Rusia Tak Setuju dengan Posisi Turki Soal Nagorno-Karabakh
loading...
A
A
A
MOSKOW - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan bahwa Moskow tidak setuju dengan posisi Turki dalam konflik Nagorno-Karabakh. Dia juga menuturkan bahwa solusi militer untuk menyelesaikan konflik tersebut tidak dapat diterima.
"Kami tidak setuju dengan posisi yang disuarakan oleh Turki, yang juga beberapa kali diungkapkan oleh Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev," kata Lavrov saat melakukan wawancara dengan radio Rusia. (Baca juga: Didesak Tarik Pasukan dari Suriah, Turki Sebut UE Arogan )
"Bukan rahasia bahwa kami tidak dapat menyetujui pernyataan bahwa solusi militer untuk konflik diperbolehkan," sambung diplomat senior Rusia tersebut, seperti dilansir Reuters pada Senin (14/10/2020).
Lavrov menambahkan bahwa akan tepat untuk mengerahkan pengamat militer Rusia di jalur kontak di Nagorno-Karabakh untuk memantau situasi gencatan. Tapi, keputusan akan hal tersebut berada di tangan Azerbaijan dan Armenia.
Sementara itu, sebelumnya, Presiden Armenia, Armen Sarkiskyan meyakini bahwa Rusia adalah satu-satunya negara yang tidak hanya dapat menengahi penyelesaian Nagorno-Karabakh, tetapi juga membantu penghentian permusuhan di antara pihak-pihak yang bertikai. Sarkiskyan mengatakan, salah satunya alasannya, Moskow memiliki hubungan baik dan pengaruh kuat dengan kedua sisi.
"Gencatan senjata adalah urusan yang rumit. Dalam hal ini, kita semua harus berterima kasih kepada pihak Rusia," ucap Sarkiskyan. ( Lihat grafis: Senapan Runduk Masa Depan Rusia, Havoc Berjangkauan 7 Kilometer )
"Rusia memiliki hubungan baik dengan Armenia, hubungan dekat dengan Azerbaijan, jadi Rusia adalah negara yang tidak hanya dapat bertindak sebagai mediator dalam negosiasi, tetapi mungkin satu-satunya yang dapat bertindak sebagai mediator untuk menghentikan aksi militer di garis depan dan di belakangnya," imbuhnya.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
"Kami tidak setuju dengan posisi yang disuarakan oleh Turki, yang juga beberapa kali diungkapkan oleh Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev," kata Lavrov saat melakukan wawancara dengan radio Rusia. (Baca juga: Didesak Tarik Pasukan dari Suriah, Turki Sebut UE Arogan )
"Bukan rahasia bahwa kami tidak dapat menyetujui pernyataan bahwa solusi militer untuk konflik diperbolehkan," sambung diplomat senior Rusia tersebut, seperti dilansir Reuters pada Senin (14/10/2020).
Lavrov menambahkan bahwa akan tepat untuk mengerahkan pengamat militer Rusia di jalur kontak di Nagorno-Karabakh untuk memantau situasi gencatan. Tapi, keputusan akan hal tersebut berada di tangan Azerbaijan dan Armenia.
Sementara itu, sebelumnya, Presiden Armenia, Armen Sarkiskyan meyakini bahwa Rusia adalah satu-satunya negara yang tidak hanya dapat menengahi penyelesaian Nagorno-Karabakh, tetapi juga membantu penghentian permusuhan di antara pihak-pihak yang bertikai. Sarkiskyan mengatakan, salah satunya alasannya, Moskow memiliki hubungan baik dan pengaruh kuat dengan kedua sisi.
"Gencatan senjata adalah urusan yang rumit. Dalam hal ini, kita semua harus berterima kasih kepada pihak Rusia," ucap Sarkiskyan. ( Lihat grafis: Senapan Runduk Masa Depan Rusia, Havoc Berjangkauan 7 Kilometer )
"Rusia memiliki hubungan baik dengan Armenia, hubungan dekat dengan Azerbaijan, jadi Rusia adalah negara yang tidak hanya dapat bertindak sebagai mediator dalam negosiasi, tetapi mungkin satu-satunya yang dapat bertindak sebagai mediator untuk menghentikan aksi militer di garis depan dan di belakangnya," imbuhnya.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
(esn)