Kim Jong-un, antara Pabrik Pupuk Sunchon dan Bom Nuklir Korut
loading...
A
A
A
SEOUL - Kim Jong-un, diktator muda Korea Utara (Korut), telah mengejutkan dunia di tengah rumor kematiannya dengan muncul di Pabrik Pupuk Fosfat Sunchon di Pyongyang utara. Namun, kemunculannya di pabrik itu juga menjadi pengingat dunia akan program senjata nuklir Korea Utara.
Media pemerintah pada Sabtu (2/5/2020) melaporkan Kim Jong-un merayakan penyelesaian Pabrik Pupuk Fosfat Sunchon. Laporan disertai publikasi foto-foto pemimpin muda itu telah meredam rumor negatif tentangnya, mulai dari sakit keras usai operasi jantung hingga meninggal dunia.
Meskipun tur inspeksi Kim itu menjadi aktivitas rutin, namun fasilitas pabrik yang dia kunjungi telah menjadi perhatian tingkat tinggi selama bertahun-tahun karena potensi penggunaannya yang ganda, yakni untuk meningkatkan produksi pangan dan senjata nuklir.
"DPRK memang membutuhkan pupuk, dan informasi tentang cara mengekstraksi uranium di tengah-tengah proses itu sudah tersedia," kata Margaret Croy, seorang peneliti di Middlebury Institute of International Studies di Monterey, dalam sebuah makalah penelitian yang diterbitkan bulan lalu. DPRK adalah singkatan dari nama resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea.
Menurutnya, pabrik pupuk Sunchon menawarkan Kim kesempatan untuk membantu meningkatkan ekonomi negara yang lesu dengan membantu produksi pertanian dan dapat membantu dalam ekstraksi uranium dari asam fosfat—yang memungkinkan Korea Utara untuk menyembunyikan kegiatan nuklirnya dari dunia luar.
"Implikasi dari pekerjaan yang dilakukan di DPRK jelas; ia memiliki potensi untuk sangat mengubah perkiraan sumber terbuka berapa banyak uranium kue kuning yang dapat diproduksi oleh DPRK setiap tahun, yang pada gilirannya memengaruhi perkiraan berapa banyak hulu ledak nuklir yang dapat dibuat DPRK," paparnya Croy yang dikutip Bloomberg, Senin (4/5/2020).
Di bawah kepemimpinan Kim, Korea Utara telah membuat belokan tajam ke dalam untuk mengembangkan program nuklir dan misilnya. Rezim Kim mengandalkan sebanyak mungkin pada teknologi dan bahan dalam negeri untuk memajukan senjatanya ketika negara itu dihantam sanksi global yang dirancang untuk mencegahnya memperoleh komponen-komponen kunci yang diperlukan untuk mewujudkan ambisi senjata atomnya.
Kim mengunjungi pabrik itu pada bulan Januari, dan citra satelit menunjukkan bahwa pabrik telah tumbuh pesat sejak upacara peletakan batu pertama pada tahun 2017. Menurut laporan media pemerintah Korut, dua pejabat tinggi Kim mengunjunginya beberapa kali selama tiga tahun terakhir saat konstruksi berjalan.
Makalah Croy tidak menawarkan bukti bahwa pabrik itu bagian dari program nuklir Korea Utara, dan beberapa analis lain skeptis.
"Secara teoritis, pabrik pupuk dapat digunakan untuk menghasilkan kue kuning, tetapi mengapa Korea Utara melakukan itu ketika sudah dapat menghasilkan sesuatu yang lebih maju dari itu?," kata Cho Han-bum, seorang peneliti senior di Korea Institute for National Unification.
Media pemerintah pada Sabtu (2/5/2020) melaporkan Kim Jong-un merayakan penyelesaian Pabrik Pupuk Fosfat Sunchon. Laporan disertai publikasi foto-foto pemimpin muda itu telah meredam rumor negatif tentangnya, mulai dari sakit keras usai operasi jantung hingga meninggal dunia.
Meskipun tur inspeksi Kim itu menjadi aktivitas rutin, namun fasilitas pabrik yang dia kunjungi telah menjadi perhatian tingkat tinggi selama bertahun-tahun karena potensi penggunaannya yang ganda, yakni untuk meningkatkan produksi pangan dan senjata nuklir.
"DPRK memang membutuhkan pupuk, dan informasi tentang cara mengekstraksi uranium di tengah-tengah proses itu sudah tersedia," kata Margaret Croy, seorang peneliti di Middlebury Institute of International Studies di Monterey, dalam sebuah makalah penelitian yang diterbitkan bulan lalu. DPRK adalah singkatan dari nama resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea.
Menurutnya, pabrik pupuk Sunchon menawarkan Kim kesempatan untuk membantu meningkatkan ekonomi negara yang lesu dengan membantu produksi pertanian dan dapat membantu dalam ekstraksi uranium dari asam fosfat—yang memungkinkan Korea Utara untuk menyembunyikan kegiatan nuklirnya dari dunia luar.
"Implikasi dari pekerjaan yang dilakukan di DPRK jelas; ia memiliki potensi untuk sangat mengubah perkiraan sumber terbuka berapa banyak uranium kue kuning yang dapat diproduksi oleh DPRK setiap tahun, yang pada gilirannya memengaruhi perkiraan berapa banyak hulu ledak nuklir yang dapat dibuat DPRK," paparnya Croy yang dikutip Bloomberg, Senin (4/5/2020).
Di bawah kepemimpinan Kim, Korea Utara telah membuat belokan tajam ke dalam untuk mengembangkan program nuklir dan misilnya. Rezim Kim mengandalkan sebanyak mungkin pada teknologi dan bahan dalam negeri untuk memajukan senjatanya ketika negara itu dihantam sanksi global yang dirancang untuk mencegahnya memperoleh komponen-komponen kunci yang diperlukan untuk mewujudkan ambisi senjata atomnya.
Kim mengunjungi pabrik itu pada bulan Januari, dan citra satelit menunjukkan bahwa pabrik telah tumbuh pesat sejak upacara peletakan batu pertama pada tahun 2017. Menurut laporan media pemerintah Korut, dua pejabat tinggi Kim mengunjunginya beberapa kali selama tiga tahun terakhir saat konstruksi berjalan.
Makalah Croy tidak menawarkan bukti bahwa pabrik itu bagian dari program nuklir Korea Utara, dan beberapa analis lain skeptis.
"Secara teoritis, pabrik pupuk dapat digunakan untuk menghasilkan kue kuning, tetapi mengapa Korea Utara melakukan itu ketika sudah dapat menghasilkan sesuatu yang lebih maju dari itu?," kata Cho Han-bum, seorang peneliti senior di Korea Institute for National Unification.