Sekjen PBB: Kesepakatan Nuklir Iran Penting untuk Keamanan Teluk
loading...
A
A
A
NEW YORK - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menekankan pentingnya kesepakatan nuklir Iran untuk menjaga keamanan di Teluk.
Berbicara dalam debat Dewan Keamanan PBB tentang situasi Teluk yang diinisiasi Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey, Guterres menyatakan, “Terkait stabilitas regional, isu non-proliferasi nuklir itu penting. Sejak awal.”
Dia menyatakan dukungannya pada kesepakatan nuklir Iran antara Iran dan Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, Jerman, China dan Rusia pada 2015. “Saya selalu melihat Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) sebagai instrumen penting melawan proliferasi nuklir dan keamanan regional,” ungkap Guterres, dilansir Memo.
JCPOA mendapat tekanan dalam beberapa tahun terakhir setelah pemerintahan Presiden Donald Trump menarik mundur AS dari kesepakatan itu pada 2018. (Baca Juga: Iran: Kami Tidak akan Kalap Membeli Senjata)
Penandatangan lain kesepakatan itu, termasuk PBB, tetap bertahan dengan kesepakatan itu dan menegaskan kembali komitmen mereka pada JCPOA sebagai alat penting bagi keamanan dan stabilitas kawasan. (Lihat Infografis: Jepang Komitmen Mendukung Pembangunan Infrastruktur Indonesia)
Guterres menyerukan dialog dan persatuan, mendorong penguatan kesepakatan dan mempertahankan ketentuannya. (Lihat Video: Berdesakan, Pencairan Bantuan Bagi UMKM di Tasikmalaya Ricuh)
“Mari kita bekerja untuk menciptakan iklim kepercayaan dan meningkatkan prospek dialog regional. Mari kita melangkah melampaui persaingan yang merusak dan mengenali apa yang mempersatukan kita,” kata dia.
Dia menambahkan, "Mari kita jaga kepentingan masyarakat di kawasan ini sebagai yang utama, aspirasi mereka untuk kebebasan, peluang, standar hidup dan perdamaian yang lebih baik. Ini, di atas segalanya, harus mendorong kita untuk mengintensifkan upaya bersama kita.”
Penentang kesepakatan nuklir menuduh Iran kemungkinan menggunakan persyaratannya untuk secara bertahap dan halus membangun kemampuan nuklirnya sambil menikmati bantuan keuangan dan keringanan sanksi selama 15 tahun kesepakatan yang disepakati.
Iran secara konsisten membantah tuduhan itu. Mereka bersikeras akan terus mematuhi persyaratan yang disepakati hingga tahun lalu, ketika memutuskan meningkatkan uranium yang diperkaya dan untuk mengembangkan sentrifugal sebagai pembalasan atas tindakan AS pada kesepakatan tersebut.
Meskipun Iran melanjutkan program nuklirnya, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah meyakinkan bulan ini bahwa Iran tidak memiliki cukup uranium yang diperkaya untuk membuat bom nuklir.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Berbicara dalam debat Dewan Keamanan PBB tentang situasi Teluk yang diinisiasi Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey, Guterres menyatakan, “Terkait stabilitas regional, isu non-proliferasi nuklir itu penting. Sejak awal.”
Dia menyatakan dukungannya pada kesepakatan nuklir Iran antara Iran dan Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, Jerman, China dan Rusia pada 2015. “Saya selalu melihat Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) sebagai instrumen penting melawan proliferasi nuklir dan keamanan regional,” ungkap Guterres, dilansir Memo.
JCPOA mendapat tekanan dalam beberapa tahun terakhir setelah pemerintahan Presiden Donald Trump menarik mundur AS dari kesepakatan itu pada 2018. (Baca Juga: Iran: Kami Tidak akan Kalap Membeli Senjata)
Penandatangan lain kesepakatan itu, termasuk PBB, tetap bertahan dengan kesepakatan itu dan menegaskan kembali komitmen mereka pada JCPOA sebagai alat penting bagi keamanan dan stabilitas kawasan. (Lihat Infografis: Jepang Komitmen Mendukung Pembangunan Infrastruktur Indonesia)
Guterres menyerukan dialog dan persatuan, mendorong penguatan kesepakatan dan mempertahankan ketentuannya. (Lihat Video: Berdesakan, Pencairan Bantuan Bagi UMKM di Tasikmalaya Ricuh)
“Mari kita bekerja untuk menciptakan iklim kepercayaan dan meningkatkan prospek dialog regional. Mari kita melangkah melampaui persaingan yang merusak dan mengenali apa yang mempersatukan kita,” kata dia.
Dia menambahkan, "Mari kita jaga kepentingan masyarakat di kawasan ini sebagai yang utama, aspirasi mereka untuk kebebasan, peluang, standar hidup dan perdamaian yang lebih baik. Ini, di atas segalanya, harus mendorong kita untuk mengintensifkan upaya bersama kita.”
Penentang kesepakatan nuklir menuduh Iran kemungkinan menggunakan persyaratannya untuk secara bertahap dan halus membangun kemampuan nuklirnya sambil menikmati bantuan keuangan dan keringanan sanksi selama 15 tahun kesepakatan yang disepakati.
Iran secara konsisten membantah tuduhan itu. Mereka bersikeras akan terus mematuhi persyaratan yang disepakati hingga tahun lalu, ketika memutuskan meningkatkan uranium yang diperkaya dan untuk mengembangkan sentrifugal sebagai pembalasan atas tindakan AS pada kesepakatan tersebut.
Meskipun Iran melanjutkan program nuklirnya, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah meyakinkan bulan ini bahwa Iran tidak memiliki cukup uranium yang diperkaya untuk membuat bom nuklir.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(sya)