Raja Thailand Diam-diam Dibawa ke RS setelah Bodyguard Positif Covid-19

Sabtu, 24 Oktober 2020 - 00:00 WIB
loading...
Raja Thailand Diam-diam Dibawa ke RS setelah Bodyguard Positif Covid-19
Raja Maha Vajiralongkorn dari Thailand bersama Ratu Suthida saat merayakan Hari Chakra. Foto/REUTERS/Athit Perawongmetha/Pool
A A A
BANGKOK - Raja Thailand diam-diam dibawa ke rumah sakit (RS) pada pukul 02.00 dini minggu ini setelah salah satu bodyguard-nya dinyatakan positif Covid-19.

Surat kabar Jerman, Bild, pada Jumat (23/10/2020), melaporkan Raja Maha Vajiralongkorn dirawat di sebuah RS di Bangkok, namun telah meninggalkan RS tersebut pada Rabu dini hari. (Baca: Tinggalkan Hotel Isolasi, Raja Thailand Mudik Bareng 20 Selir )

Surat kabar tersebut—yang telah memecahkan banyak cerita tentang raja Thailand yang menghabiskan sebagian besar waktunya di Jerman—mengatakan bahwa salah satu bodyguard Vajiralongkorn baru-baru ini terjangkit virus corona setelah rombongan kerajaan terbang pulang ke Thailand.

Namun, alasan raja tetap dirawat di rumah sakit belum terungkap dan staf medis dilaporkan diberitahu untuk tetap diam tentang hal itu. (Baca: Hidup Enak Raja Thailand: Nikah 4 Kali, 20 Selir, Harta Rp490 Triliun )

Vajiralongkorn, 68, baru-baru ini kembali ke Thailand untuk menandai empat tahun sejak kematian ayahnya yang sangat dihormati, Raja Bhumibol Adulyadej.

Namun, menurut sebuah laporan, tidak ada seorang pun dalam rombongan raja yang dikarantina saat bodyguard-nya dinyatakan positif Covid-19. Rombongan itu termasuk istri raja, Ratu Suthida, dan putra sekaligus pewaris takhtanya; Pangeran Dipangkorn yang berusia 15 tahun.

Kunjungan langka raja dari Jerman ini bertepatan dengan protes anti-pemerintah dan bentrokan antara kaum royalis dan aktivis pro-demokrasi di Bangkok. (Baca: Kehidupan Raja Thailand dengan 20 Gundik, Selir Kerajaan dan Seorang Istri )

Beberapa pengunjuk rasa Thailand mengeluh tentang biaya tinggal raja di Eropa serta ketidakhadirannya di kerajaan.

Para pengunjuk rasa juga ingin mengurangi kekuasaan raja di bawah konstitusi, yang secara khusus memungkinkan dia untuk menjalankan kekuasaan ketika dia berada di luar Thailand tanpa menunjuk seorang regent.

Tuntutan mereka juga termasuk penghapusan kendali langsungnya atas kekayaan kerajaan senilai puluhan miliar dolar Amerika Serikat.

Meskipun media Jerman sering meliput tindakan raja di Jerman, detail kehidupannya di sana tidak dimuat di media Thailand. (Baca: Putra Mahkota Saudi Akan Dibunuh Rakyatnya Jika Normalisasi dengan Israel )

Thailand memiliki beberapa undang-undang pencemaran nama baik terberat di dunia untuk melindungi reputasi raja, dengan hukuman hingga 15 tahun bagi yang menghina monarki.

Awal bulan ini, Jerman mengeluarkan teguran dengan mengatakan bahwa politik tentang Thailand tidak boleh dilakukan dari tanah Jerman.

"Jika ada tamu di negara kami yang menjalankan bisnis negara mereka dari tanah kami, kami selalu ingin bertindak untuk menangkal itu," kata Menteri Luar Negeri Heiko Maas.

Uni Eropa menghentikan kontak di semua tingkatan dengan Thailand setelah kudeta 2014 tetapi melanjutkan pembicaraan perdagangan setelah pemilihan umum tahun lalu. (Baca juga: Mobil Dipasang Bom, Ulama Top Suriah Meninggal )

Maas mengatakan bahwa menghentikan negosiasi adalah "pilihan" untuk memberikan tekanan, tetapi akan tepat untuk berdiskusi dengan Thailand terlebih dahulu.

Laporan awal tahun ini mengatakan raja telah memesan seluruh lantai empat hotel Bavaria yang mencakup "ruang kesenangan" dan dihiasi dengan "harta karun dan barang antik" dari Thailand.

Raja tersebut dilaporkan didampingi "tentara seks" yang berkumpul sebagai satuan militer yang disebut SAS layaknya pasukan khusus Inggris—dengan motto yang sama; "Siapa yang berani menang".

Seorang pekerja hotel mengatakan staf dilarang mengakses lantai empat tempat raja dan rombongannya mendirikan kemah.

Ratu Suthida dilaporkan menghabiskan sebagian besar waktunya di Hotel Waldegg di Engelberg, Swiss, tanpa suaminya.

Ketika Thailand diguncang oleh kekacauan politik selama beberapa dekade, konstitusi mengatakan monarki harus dipegang dalam posisi pemujaan yang dihormati.

Vajiralongkorn naik takhta pada tahun 2016 setelah kematian ayahnya, Raja Bhumibol, yang telah memerintah sejak 1946.

Raja baru itu tidak secara resmi dinobatkan hingga Mei 2019 ketika dia diarak di atas panggung emas dalam prosesi enam setengah jam melewati Bangkok.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1721 seconds (0.1#10.140)