3 Langkah Rusia untuk Merebut Crimea dari Ukraina, Apa Saja?

Rabu, 23 April 2025 - 20:13 WIB
loading...
3 Langkah Rusia untuk...
Crimea, wilayah Ukraina yang direbut Rusia sejak 2014. Foto/via Visit Ukraine
A A A
JAKARTA - Rusia secara efektif merebut Crimea dari Ukraina pada 2014. Prosesnya dimulai sejak Februari tahun tersebut, saat pasukan tak dikenal yang kemudian diidentifikasi sebagai militer Rusia mulai menduduki titik-titik strategis di Semenanjung Crimea.

Setelah itu, sebuah referendum yang kontroversial digelar pada 16 Maret untuk menentukan masa depan Crimea. Meski dianggap ilegal, Rusia yang memenangkan referendum tersebut dua hari berselang langsung menyatakan secara resmi bahwa Crimea menjadi bagiannya.

Langkah Rusia dalam merebut Crimea dari Ukraina menjadi salah satu peristiwa geopolitik paling kontroversial dalam sejarah modern.

Baca Juga: Trump Akan Akui Crimea Milik Rusia untuk Akhiri Perang Ukraina

Terlepas dari kecaman internasional dan sanksi dari banyak negara barat, aneksasi yang berlangsung secara cepat itu sebenarnya berhasil dilakukan dengan strategi sistematis dan terorganisir dari pihak Rusia. Apa saja?

Langkah Rusia untuk Merebut Crimea dari Ukraina

1. Pengerahan Militer Diam-diam


Langkah awal Rusia untuk menganeksasi Crimea adalah mengerahkan pasukan militer tanpa identitas resmi. Dulunya, mereka dikenal dikenal dengan sebutan “little green men”.

Melansir Brookings, orang Ukraina pertama kali menciptakan istilah “little green men” saat kumpulan tentara tersebut berjaga di blokade jalan dan merebut titik-titik strategis di Semenanjung Crimea. Saat ditanya mengenai kehadiran tentara tempur ala Rusia itu, Presiden Vladimir Putin hanya menyebut mereka sebagai unit pertahanan diri lokal.

Namun, kebenaran terungkap tak lama setelahnya. Langsung diketahui bahwa "little green men" itu adalah tentara Rusia yang menyamar, tanpa lencana negara, seragam resmi, atau identifikasi militer lainnya.

Pasukan tersebut kemudian mulai bergerak dan mengambil alih berbagai titik strategis di Crimea. Langkah ini bisa disebut sebagai strategi “plausible deniability”, yakni ketika Rusia menghindari tuduhan langsung pada awal operasi, tetapi tetap memastikan kontrol penuh atas Crimea.

2. Referendum Kilat yang Kontroversial


Rusia sadar bahwa setelah pihaknya melakukan aneksasi, akan muncul kecaman dari dunia internasional, khususnya negara Barat. Oleh karena itu, usai Moskow menguasai Crimea secara militer, mereka dengan segera menggelar referendum pada 16 Maret 2014.

Pada waktu yang relatif singkat, penduduk Crimea diminta untuk memilih antara tetap menjadi bagian dari Ukraina atau bergabung dengan Rusia. Hasilnya diklaim bahwa sekitar 97% pemilih mendukung bergabung dengan Rusia.

Namun, proses referendum ini dianggap tidak sah oleh banyak negara karena dituduh dilakukan di bawah tekanan militer dan tanpa pengawasan internasional yang netral. Meski begitu, Crimea masih tetap menjadi bagian Rusia sampai sekarang.

3. Pengesahan Resmi oleh Parlemen Rusia


Langkah terakhir yang dilakukan Presiden Vladimir Putin adalah legitimasi hukum dari Rusia sendiri. Tanpa memedulikan reaksi internasional, pada 18 Maret 2014, Putin secara resmi menandatangani dokumen yang menyatakan Crimea sebagai bagian dari Federasi Rusia.

Tak lama, Parlemen Rusia ikut menyetujui dan meratifikasi aneksasi tersebut. Meski ditolak secara luas oleh komunitas internasional dan PBB, Rusia tetap mempertahankan kendali atas wilayah itu hingga saat ini.

Demikian ulasan mengenai tiga langkah Rusia untuk merebut Crimea dari Ukraina pada 2014 lalu.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Putin Berharap Tak Gunakan...
Putin Berharap Tak Gunakan Senjata Nuklir di Ukraina, Ini Alasannya
Oposisi Jerman Desak...
Oposisi Jerman Desak NATO Diganti Aliasi Baru yang Libatkan Rusia dan AS
Pertama Kali di Dunia,...
Pertama Kali di Dunia, Kapal Nirawak Ukraina Tembak Jatuh Jet Tempur Su-30 Flanker Rusia
Ini Respons Rusia setelah...
Ini Respons Rusia setelah Zelensky Ancam Pemimpin Dunia yang Hadiri Perayaan Hari Kemenangan di Moskow
Zelensky Ancam Pemimpin...
Zelensky Ancam Pemimpin Dunia yang Hadir di Perayaan Hari Kemenangan di Moskow
AS Mulai Bagikan Info...
AS Mulai Bagikan Info Intel Ruang Angkasa Sensitif China dan Rusia pada Five Eyes
Eropa Lepas Aset Beku...
Eropa Lepas Aset Beku Rusia Rp55,1 Triliun, Investor Barat Kecipratan
Tuduh China Sabotase...
Tuduh China Sabotase Kabel Bawah Laut, Taiwan Tuntut Ganti Rugi
China Uji Coba Bom Hidrogen...
China Uji Coba Bom Hidrogen Hasilkan Suhu 1.000 Derajat Celsius, Jauh Lebih Dahsyat dari TNT
Rekomendasi
Desain Estetik dan Inovasi...
Desain Estetik dan Inovasi Teknometri Hadir dalam MIDO Multifort 8 Two Crowns
Sinopsis Sinetron Terbelenggu...
Sinopsis Sinetron Terbelenggu Rindu: Kejutan Amira-Biru dan Pertikaian Noah-Vernie
Citayam Bogor dan Sekitarnya...
Citayam Bogor dan Sekitarnya Diguyur Hujan Es, Ini Analisis BMKG
Berita Terkini
Putin Berharap Tak Gunakan...
Putin Berharap Tak Gunakan Senjata Nuklir di Ukraina, Ini Alasannya
Kapan Manusia Mulai...
Kapan Manusia Mulai Berperang untuk Pertama Kalinya?
Berencana Melancarkan...
Berencana Melancarkan Teror di Inggris, 8 Orang yang Berafiliasi dengan Iran Ditangkap
Tembok Hijau China di...
Tembok Hijau China di Gurun Taklimakan: Ambisi Besar yang Sisakan Masalah Ekologis
Hanya Jadi Boneka, PM...
Hanya Jadi Boneka, PM Yaman Ahmed bin Mubarak Pilih Mundur
Politikus Muslim Ini...
Politikus Muslim Ini Ungkap Rahasia Kesuksesan Singapura
Infografis
3 Alasan Ukraina Selalu...
3 Alasan Ukraina Selalu Didukung Barat dalam Melawan Rusia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved