China Eksekusi Eks Pejabat Tinggi Pemerintah yang Korupsi Rp6,6 Triliun
loading...
A
A
A
BEIJING - China mengeksekusi seorang mantan pejabat yang dihukum karena korupsi senilai lebih dari 3 miliar yuan (USD412 juta atau Rp6,6 triliun).
Kabar itu dilaporkan CCTV, mengutip pengadilan di Daerah Otonomi Mongolia Dalam Utara.
Eksekusi tersebut merupakan bagian dari tindakan keras antikorupsi yang meluas oleh pihak berwenang di Beijing.
Li Jianping, mantan sekretaris komite kerja Partai Komunis di zona ekonomi dan pengembangan teknologi Hohhot, dinyatakan bersalah atas kejahatan termasuk penyuapan, penyalahgunaan dana publik, dan berkolusi dengan sindikat kriminal.
Li yang berusia 64 tahun awalnya dijatuhi hukuman mati pada September 2022 setelah pihak berwenang mendapati dia telah memanfaatkan jabatannya sebagai pegawai negeri untuk menggelapkan dana.
Dia kalah dalam bandingnya pada bulan Agustus ini dan putusan tersebut kemudian disetujui oleh Mahkamah Rakyat Tertinggi China. Putusan tersebut dilaksanakan pada hari Selasa (17/12/2024).
Pengadilan tinggi memverifikasi Li menyalahgunakan lebih dari 1,437 miliar yuan (USD197 juta) dari dana perusahaan milik negara "melalui cara-cara yang menipu," yang lebih dari 289 juta yuan (USD39,6 juta) belum dikembalikan.
Selain itu, dia menerima lebih dari 577 juta yuan (USD79,2 juta) dalam bentuk suap sebagai imbalan atas pemberian keuntungan.
Tak hanya itu, dia menggelapkan lebih dari 1,06 miliar yuan (USD137 juta) dalam dana publik, dengan lebih dari 404 juta yuan (USD55,4 juta) masih belum dikembalikan sebelum kasus tersebut terungkap, menurut laporan media China.
Bulan lalu, mantan Chairman Bank Sentral China, Liu Liange, dijatuhi hukuman mati dengan penangguhan hukuman dua tahun karena menerima suap senilai hampir USD17 juta dan secara ilegal mengeluarkan pinjaman.
Penangguhan dua tahun, yang diberikan karena terdakwa telah bekerja sama dengan pihak berwenang dan menunjukkan penyesalan, berarti hukuman hanya akan dilaksanakan jika Liu melakukan kejahatan lebih lanjut selama periode tersebut.
Jika mendapat penangguhan hukuman, dia akan menjalani hukuman seumur hidup.
Sejak mengamankan masa jabatan ketiganya pada tahun 2022, Presiden China Xi Jinping telah meningkatkan upaya antikorupsinya.
Banyak miliarder dan bankir telah dikeluarkan dari partai dan dipenjara selama kampanye besar-besaran Beijing melawan korupsi.
Kampanye tersebut mendapat dukungan publik yang cukup besar, meskipun para kritikus mengklaim hal itu memungkinkan presiden mengonsolidasikan kekuasaan dengan mengganti para pesaing dengan para loyalis di posisi-posisi penting.
Baca Juga: Sekutu Terus Tergerus, Sampai Kapan Iran Akan Bertahan?
Kabar itu dilaporkan CCTV, mengutip pengadilan di Daerah Otonomi Mongolia Dalam Utara.
Eksekusi tersebut merupakan bagian dari tindakan keras antikorupsi yang meluas oleh pihak berwenang di Beijing.
Li Jianping, mantan sekretaris komite kerja Partai Komunis di zona ekonomi dan pengembangan teknologi Hohhot, dinyatakan bersalah atas kejahatan termasuk penyuapan, penyalahgunaan dana publik, dan berkolusi dengan sindikat kriminal.
Li yang berusia 64 tahun awalnya dijatuhi hukuman mati pada September 2022 setelah pihak berwenang mendapati dia telah memanfaatkan jabatannya sebagai pegawai negeri untuk menggelapkan dana.
Dia kalah dalam bandingnya pada bulan Agustus ini dan putusan tersebut kemudian disetujui oleh Mahkamah Rakyat Tertinggi China. Putusan tersebut dilaksanakan pada hari Selasa (17/12/2024).
Pengadilan tinggi memverifikasi Li menyalahgunakan lebih dari 1,437 miliar yuan (USD197 juta) dari dana perusahaan milik negara "melalui cara-cara yang menipu," yang lebih dari 289 juta yuan (USD39,6 juta) belum dikembalikan.
Selain itu, dia menerima lebih dari 577 juta yuan (USD79,2 juta) dalam bentuk suap sebagai imbalan atas pemberian keuntungan.
Tak hanya itu, dia menggelapkan lebih dari 1,06 miliar yuan (USD137 juta) dalam dana publik, dengan lebih dari 404 juta yuan (USD55,4 juta) masih belum dikembalikan sebelum kasus tersebut terungkap, menurut laporan media China.
Bulan lalu, mantan Chairman Bank Sentral China, Liu Liange, dijatuhi hukuman mati dengan penangguhan hukuman dua tahun karena menerima suap senilai hampir USD17 juta dan secara ilegal mengeluarkan pinjaman.
Penangguhan dua tahun, yang diberikan karena terdakwa telah bekerja sama dengan pihak berwenang dan menunjukkan penyesalan, berarti hukuman hanya akan dilaksanakan jika Liu melakukan kejahatan lebih lanjut selama periode tersebut.
Jika mendapat penangguhan hukuman, dia akan menjalani hukuman seumur hidup.
Sejak mengamankan masa jabatan ketiganya pada tahun 2022, Presiden China Xi Jinping telah meningkatkan upaya antikorupsinya.
Banyak miliarder dan bankir telah dikeluarkan dari partai dan dipenjara selama kampanye besar-besaran Beijing melawan korupsi.
Kampanye tersebut mendapat dukungan publik yang cukup besar, meskipun para kritikus mengklaim hal itu memungkinkan presiden mengonsolidasikan kekuasaan dengan mengganti para pesaing dengan para loyalis di posisi-posisi penting.
Baca Juga: Sekutu Terus Tergerus, Sampai Kapan Iran Akan Bertahan?
(sya)