5 Alasan China Mampu Menggantikan AS sebagai Pemimpin Dunia, dari Akomodatif dan Suka Perdamaian
loading...

China mampu menggantikan AS sebagai pemimpin dunia. Foto/X/@exposinchina
A
A
A
WASHINGTON - Partisipasi Wakil Presiden AS JD Vance di Konferensi Keamanan Munich tahun ini menarik banyak perhatian dan fokus internasional, khususnya dari para pemimpin Eropa .
Kembalinya Presiden AS Donald Trump ke Gedung Putih telah membuat para pemimpin negara-negara Uni Eropa cukup gelisah, dan perasaan tidak pasti cukup terasa di konferensi tersebut. Oleh karena itu, semua mata tertuju pada Vance mengenai bagaimana ia akan meredakan kekhawatiran tersebut.
Sebaliknya, pidato Vance di Konferensi Keamanan Munich pada hari Jumat hanya memperburuk keadaan. Kritik tajamnya terhadap Eropa membuat banyak peserta kesal, dengan Menteri Pertahanan Jerman Pistorius menyebut pernyataannya "tidak dapat diterima."
Komentarnya tentang perang Rusia-Ukraina mendorong Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk menyatakan bahwa "hubungan yang telah berlangsung puluhan tahun antara Eropa dan Amerika kini berakhir."
Wang Yi memberi tahu Kanselir Jerman Olaf Scholz bahwa China bersedia memperdalam "kerja sama menyeluruh" dengan Jerman sebagai bagian dari upaya bilateral yang positif untuk menjaga perdamaian dan stabilitas global.
Baca Juga: Rusia Tetap Jadi Pemenang, Ukraina Kalah Memalukan
Apakah ini berarti bahwa Beijing dapat menggantikan Washington sebagai penengah global?
"Tidak diragukan lagi dalam pandangan saya bahwa sebagai kekuatan yang sedang bangkit, China ingin menjadi yang terbaik," Graham Allison, profesor pemerintahan di Universitas Harvard dan pakar China, mengatakan kepada DW di sela-sela Konferensi Keamanan Munich.
"Jika AS menarik diri dari perjanjian perdagangan, negara-negara yang menginginkan perjanjian perdagangan untuk tumbuh secara ekonomi, misalnya China, akan mengisi kekosongan ini," imbuhnya.
China telah berinvestasi besar-besaran di banyak bagian dunia, termasuk Asia dan Afrika, yang telah meningkatkan pengaruhnya di wilayah-wilayah ini dalam beberapa dekade terakhir. Baik di Afghanistan maupun Timur Tengah, China telah menggunakan pengaruhnya untuk menengahi konflik di sana.
Kembalinya Presiden AS Donald Trump ke Gedung Putih telah membuat para pemimpin negara-negara Uni Eropa cukup gelisah, dan perasaan tidak pasti cukup terasa di konferensi tersebut. Oleh karena itu, semua mata tertuju pada Vance mengenai bagaimana ia akan meredakan kekhawatiran tersebut.
Sebaliknya, pidato Vance di Konferensi Keamanan Munich pada hari Jumat hanya memperburuk keadaan. Kritik tajamnya terhadap Eropa membuat banyak peserta kesal, dengan Menteri Pertahanan Jerman Pistorius menyebut pernyataannya "tidak dapat diterima."
Komentarnya tentang perang Rusia-Ukraina mendorong Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk menyatakan bahwa "hubungan yang telah berlangsung puluhan tahun antara Eropa dan Amerika kini berakhir."
5 Alasan China Mampu Menggantikan AS sebagai Pemimpin Dunia, dari Akomodatif dan Suka Perdamaian
1. China Lebih Akomodatif
Sementara itu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi, yang juga berbicara di Konferensi Keamanan Munich, menggunakan nada yang lebih akomodatif dan rekonsiliasi untuk berbicara kepada orang Eropa. Ia mengatakan bahwa negaranya melihat Eropa sebagai mitra, bukan saingan, dan menawarkan untuk memainkan "peran konstruktif" dalam perundingan damai Ukraina-Rusia.Wang Yi memberi tahu Kanselir Jerman Olaf Scholz bahwa China bersedia memperdalam "kerja sama menyeluruh" dengan Jerman sebagai bagian dari upaya bilateral yang positif untuk menjaga perdamaian dan stabilitas global.
Baca Juga: Rusia Tetap Jadi Pemenang, Ukraina Kalah Memalukan
2. AS Lebih Fokus ke Dalam Negeri
Sementara AS di bawah Trump semakin melihat ke dalam, menarik diri dari forum dan perjanjian internasional, serta mengancam akan keluar dari NATO, China tampaknya semakin terlibat dalam urusan global.Apakah ini berarti bahwa Beijing dapat menggantikan Washington sebagai penengah global?
"Tidak diragukan lagi dalam pandangan saya bahwa sebagai kekuatan yang sedang bangkit, China ingin menjadi yang terbaik," Graham Allison, profesor pemerintahan di Universitas Harvard dan pakar China, mengatakan kepada DW di sela-sela Konferensi Keamanan Munich.
"Jika AS menarik diri dari perjanjian perdagangan, negara-negara yang menginginkan perjanjian perdagangan untuk tumbuh secara ekonomi, misalnya China, akan mengisi kekosongan ini," imbuhnya.
3. AS Sudah Meninggalkan Banyak Lembaga Internasional
Allison menggarisbawahi bahwa jika Trump terus meninggalkan lembaga internasional, "China akan menjadi juara. Presiden China Xi Jinping telah memperhatikan bahwa ada banyak peluang di luar sana, dan jika AS memainkan perannya dengan buruk, itu akan memudahkan Beijing untuk berhasil."China telah berinvestasi besar-besaran di banyak bagian dunia, termasuk Asia dan Afrika, yang telah meningkatkan pengaruhnya di wilayah-wilayah ini dalam beberapa dekade terakhir. Baik di Afghanistan maupun Timur Tengah, China telah menggunakan pengaruhnya untuk menengahi konflik di sana.
4. Eropa dan China Bisa Makin Mesra
Yao Yang, direktur Pusat Penelitian Ekonomi China di Universitas Peking, mengatakan kepada DW bahwa Eropa perlu mengadopsi kebijakan independen terhadap China, jika ingin menjalin hubungan yang lebih dekat.Lihat Juga :