mencapai titik terendah sejak pertengahan Maret lalu, yakni 179 orang pada Sabtu lalu. Jumlah korban meninggal di Italia mencapai 26.478 orang dan kasus positif mencapai 223.578 orang.

Spanyol mulai memberlakukan fase pertama pelonggaran lockdown di mana warga bisa bepergian ke luar provinsi. Namun, pertemuan di atas 10 orang tetap dilarang. “Kita berhasil merebut kembali 99% tanah yang dikuasai virus,” kata Perdana Menteri (PM) Spanyol Pedro Sanchez. Namun, dia memperingatkan masyarakat yang bergerak pada pelonggaran lockdown fase satu agar tetap berhati-hati dan waspada.

Restoran dan toko akan kembali dibuka dengan jumlah pengunjung yang dibatasi di beberapa wilayah Spanyol. Museum dan hotel juga akan beroperasi kembali untuk pertama kalinya setelah lockdown selama dua bulan. Namun, Madrid dan Barcelona belum memberlakukan pelonggaran lockdown. “Warga Spanyol tidak berpikir itu sebagai perlombaan karena Madrid bisa mempelonggar lockdown dalam satu pekan mendatang,” kata Kepala Pusat Kesehatan Darurat Fernando Simon.

Sementara itu, karantina wilayah terus berlangsung di negara-negara seperti Afrika Selatan, meski ada desakan dari partai oposisi untuk mengakhirinya. Di Korea Selatan (Korsel), pembatasan bagi bar dan klub diberlakukan setelah adanya laporan transmisi virus Covid-19 di area pariwisata Seoul. Itu dilakukan setelah Korsel melaporkan 34 kasus virus corona kemarin. Hal itu menjadi jumlah tertinggi dalam satu bulan terakhir.

Presiden Korsel Moon Jae-in memperingatkan gelombang kedua epidemi corona pada akhir tahun atau musim dingin ini. Dia mengatakan, klaster persebaran virus corona bisa menyebar dengan cepat. “Ini belum berakhir. Kita harus waspada hingga akhir tahun. Kita tidak boleh melemahkan penjagaan terhadap pencegahan epidemi ini,” katanya.

Moon menegaskan, Korsel dalam status perang jangka panjang. Dia meminta warga agar selalu mematuhi protokol kesehatan. Perluasan pengujian Covid-19, pelacakan pasien yang terinfeksi menjadi prioritas yang dilakukan Korsel. “Kita akan membangun rumah sakit khusus penyakit menular dan pusat penelitian penyakit menular,” katanya.

Sementara itu, seorang pejabat senior China Direktur Komisi Kesehatan Nasional China, Li Bin, mengatakan kepada media lokal bahwa pandemi ini adalah sebuah ujian besar yang menunjukkan kelemahan sistem kesehatan di negara itu. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0975 seconds (0.1#10.140)