Houthi Yaman akan Terus Menyerang jika Gencatan Senjata Gaza Dilanggar Israel
loading...

Abdulmalik Al-Houthi, pemimpin kelompok Houthi, menyampaikan pidato melalui layar yang dipasang di Masjid Al Sha’ab saat Houthi menghadiri upacara peringatan 20 tahun pembunuhan pendiri Gerakan Houthi, Hussein Badreddin al-Houthi di Sana’a, Yaman pada 6 F
A
A
A
SANAA - Pemimpin kelompok Houthi Yaman mengatakan kelompok itu akan memantau pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang bertujuan mengakhiri perang di Gaza dan melanjutkan serangannya terhadap kapal-kapal Israel jika kesepakatan itu dilanggar.
Kelompok Houthi telah menargetkan kapal-kapal menggunakan rudal balistik dan pesawat nirawak di perairan dekat pantai Yaman untuk menunjukkan solidaritas mereka dengan Palestina.
Houthi telah lama mengatakan mereka akan menghentikan operasi-operasi ini jika konflik selama 15 bulan itu berakhir.
Gencatan senjata diperkirakan akan berlangsung pada hari Minggu (19/1/2025).
“Kami akan terus memantau perkembangan di Palestina selama tiga hari sebelum berlakunya perjanjian Gaza. Jika pembantaian Israel terus berlanjut, kami akan melanjutkan operasi kami,” ujar Abdul Malik Al-Houthi dalam pidato yang disiarkan televisi.
“Pada tahap mana pun di mana agresi mundur dari perjanjian, kami akan siap memberikan dukungan militer kepada saudara-saudara Palestina kami,” tegas dia.
Kelompok Houthi telah melancarkan lebih dari 100 serangan terhadap kapal-kapal sejak November 2023 dan telah menenggelamkan dua kapal, menyita satu kapal lagi, dan menewaskan empat pelaut.
Intensitas serangan tersebut telah mengganggu pengiriman global dan mendorong perubahan rute.
Pengumuman hari Kamis merupakan kemunduran setelah ekspektasi sebelumnya di antara beberapa sumber keamanan maritim bahwa kelompok tersebut akan menghentikan serangan terhadap kapal.
Sumber industri pelayaran lainnya mengatakan mereka akan menunggu untuk melihat apakah gencatan senjata oleh kelompok Houthi akan dihormati dan belum bersiap melanjutkan pelayaran melalui Laut Merah.
"Mengingat ketidakpastian dan kerapuhan situasi yang sedang berlangsung, pengirim barang harus terus berhati-hati dan memantau dengan cermat perkembangan di kawasan tersebut," ungkap Laura-May Scott, mitra di firma hukum, Reed Smith.
Serangan Houthi tersebut telah mengganggu perdagangan internasional, memaksa beberapa kapal untuk mengambil rute panjang di sekitar Afrika selatan daripada Terusan Suez, yang menyebabkan kenaikan tarif asuransi, biaya pengiriman, dan waktu yang memicu ketakutan inflasi global.
Kelompok Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah Yaman, termasuk ibu kota, Sana'a, sejak merebut kekuasaan pada akhir tahun 2014, juga telah meluncurkan rudal dan pesawat nirawak ke Israel, ratusan kilometer ke utara.
Israel telah menanggapi dengan menyerang wilayah Houthi pada beberapa kesempatan, termasuk pekan lalu ketika pesawat tempurnya mengebom dua pelabuhan dan satu pembangkit listrik.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan, bulan lalu, Israel baru saja memulai kampanye melawan kelompok Houthi.
Amerika Serikat bersama Inggris meluncurkan operasi multinasional pada bulan Desember 2023 untuk menjaga perdagangan di Laut Merah, dan telah berulang kali melakukan serangan udara terhadap benteng pertahanan Houthi yang menargetkan fasilitas penyimpanan senjata.
Uni Eropa, pada Februari, meluncurkan misi Laut Merahnya sendiri untuk mencegah serangan Houthi yang semakin intensif dan membantu melindungi rute perdagangan utama.
