Eks Analis CIA: Iron Dome Gagal Bendung Rudal Iran, tapi Israel Blokir Berita
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Larry Johnson, mantan analis Badan Intelijen Pusat (CIA) Amerika Serikat (AS), mengkritik sistem pertahanan rudal berlapis Israel termasuk Iron Dome yang gagal membendung serangan rudal Iran.
Namun, kata Johnson, rezim Zionis menyensor berita tentang kegagalan sistem pertahanan mereka agar tidak dilihat komunitas internasional.
“Saya telah melihat videonya dan Anda dapat melihat rudal terus menghujani dan mengenai sasaran. Israel memberlakukan pemblokiran berita,” kata Johnson.
Serangan ratusan rudal Teheran tidak memakan korban jiwa di antara warga Israel. Johnson menilai Iran memang tidak menginginkan hal semacam itu.
“Mereka (Israel) tidak ingin informasi tentang apa yang terjadi tersebar luas. Namun Iran memastikan bahwa Iran tidak akan menyerang dan berisiko menewaskan ratusan atau ribuan warga sipil Israel," paparnya.
“Mereka tidak akan bertindak seperti orang Israel,” lanjut analis tersebut.
“Mereka benar-benar menganggap diri mereka, jika boleh saya katakan, lebih manusiawi, lebih terhormat, dan berdasarkan tindakan mereka, saya pikir mereka dapat membuktikannya," imbuh dia, seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (4/10/2024).
Johnson mengeklaim Iran terpaksa menyerang Israel setelah Amerika Serikat memberi jaminan palsu bahwa Israel akan menghentikan serangan terhadap negara-negara tetangganya setelah membunuh pemimpin Hamas Ismail Haniyeh.
Iran sebelumnya melancarkan serangan balasan terhadap Israel pada bulan April setelah pengeboman kantor diplomatik Iran di Damaskus, Suriah, oleh Tel Aviv menewaskan dua jenderal Iran. Nama sandi True Promise Operation (Operasi Janji Sejati) diumumkan untuk serangan tersebut.
Serangan 180 rudal Iran ke Israel pada Selasa lalu, yang dijuluki Operasi Janji Sejati II, tampak jauh lebih substansial daripada serangan bulan April di mana sebagian besar rudal, roket, dan pesawat nirawak Iran dicegat oleh Iron Dome milik Israel.
Namun, kata Johnson, rezim Zionis menyensor berita tentang kegagalan sistem pertahanan mereka agar tidak dilihat komunitas internasional.
“Saya telah melihat videonya dan Anda dapat melihat rudal terus menghujani dan mengenai sasaran. Israel memberlakukan pemblokiran berita,” kata Johnson.
Serangan ratusan rudal Teheran tidak memakan korban jiwa di antara warga Israel. Johnson menilai Iran memang tidak menginginkan hal semacam itu.
“Mereka (Israel) tidak ingin informasi tentang apa yang terjadi tersebar luas. Namun Iran memastikan bahwa Iran tidak akan menyerang dan berisiko menewaskan ratusan atau ribuan warga sipil Israel," paparnya.
“Mereka tidak akan bertindak seperti orang Israel,” lanjut analis tersebut.
“Mereka benar-benar menganggap diri mereka, jika boleh saya katakan, lebih manusiawi, lebih terhormat, dan berdasarkan tindakan mereka, saya pikir mereka dapat membuktikannya," imbuh dia, seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (4/10/2024).
Johnson mengeklaim Iran terpaksa menyerang Israel setelah Amerika Serikat memberi jaminan palsu bahwa Israel akan menghentikan serangan terhadap negara-negara tetangganya setelah membunuh pemimpin Hamas Ismail Haniyeh.
Iran sebelumnya melancarkan serangan balasan terhadap Israel pada bulan April setelah pengeboman kantor diplomatik Iran di Damaskus, Suriah, oleh Tel Aviv menewaskan dua jenderal Iran. Nama sandi True Promise Operation (Operasi Janji Sejati) diumumkan untuk serangan tersebut.
Serangan 180 rudal Iran ke Israel pada Selasa lalu, yang dijuluki Operasi Janji Sejati II, tampak jauh lebih substansial daripada serangan bulan April di mana sebagian besar rudal, roket, dan pesawat nirawak Iran dicegat oleh Iron Dome milik Israel.