Armenia Kerahkan S-300 Rusia, Azerbaijan Bersumpah Menghancurkannya

Rabu, 30 September 2020 - 12:20 WIB
loading...
Armenia Kerahkan S-300 Rusia, Azerbaijan Bersumpah Menghancurkannya
Sistem pertahanan rudal S-300 buatan Rusia. Foto/Anadolu
A A A
YEREVAN - Armenia mulai merelokasi sistem rudal S-300 dari Yerevan ke daerah perbatasan di sepanjang wilayah Nagorno-Karabakh , wilayah Azerbaijan yang memerdekakan diri.

Pengerahan senjata pertahanan buatan Rusia itu diungkap Kementerian Pertahanan Azerbaijan yang bersumber dari data intelijen.

(Baca juga : Dibombardir Artileri Azerbaijan, Pasukan Armenia Menangis Ingin Pulang )

"Menurut informasi intelijen kami, sistem rudal anti-pesawat S-300 yang mempertahankan wilayah udara Yerevan telah dipindahkan dari tugas tempur dan bergerak ke arah wilayah pendudukan," kata kepala layanan pers Kementerian Pertahanan Azerbaijan, Kolonel Vagif Dargahli, seperti dikutip Anadolu, Rabu (30/9/2020). (Baca: Jet Tempur F-16 Turki Tembak Jatuh Su-25 Armenia, Azerbaijan Anggap Bualan )

Dia menegaskan bahwa sistem rudal itu akan bernasib sama dengan peralatan militeraa lainnya yang dihancurkan oleh tentara Azerbaijan di daerah Upper Karabakh. (Baca juga : Seorang Warga Indonesia yang Disandera Abu Sayyaf Tewas Ditembak )

Militer Armenia maupun pasukan yang mengontrol Nagorno-Karabakh belum mengonfirmasi laporan pengerahan sistem rudal S-300 buatan Rusia tersebut.

Dargahli mengatakan bentrokan baru-baru ini sekali lagi telah mengungkap mitos bahwa tentara Armenia adalah kekuatan yang tak terkalahkan. (Baca: Konflik Memanas, Armenia Ancam Azerbaijan dengan Rudal Iskander Rusia )

Dia mengatakan tentara Azerbaijan telah menetralkan satu tank Armenia lagi dalam pertempuran di sekitar desa Goyarkh di distrik Aghdara, Nagorno-Karabakh yang diduduki Armenia.

Perwira itu mengatakan operasi Azerbaijan telah benar-benar mendemoralisasi resimen tentara Armenia di Madagiz.

“Tentara mereka panik. Banyak dari mereka, termasuk (tentara) cadangan yang baru tiba, menolak ikut pertempuran dan meninggalkan daerah pertempuran," kata Dargahli.

Bentrokan perbatasan pecah Minggu pagi ketika pasukan Armenia menargetkan permukiman sipil Azerbaijan dan posisi militer di wilayah Upper Karaabakh yang diduduki, juga dikenal sebagai wilayah Nagorno-Karabakh.

Menurut pihak berwenang Azerbaijan, setidaknya 12 warga sipil tewas dan 35 lainnya terluka dalam serangan Armenia sejauh ini.

Parlemen Azerbaijan mengumumkan keadaan perang di beberapa daerah, dan pihak berwenang kemudian mengumumkan mobilisasi militer parsial. (Baca juga: Perang Armenia dengan Azerbaijan, Ini Perbandingan Kekuatan Militernya )

Hubungan antara kedua negara bekas Soviet itu tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh, wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional. Wilayah yang dikendalikan etnis Armenia itu memerdekakan diri tak lama setelah Uni Soviet bubar. Namuna, Azerbaijan menolak mengakui kemerdekaan dan masih menganggapnya sebagai wilayah negara mayoritas Muslim tersebut.

Empat anggota Dewan Keamanan PBB dan dua resolusi Majelis Umum PBB, serta banyak organisasi internasional, menuntut penarikan pasukan Armenia dari Nagorno-Karabakh.

OSCE Minsk Group—yang diketuai bersama oleh Prancis, Rusia, dan AS—dibentuk pada tahun 1992 untuk menemukan solusi damai untuk konflik tersebut, tetapi tidak berhasil. Gencatan senjata, bagaimanapun, telah disepakati pada tahun 1994.

Prancis, Rusia dan NATO, termasuk di antara mereka yang mendesak penghentian segera bentrokan di wilayah Nagorno-Karabakh.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1401 seconds (0.1#10.140)