AS: Tembakkan Rudal Pembunuh Kapal Induk, China Makin Guncang Laut China Selatan
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) atau Pentagon mengecam keras tindakan China yang menembakkan beberapa misil termasuk rudal yang dijuluki "pembunuh kapal induk" ke Laut China Selatan . Menurut Pentagon tindakan Beijing semakin mengguncang situasi di kawasan sengketa tersebut.
Menurut laporan South China Morning Postada dua rudal yang ditembakkan Beijing ke kawasan Laut China Selatan pada hari Rabu. Keduanya adalah rudal DF-26 yang dijuluki sebagai rudal " pembunuh kapal induk " dan DF-21. Namun, menurut Pentagon, pasukan Beijing meluncurkan sebanyak empat rudal balistik—bukan dua—selama latihan militer di sekitar kepulauan Paracel. Departemen itu mempertanyakan komitmen China tahun 2002 yang ingin menghindari kegiatan provokatif.
"Tindakan China, termasuk uji coba rudal, semakin mengguncang situasi di Laut China Selatan," kata Pentagon dalam sebuah pernyataan hari Kamis waktu Washington.
"Latihan semacam itu juga melanggar komitmen RRC (Republik Rakyat China) di bawah Deklarasi 2002 tentang Perilaku Para Pihak di Laut China Selatan untuk menghindari kegiatan yang akan memperumit atau meningkatkan perselisihan dan memengaruhi perdamaian dan stabilitas," lanjut pernyataan tersebut, yang dilansir AFP, Jumat (28/8/2020). (Baca: China Tembakkan Rudal Pembunuh Kapal Induk, Peringatan untuk AS )
Selama dekade terakhir, China telah membangun instalasi militer di beberapa terumbu karang dan singkapan yang disengketakan di Laut China Selatan untuk menegaskan kedaulatannya atas sebagian besar wilayah yang juga diklaim oleh Vietnam, Filipina, Malaysia, Taiwan, dan Brunei.
Pentagon mengatakan latihan militer China yang dimulai 23 Agustus hingga 29 Agustus di dekat Paracel adalah yang terbaru dari serangkaian tindakan RRC untuk menegaskan klaim maritim yang melanggar hukum dan merugikan tetangganya di Asia Tenggara.
Amerika Serikat telah mendesak China pada Juli lalu untuk mengurangi "militerisasi dan pemaksaan" di wilayah tersebut.
"Sebaliknya, RRC memilih untuk meningkatkan aktivitas latihannya dengan menembakkan rudal balistik," katanya.
Sebelumnya pada hari Kamis, Beijing mengecam Washington atas penjatuhan sanksi terhadap dua lusin perusahaan milik negara China yang terlibat dalam membangun dan memasok pangkalan China di Laut China Selatan.
"Kata-kata AS sangat mengganggu urusan dalam negeri China...itu sepenuhnya logika tirani dan politik kekuasaan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian. (Baca juga: 62 Perwira Tinggi Dimutasi, Brigjen TNI Mohamad Hasan Jabat Danjen Kopassus )
"China akan mengambil langkah tegas untuk menegakkan hak dan kepentingan sah perusahaan dan individu China," katanya.
Menurut laporan South China Morning Postada dua rudal yang ditembakkan Beijing ke kawasan Laut China Selatan pada hari Rabu. Keduanya adalah rudal DF-26 yang dijuluki sebagai rudal " pembunuh kapal induk " dan DF-21. Namun, menurut Pentagon, pasukan Beijing meluncurkan sebanyak empat rudal balistik—bukan dua—selama latihan militer di sekitar kepulauan Paracel. Departemen itu mempertanyakan komitmen China tahun 2002 yang ingin menghindari kegiatan provokatif.
"Tindakan China, termasuk uji coba rudal, semakin mengguncang situasi di Laut China Selatan," kata Pentagon dalam sebuah pernyataan hari Kamis waktu Washington.
"Latihan semacam itu juga melanggar komitmen RRC (Republik Rakyat China) di bawah Deklarasi 2002 tentang Perilaku Para Pihak di Laut China Selatan untuk menghindari kegiatan yang akan memperumit atau meningkatkan perselisihan dan memengaruhi perdamaian dan stabilitas," lanjut pernyataan tersebut, yang dilansir AFP, Jumat (28/8/2020). (Baca: China Tembakkan Rudal Pembunuh Kapal Induk, Peringatan untuk AS )
Selama dekade terakhir, China telah membangun instalasi militer di beberapa terumbu karang dan singkapan yang disengketakan di Laut China Selatan untuk menegaskan kedaulatannya atas sebagian besar wilayah yang juga diklaim oleh Vietnam, Filipina, Malaysia, Taiwan, dan Brunei.
Pentagon mengatakan latihan militer China yang dimulai 23 Agustus hingga 29 Agustus di dekat Paracel adalah yang terbaru dari serangkaian tindakan RRC untuk menegaskan klaim maritim yang melanggar hukum dan merugikan tetangganya di Asia Tenggara.
Amerika Serikat telah mendesak China pada Juli lalu untuk mengurangi "militerisasi dan pemaksaan" di wilayah tersebut.
"Sebaliknya, RRC memilih untuk meningkatkan aktivitas latihannya dengan menembakkan rudal balistik," katanya.
Sebelumnya pada hari Kamis, Beijing mengecam Washington atas penjatuhan sanksi terhadap dua lusin perusahaan milik negara China yang terlibat dalam membangun dan memasok pangkalan China di Laut China Selatan.
"Kata-kata AS sangat mengganggu urusan dalam negeri China...itu sepenuhnya logika tirani dan politik kekuasaan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian. (Baca juga: 62 Perwira Tinggi Dimutasi, Brigjen TNI Mohamad Hasan Jabat Danjen Kopassus )
"China akan mengambil langkah tegas untuk menegakkan hak dan kepentingan sah perusahaan dan individu China," katanya.
(min)