OPCW Temukan Novichok dalam Sampel Alexei Navalny
loading...
A
A
A
DEN HAAG - Para ahli dari Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW) mengonfirmasi bahwa racun saraf terlarang Novichok ditemukan dalam sampel yang diambil dari pemimpin oposisi Rusia yang diracun Alexei Navalny . Hal itu diungkapkan utusan Inggris untuk badan tersebut di Twitter.
“Hasil ini merupakan masalah yang sangat memprihatinkan,” kata Direktur Jenderal OPCW Fernando Arias dalam sebuah pernyataan di situsnya seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (6/10/2020).
Para pejabat Jerman mengatakan bahwa temuan ini dapat menyebabkan negara-negara Eropa menjatuhkan sanksi kepada Rusia karena melanggar perjanjian yang melarang penggunaan senjata semacam itu.
Navalny, yang dikenal karena aktivisme anti-Kremlin, dirawat di rumah sakit pada Agustus di Siberia dan kemudian dikirim ke Berlin untuk perawatan. Spesialis Jerman menemukan jejak Novichok, kategori racun saraf yang pertama kali dikembangkan oleh Uni Soviet, dalam sampel yang diambil darinya.
Kanselir Jerman, Angela Merkel, meminta pemerintah Rusia untuk melakukan penyelidikan penuh, dengan mengatakan tampaknya Navalny telah menjadi sasaran dari pandangan politiknya. Kasus ini telah menyebabkan hubungan yang sangat dingin dengan Moskow.
Merkel tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa sanksi dapat memengaruhi Nord Stream 2, pipa gas dari Rusia yang menjadi prioritas utama Kremlin.
Moskow mengatakan tidak memiliki bukti bahwa Navalny diracun dan para pejabat menyebut kasus itu diatur oleh dinas keamanan Barat, menuduh pemimpin oposisi itu mendapat instruksi dari badan intelijen Amerika Serikat (AS), CIA. (Baca juga: Kremlin Sebut CIA 'Bisiki' Navalny untuk Salahkan Putin )
Navalny sendiri telah keluar dari rumah sakit dan secara terbuka menyalahkan Presiden Rusia Vladimir Putin atas serangan itu. Namun Kremlin membantah tudingan itu dan menyebutnya sebagai penghinaan.(Baca juga: Navalny Sebut Putin Berada di Balik Peracunan Dirinya )
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
“Hasil ini merupakan masalah yang sangat memprihatinkan,” kata Direktur Jenderal OPCW Fernando Arias dalam sebuah pernyataan di situsnya seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (6/10/2020).
Para pejabat Jerman mengatakan bahwa temuan ini dapat menyebabkan negara-negara Eropa menjatuhkan sanksi kepada Rusia karena melanggar perjanjian yang melarang penggunaan senjata semacam itu.
Navalny, yang dikenal karena aktivisme anti-Kremlin, dirawat di rumah sakit pada Agustus di Siberia dan kemudian dikirim ke Berlin untuk perawatan. Spesialis Jerman menemukan jejak Novichok, kategori racun saraf yang pertama kali dikembangkan oleh Uni Soviet, dalam sampel yang diambil darinya.
Kanselir Jerman, Angela Merkel, meminta pemerintah Rusia untuk melakukan penyelidikan penuh, dengan mengatakan tampaknya Navalny telah menjadi sasaran dari pandangan politiknya. Kasus ini telah menyebabkan hubungan yang sangat dingin dengan Moskow.
Merkel tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa sanksi dapat memengaruhi Nord Stream 2, pipa gas dari Rusia yang menjadi prioritas utama Kremlin.
Moskow mengatakan tidak memiliki bukti bahwa Navalny diracun dan para pejabat menyebut kasus itu diatur oleh dinas keamanan Barat, menuduh pemimpin oposisi itu mendapat instruksi dari badan intelijen Amerika Serikat (AS), CIA. (Baca juga: Kremlin Sebut CIA 'Bisiki' Navalny untuk Salahkan Putin )
Navalny sendiri telah keluar dari rumah sakit dan secara terbuka menyalahkan Presiden Rusia Vladimir Putin atas serangan itu. Namun Kremlin membantah tudingan itu dan menyebutnya sebagai penghinaan.(Baca juga: Navalny Sebut Putin Berada di Balik Peracunan Dirinya )
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
(ber)