Eksplorasi Luar Angkasa China Ungkap Mantel Bulan

Jum'at, 28 Februari 2020 - 10:02 WIB
Eksplorasi Luar Angkasa China Ungkap Mantel Bulan
Eksplorasi Luar Angkasa China Ungkap Mantel Bulan
A A A
BEIJING - Pesawat luar angkasa China, Chang’e-4, telah berhasil mendarat di sisi jauh bulan, Von Karman, sejak 3 Januari 2019. Setelah menghabiskan banyak waktu dan energi untuk melakukan eksplorasi, China telah berhasil memindai permukaan bulan untuk pertama kali menggunakan rover Yutu-2.

Para ahli astronomi di China mengatakan, Yutu-2 telah menjelajah kawah terbesar dan tertua di sisi jauh bulan, South Pole-Aitken yang memiliki diameter sekitar 2.499 kilometer. Melalui Yutu-2, para ahli menemukan kawah tersebut penuh dengan endapan batu dan debu yang sama seperti yang ditemukan tim Apollo.

Dilengkapi Radar Bulan, Yutu-2 mampu melakukan penyelidikan dengan mengeluarkan gelombang radio hingga kedalaman 40 meter di bawah permukaan bulan. Kemampuan itu tiga kali lebih baik daripada kemampuan radar bulan dalam eksplorasi sebelumnya, Chang’e-3 yang mendarat di sisi dekat bulan pada 2013.

“Di lokasi saat ini, kami dapat melihat lebih jelas kondisi geologis bulan yang sama sekali berbeda dengan dua lokasi sebelumnya,” Profesor Li Chunlai, Wakil Direktur Jenderal (Dirjen) Astronomi Nasional China, dilansir CNN. Hasil pengamatan Akademi Ilmu Pengetahuan China itu telah diterbitkan di Science Advances.

Berdasarkan hasil observasi, di bawah permukaan bulan terdapat batu besar berpori dan debu halus. Observasi itu juga menghasilkan gambar elektromagnetik pertama yang pernah diambil dari bawah permukaan sisi jauh bulan. Dengan banyaknya kawah besar, para ahli menduga bulan sering diterjang meteor.

“Radar Bulan terbukti membantu meningkatkan pemahaman kami tentang sejarah dan vulkanisme bulan, juga evolusi geologinya,” kata Li. Sejak beberapa dekade terakhir, peneliti mencoba memahami komposisi mantel bulan, mulai dari kerak hingga inti bulan yang diyakini mengalami keretakan akibat tabrakan.

Sebelumnya, China juga melakukan uji coba penanaman benih pohon katun yang berhasil tumbuh menjadi kecambah di bulan. Namun, benih itu hanya bertahan sekitar dua hari akibat suhu ekstrem yang mencapai -170 derajat Celsius. Benih yang dibawa dari bumi tersebut tidak mendapatkan nutrisi yang memadai.

Selama berada di wilayah sisi jauh bulan, kecambah katun mendapatkan sinar matahari pada siang hari. Tapi memasuki malam, suhunya langsung jatuh sehingga kecambah tidak mampu bertahan hidup lebih lama. Profesor Xie Gengxin dari Universitas Chongqing yang memimpin eksperimen sudah menduga hal tersebut.

“Saat ini semuanya menjadi jelas. Kecambah yang berada di dalam kanister tidak akan mampu bertahan hidup pada malam hari di bulan,” ujar Gengxin, dikutip theguardian.com. Ini merupakan malam pertama Chang’e di sisi jauh bulan. Durasi waktu malam di bulan mencapai dua pekan. Chang’e kini memasuki mode tidur.

Benih dan tumbuhan di dalam kanister yang tertutup juga akan berangsur membusuk. Ahli dari China menjamin lingkungan di bulan tidak akan tercemar. Eksperimen ini merupakan eksperimen pertama yang pernah dilakukan di bulan. Sebelumnya, astronot hanya pernah menanam benih di stasiun ruang angkasa. (Muh Shamil)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3066 seconds (0.1#10.140)