Israel memberikan pukulan telak kepada Hamas dan Hizbullah Lebanon, menewaskan para pemimpin tertinggi mereka dan mengurangi persenjataan mereka.
Setelah kejadian itu, rezim Bashar Al-Assad yang telah berkuasa selama puluhan tahun di Suriah juga digulingkan.
Kelompok Houthi telah menargetkan kapal-kapal menggunakan rudal balistik dan pesawat nirawak di perairan dekat pantai Yaman untuk menunjukkan solidaritas mereka dengan Palestina.
Houthi telah lama mengatakan mereka akan menghentikan operasi-operasi ini jika konflik selama 15 bulan itu berakhir.
Gencatan senjata diperkirakan akan berlangsung pada hari Minggu (19/1/2025).
“Kami akan terus memantau perkembangan di Palestina selama tiga hari sebelum berlakunya perjanjian Gaza. Jika pembantaian Israel terus berlanjut, kami akan melanjutkan operasi kami,” ujar Abdul Malik Al-Houthi dalam pidato yang disiarkan televisi.
“Pada tahap mana pun di mana agresi mundur dari perjanjian, kami akan siap memberikan dukungan militer kepada saudara-saudara Palestina kami,” tegas dia.
Kelompok Houthi telah melancarkan lebih dari 100 serangan terhadap kapal-kapal sejak November 2023 dan telah menenggelamkan dua kapal, menyita satu kapal lagi, dan menewaskan empat pelaut.
Intensitas serangan tersebut telah mengganggu pengiriman global dan mendorong perubahan rute.
Pengumuman hari Kamis merupakan kemunduran setelah ekspektasi sebelumnya di antara beberapa sumber keamanan maritim bahwa kelompok tersebut akan menghentikan serangan terhadap kapal.
Sumber industri pelayaran lainnya mengatakan mereka akan menunggu untuk melihat apakah gencatan senjata oleh kelompok Houthi akan dihormati dan belum bersiap melanjutkan pelayaran melalui Laut Merah.
"Mengingat ketidakpastian dan kerapuhan situasi yang sedang berlangsung, pengirim barang harus terus berhati-hati dan memantau dengan cermat perkembangan di kawasan tersebut," ungkap Laura-May Scott, mitra di firma hukum, Reed Smith.
Serangan Houthi tersebut telah mengganggu perdagangan internasional, memaksa beberapa kapal untuk mengambil rute panjang di sekitar Afrika selatan daripada Terusan Suez, yang menyebabkan kenaikan tarif asuransi, biaya pengiriman, dan waktu yang memicu ketakutan inflasi global.
Kelompok Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah Yaman, termasuk ibu kota, Sana'a, sejak merebut kekuasaan pada akhir tahun 2014, juga telah meluncurkan rudal dan pesawat nirawak ke Israel, ratusan kilometer ke utara.
Israel telah menanggapi dengan menyerang wilayah Houthi pada beberapa kesempatan, termasuk pekan lalu ketika pesawat tempurnya mengebom dua pelabuhan dan satu pembangkit listrik.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan, bulan lalu, Israel baru saja memulai kampanye melawan kelompok Houthi.
Amerika Serikat bersama Inggris meluncurkan operasi multinasional pada bulan Desember 2023 untuk menjaga perdagangan di Laut Merah, dan telah berulang kali melakukan serangan udara terhadap benteng pertahanan Houthi yang menargetkan fasilitas penyimpanan senjata.
Uni Eropa, pada Februari, meluncurkan misi Laut Merahnya sendiri untuk mencegah serangan Houthi yang semakin intensif dan membantu melindungi rute perdagangan utama.
Israel memberikan pukulan telak kepada Hamas dan Hizbullah Lebanon, menewaskan para pemimpin tertinggi mereka dan mengurangi persenjataan mereka.
Setelah kejadian itu, rezim Bashar Al-Assad yang telah berkuasa selama puluhan tahun di Suriah juga digulingkan.
(sya)
Lihat Juga :