Kisah Rusia dan AS Nyaris Perang Nuklir tapi Dicegah Stanislav Petrov

Senin, 30 September 2024 - 15:40 WIB
loading...
Kisah Rusia dan AS Nyaris...
Rusia dan AS nyaris perang nuklir di masa lalu, namun berhasil dicegah seorang perwira benama Stanislav Yevgrafovich Petrov. Foto/National Interest
A A A
MOSKOW - Pada awal tahun 1980-an, ketegangan antara Uni Soviet—sekarang bernama Rusia —dan Amerika Serikat (AS) meningkat, menyebabkan keduanya nyaris perang nuklir.

Lebih dari empat dekade kemudian, Rusia dan NATO yang dipimpin AS kembali terlibat dalam ketegangan, di mana ancaman perang nuklir sekarang membayangi Eropa.

Saat ancaman eskalasi nuklir antara dua kekuatan nuklir terus menghantui umat manusia, dunia mengingat suatu hari lebih dari empat dekade lalu ketika seorang pejabat Soviet, Letnan Kolonel Stanislav Petrov, seorang diri mencegah perang nuklir yang nyaris pecah antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Bagaimana Stanislav Petrov Cegah Perang Nuklir?


Hubungan antara AS dan Uni Soviet telah mencapai titik yang paling rentan dan genting pada awal tahun 1980-an.

Uni Soviet, yang dipimpin oleh Yuri Andropov, dan Amerika Serikat yang dipimpin oleh Presiden Ronald Reagan, sangat waspada satu sama lain dan melakukan perluasan kekuatan militer di seluruh Eropa.



Ketegangan antara kedua negara yang bermusuhan di Perang Dingin meningkat setelah Korean Air Lines Penerbangan 007, yang terbang dari New York ke Seoul, ditembak jatuh oleh Angkatan Udara Soviet.

Pesawat itu seharusnya terbang ke Seoul melalui Anchorage, Alaska. Namun, pesawat itu melakukan kesalahan navigasi dan memasuki wilayah udara Uni Soviet yang dilarang.

Dengan asumsi bahwa pesawat itu sedang dalam misi untuk Amerika Serikat, militer Soviet mengerahkan pesawat Su-15 Interceptor dan menembak jatuh pesawat itu dengan dua rudal udara-ke-udara di dekat Pulau Sakhalin di Rusia, menewaskan 269 orang di dalamnya.

Sebagai pembelaan, otoritas Soviet mengeklaim bahwa pesawat itu menyimpang dari jalur aslinya dan memasuki wilayah udara Soviet untuk mengumpulkan informasi intelijen bagi AS. Namun, mereka tidak dapat mendukung klaim itu dengan bukti, yang menyebabkan gelombang eskalasi antara kedua musuh bebuyutan tersebut.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
13 Rudal dan Drone Iran...
13 Rudal dan Drone Iran yang Bisa Hapus Pangkalan AS di Timur Tengah dari Peta
Netanyahu Batal Tunjuk...
Netanyahu Batal Tunjuk Eli Sharafit Jadi Bos Baru Shin Bet karena Kritik Trump
China Gelar Latihan...
China Gelar Latihan Militer Dekat Taiwan, AS Kirim Jet Tempur F-16 Block 70 Viper
Perang Panas Trump dan...
Perang Panas Trump dan Iran Bisa Picu Kiamat Inflasi?
Houthi Tembak Jatuh...
Houthi Tembak Jatuh Drone AS ke-16 di Atas Yaman dengan Rudal Buatan Lokal
Trump akan Modernisasi...
Trump akan Modernisasi Persenjataan Nuklir AS Tanpa Menambah Jumlah
Trump akan Berkunjung...
Trump akan Berkunjung ke Arab Saudi pada Pertengahan Mei
Kebakaran Pipa Gas Petronas,...
Kebakaran Pipa Gas Petronas, 63 Orang Dilarikan ke RS
Luncurkan Kapal Selam...
Luncurkan Kapal Selam Pembawa Rudal Zircon, Putin: AL Rusia yang Terkuat!
Rekomendasi
Ratusan Pemudik dari...
Ratusan Pemudik dari Sumatera Mulai Kembali ke Pulau Jawa
Duka Anak Atas Meninggalnya...
Duka Anak Atas Meninggalnya Ray Sahetapy: Selamat Jalan Ayah
Raffi Ahmad dan Nagita...
Raffi Ahmad dan Nagita Slavina Hadiri Open House Prabowo di Istana Negara
Berita Terkini
13 Rudal dan Drone Iran...
13 Rudal dan Drone Iran yang Bisa Hapus Pangkalan AS di Timur Tengah dari Peta
24 menit yang lalu
Netanyahu Batal Tunjuk...
Netanyahu Batal Tunjuk Eli Sharafit Jadi Bos Baru Shin Bet karena Kritik Trump
2 jam yang lalu
Warga Gaza Gelar Salat...
Warga Gaza Gelar Salat Idulfitri di Atas Reruntuhan Masjid di Tengah Serangan Israel
3 jam yang lalu
China Gelar Latihan...
China Gelar Latihan Militer Dekat Taiwan, AS Kirim Jet Tempur F-16 Block 70 Viper
4 jam yang lalu
Jepang Prediksi Gempa...
Jepang Prediksi Gempa Bumi Besar yang bisa Tewaskan 300.000 Orang
5 jam yang lalu
Lebih dari 2.000 Orang...
Lebih dari 2.000 Orang Tewas akibat Gempa Myanmar, 700 Muslim Meninggal di Masjid
6 jam yang lalu
Infografis
Lawan Houthi, AS akan...
Lawan Houthi, AS akan Kerahkan Kapal Induk Nuklir Kedua
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved