Gempa Bumi di Tibet Ungkap Risiko Bendungan PLTA Raksasa China
loading...

Gempa bumi dahsyat di Tibet pada 7 Januari 2025 yang menewaskan 126 orang mengungkap bahaya terkait rencana China untuk membangun bendungan PLTA raksasa di sungai Brahmaputra di dataran tinggi Tibet. Foto/Xinhua
A
A
A
JAKARTA - Gempa bumi dahsyat di Tibet pada 7 Januari 2025 yang menewaskan 126 orang dan melukai 188 lainnya telah mengungkap bahaya terkait rencana China untuk membangun bendungan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) raksasa di sungai Brahmaputra di dataran tinggi Tibet.
Bencana itu juga mengungkap ancaman yang akan ditimbulkan bendungan tersebut terhadap seluruh wilayah, khususnya Tibet dan negara-negara hilir India dan Bangladesh.
Mengutip editorial Greek City Times, Jumat (17/1/2025), bendungan China di Brahmaputra akan mengerdilkan proyek PLTA lainnya di mana pun di dunia; termasuk Bendungan Tiga Ngarai milik China sendiri, yang merupakan bendungan terbesar di dunia saat ini.
Telah terjadi perdebatan tentang hubungan antara proyek PLTA dan gempa bumi. Beberapa ahli berpendapat bahwa variasi musiman pada tingkat air di waduk yang diperlukan untuk PLTA memberi tekanan pada formasi batuan di daerah tersebut. Hal ini dapat mengganggu kestabilan struktur geologi di sekitar bendungan, menyebabkan struktur tersebut bergeser dan mengakibatkan gempa bumi.
Baca Juga: Korban Tewas Gempa Tibet Bertambah Jadi 126 Orang
“Gempa bumi yang dipicu atau diinduksi waduk terjadi bersamaan dengan perubahan cepat permukaan air di balik bendungan besar,” demikian bunyi artikel di ScienceDirect pada 2021.
Fenomena tersebut mungkin merupakan ketidakseimbangan gravitasi akibat penambahan air di waduk. Pengisian air di waduk meningkatkan jumlah tekanan di area tersebut.
Penjelasan yang lebih mungkin untuk kegempaan yang diinduksi waduk adalah peningkatan tekanan pori karena tekanan hidrostatik waduk. Selain itu, fluktuasi musiman air menciptakan tekanan di bawah waduk, yang menyebabkan gempa bumi yang dapat menyebabkan kerusakan besar.
Dataran tinggi Tibet dan wilayah Himalaya merupakan zona seismik aktif dan tidak stabil, dan gempa bumi dengan magnitudo berbeda kerap terjadi di Tibet.
Wilayah Shigatse di Tibet, yang paling parah terkena dampak gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,8 pada 7 Januari, juga mengalami kerusakan signifikan pada tahun 2015 akibat gempa besar berkekuatan magnitudo 8,1 yang menghancurkan Nepal.
Bencana itu juga mengungkap ancaman yang akan ditimbulkan bendungan tersebut terhadap seluruh wilayah, khususnya Tibet dan negara-negara hilir India dan Bangladesh.
Mengutip editorial Greek City Times, Jumat (17/1/2025), bendungan China di Brahmaputra akan mengerdilkan proyek PLTA lainnya di mana pun di dunia; termasuk Bendungan Tiga Ngarai milik China sendiri, yang merupakan bendungan terbesar di dunia saat ini.
Telah terjadi perdebatan tentang hubungan antara proyek PLTA dan gempa bumi. Beberapa ahli berpendapat bahwa variasi musiman pada tingkat air di waduk yang diperlukan untuk PLTA memberi tekanan pada formasi batuan di daerah tersebut. Hal ini dapat mengganggu kestabilan struktur geologi di sekitar bendungan, menyebabkan struktur tersebut bergeser dan mengakibatkan gempa bumi.
Baca Juga: Korban Tewas Gempa Tibet Bertambah Jadi 126 Orang
“Gempa bumi yang dipicu atau diinduksi waduk terjadi bersamaan dengan perubahan cepat permukaan air di balik bendungan besar,” demikian bunyi artikel di ScienceDirect pada 2021.
Fenomena tersebut mungkin merupakan ketidakseimbangan gravitasi akibat penambahan air di waduk. Pengisian air di waduk meningkatkan jumlah tekanan di area tersebut.
Penjelasan yang lebih mungkin untuk kegempaan yang diinduksi waduk adalah peningkatan tekanan pori karena tekanan hidrostatik waduk. Selain itu, fluktuasi musiman air menciptakan tekanan di bawah waduk, yang menyebabkan gempa bumi yang dapat menyebabkan kerusakan besar.
Zona Seismik Aktif
Dataran tinggi Tibet dan wilayah Himalaya merupakan zona seismik aktif dan tidak stabil, dan gempa bumi dengan magnitudo berbeda kerap terjadi di Tibet.
Wilayah Shigatse di Tibet, yang paling parah terkena dampak gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,8 pada 7 Januari, juga mengalami kerusakan signifikan pada tahun 2015 akibat gempa besar berkekuatan magnitudo 8,1 yang menghancurkan Nepal.
Lihat Juga :