Riset AS: Virus Corona Dapat Bertahan 3 Jam di Udara
A
A
A
WASHINGTON - Sebuah riset dari Institut Nasional Penyakit Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) Amerika Serikat (AS) menyimpulkan virus corona jenis baru, COVID-19 , dapat bertahan setidaknya tiga jam di udara. Selain itu, virus ini juga dapat bertahan di permukaan plastik selama berhari-hari.
NIAID merupakan lembaga di bawah naungan Insititut Kesehatan Nasional AS. Riset NIAID menuntut adanya panduan untuk membantu orang-orang menghindari terjangkitnya COVID-19 yang telah dinyatakan sebagai pandemi global.
Dalam risetnya, para ilmuwan NIAID berusaha membuat kondisi virus—yang dikeluarkan dari orang yang terinfeksi COVID-19 melalui batuk atau bersin—di permukaan di lingkungan rumah tangga atau pun rumah sakit untuk diteliti. (Baca: Virus Corona Menyebar Cepat ke Seluruh AS, 109 Orang Meninggal )
Mereka menggunakan alat untuk mengeluarkan aerosol yang menggandakan tetesan mikroskopis yang dihasilkan dalam batuk atau pun bersin.
Para ilmuwan kemudian menyelidiki berapa lama virus tetap menular pada permukaan ini. Demikian paparan penelitian yang diterbitkan secara online di New England Journal of Medicine pada hari Selasa yang dikutip Reuters, Rabu (18/3/2020).
Riset mereka lebih lanjut menunjukkan bahwa ketika virus dibawa oleh tetesan yang dilepaskan ketika seseorang batuk atau bersin, itu tetap dapat hidup, atau masih dapat menginfeksi manusia, dalam aerosol setidaknya selama tiga jam.
Pada plastik dan stainless steel, menurut para ilmuwan tersebut, COVID-19 dapat dideteksi tidak ampuh lagi setelah tiga hari. Di atas kertas, virus itu tidak dapat hidup setelah 24 jam. Pada tembaga, butuh 4 jam untuk virus menjadi tidak aktif.
Dalam hal waktu paruh, tim peneliti menemukan bahwa dibutuhkan sekitar 66 menit bagi setengah partikel virus kehilangan fungsi jika mereka berada di tetesan aerosol. Itu berarti bahwa setelah satu jam dan enam menit berikutnya, tiga perempat partikel virus pada dasarnya tidak aktif tetapi 25 persen masih dapat hidup.
Menurut riset yang dipimpin oleh Neeltje van Doremalen dari fasilitas NIAID di Rocky Mountain Laboratories (RML), jumlah virus yang bertahan pada akhir jam ketiga akan turun menjadi 12,5 persen. (Baca juga: Warning Mengerikan, Virus Corona Bisa Bunuh 3,5 Juta Orang di Iran )
Pada stainless steel, dibutuhkan 5 jam 38 menit untuk setengah dari partikel virus menjadi tidak aktif. Pada plastik, waktu paruh adalah 6 jam 49 menit.
Di atas kertas karton, waktu paruh adalah sekitar tiga setengah jam, tetapi para peneliti mengatakan ada banyak variabilitas dalam hasil tersebut."Jadi kami menyarankan agar berhati-hati menafsirkan angka itu," kata para ilmuwan di lembaga tersebut.
Waktu bertahan hidup terpendek bagi COVID-19 adalah pada tembaga, di mana setengah virus menjadi tidak aktif dalam waktu 46 menit.
NIAID merupakan lembaga di bawah naungan Insititut Kesehatan Nasional AS. Riset NIAID menuntut adanya panduan untuk membantu orang-orang menghindari terjangkitnya COVID-19 yang telah dinyatakan sebagai pandemi global.
Dalam risetnya, para ilmuwan NIAID berusaha membuat kondisi virus—yang dikeluarkan dari orang yang terinfeksi COVID-19 melalui batuk atau bersin—di permukaan di lingkungan rumah tangga atau pun rumah sakit untuk diteliti. (Baca: Virus Corona Menyebar Cepat ke Seluruh AS, 109 Orang Meninggal )
Mereka menggunakan alat untuk mengeluarkan aerosol yang menggandakan tetesan mikroskopis yang dihasilkan dalam batuk atau pun bersin.
Para ilmuwan kemudian menyelidiki berapa lama virus tetap menular pada permukaan ini. Demikian paparan penelitian yang diterbitkan secara online di New England Journal of Medicine pada hari Selasa yang dikutip Reuters, Rabu (18/3/2020).
Riset mereka lebih lanjut menunjukkan bahwa ketika virus dibawa oleh tetesan yang dilepaskan ketika seseorang batuk atau bersin, itu tetap dapat hidup, atau masih dapat menginfeksi manusia, dalam aerosol setidaknya selama tiga jam.
Pada plastik dan stainless steel, menurut para ilmuwan tersebut, COVID-19 dapat dideteksi tidak ampuh lagi setelah tiga hari. Di atas kertas, virus itu tidak dapat hidup setelah 24 jam. Pada tembaga, butuh 4 jam untuk virus menjadi tidak aktif.
Dalam hal waktu paruh, tim peneliti menemukan bahwa dibutuhkan sekitar 66 menit bagi setengah partikel virus kehilangan fungsi jika mereka berada di tetesan aerosol. Itu berarti bahwa setelah satu jam dan enam menit berikutnya, tiga perempat partikel virus pada dasarnya tidak aktif tetapi 25 persen masih dapat hidup.
Menurut riset yang dipimpin oleh Neeltje van Doremalen dari fasilitas NIAID di Rocky Mountain Laboratories (RML), jumlah virus yang bertahan pada akhir jam ketiga akan turun menjadi 12,5 persen. (Baca juga: Warning Mengerikan, Virus Corona Bisa Bunuh 3,5 Juta Orang di Iran )
Pada stainless steel, dibutuhkan 5 jam 38 menit untuk setengah dari partikel virus menjadi tidak aktif. Pada plastik, waktu paruh adalah 6 jam 49 menit.
Di atas kertas karton, waktu paruh adalah sekitar tiga setengah jam, tetapi para peneliti mengatakan ada banyak variabilitas dalam hasil tersebut."Jadi kami menyarankan agar berhati-hati menafsirkan angka itu," kata para ilmuwan di lembaga tersebut.
Waktu bertahan hidup terpendek bagi COVID-19 adalah pada tembaga, di mana setengah virus menjadi tidak aktif dalam waktu 46 menit.
(mas)