Deforisasi Tak Terbendung, Kondisi Hutan Amazon Memprihatinkan

Rabu, 20 November 2019 - 06:51 WIB
Deforisasi Tak Terbendung, Kondisi Hutan Amazon Memprihatinkan
Deforisasi Tak Terbendung, Kondisi Hutan Amazon Memprihatinkan
A A A
BRASILIA - Laju deforisasi di hutan hujan Amazon kian tak terbendung. Berdasarkan laporan National Institute for Space Research (INPE), sekitar 9.762 kilometer persegi lahan perhutanan Amazon gundul pada tahun ini. Angka itu menjadi angka penggundulan tertinggi yang pernah tercatat dalam 11 tahun terakhir.

“Tingkat deforisasi di hutan hujan Amazon telah meningkat 29,5% dibanding setahun sebelumnya. Ini merupakan penggundulan tertinggi sejak 2008,” ungkap INPE, dikutip CNN. Menurut ahli lingkungan, kenaikkan tersebut berkaitan dengan kebijakan dan kepemimpinan presiden sayap kanan Brasil Jair Bolsonaro.

Bolsonaro yang terpilih pada 2018 dituduh gagal melindungi hutan hujan Amazon. Dia menolak dana bantuan dari dunia internasional senilai USD20 juta (Rp281 miliar) selama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 untuk memadamkan kebakaran hutan Amazon karena dianggap menyinggung harkat dan martabat.

“Laju cepat deforisasi ini merupakan dampak langsung dari strategi yang diterapkan Bolsonaro untuk menghapus Kementerian Lingkungan,” ungkap Climate Observatory, organisasi advokasi lingkungan Brasil. Menteri Lingkungan Brasil, Ricardo Sales, juga menyayangkan keputusan pemerintah dalam isu tersebut.

Sales mengatakan deforesasi di hutan hujan Amazon disebabkan aktivitas ilegal seperti pengembalaan ternak, pertanian, ekstraksi kayu, dan pertambangan. Dia mengusulkan adanya alternatif ekonomi yang berkelanjutan guna menghentikan deforesasi. Beberapa otoritas terkait akan menggelar pertemuan pekan ini.

World Wildlife Fund (WWF) menyatakan hutan meliputi lebih dari 30% permukaan bumi. Namun, seiring dengan kemajuan peradaban, hutan mengalami deforesasi, baik akibat perkebunan, konstruksi, ataupun manufaktur. Padahal, kawasan hutan merupakan sumber utama makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.

“Hutan merupakan sumber yang besar, tapi juga menjadi lahan tak tergarap yang dapat dikonversi untuk tujuan yang baik,” ungkap WWF. Berdasarkan National Geographic, di Amerika Utara saja, sekitar setengah dari total hutan di bagian timur kawasan telah ditebang antara abad ke-16 sampai 18 untuk properti.

Saat ini, sebagian besar deforisasi terjadi di daerah tropis. Area yang dulu tak terjamah sekarang dapat diakses melalui jalan raya. Universitas Maryland menyatakan sekitar 158 ribu kilometer persegi hutan tropis di Bangladesh gundul, sedangkan di tingkat internasional angkanya mencapai 10 juta kilometer persegi.

Hutan merupakan rumah bagi 80% biodiversitas terestrial, baik pepohonan, tumbuhan, hewan, ataupun mikroba. Di luar itu, hutan juga menjadi sumber penting bagi kehidupan manusia di seluruh dunia. Warga Uganda bahkan bergantung kepada hutan untuk pasokan kayu bakar dan arang yang diperlukan setiap hari.

Menurut laporan FAO, ¾ air bersih di bumi berasal dari kawasan hutan sehingga penggundulan hutan akan mengurangi kualitas air. Senada dengan FAO, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) juga mengatakan separuh penduduk dunia bergantung kepada air bersih di area hutan, terutama untuk air minum dan pertanian.

Berdasarkan hasil studi, penggundulan hutan hujan Amazon dalam skala besar dapat menimbulkan kekeringan dan mengurangi intensitas hujan. Sebab, hutan yang digunduli memiliki suhu udara dan tanah yang lebih tinggi. Karbondioksida dan gas rumah kaca yang dapat diserap pepohonan juga akan meningkat.

“Pepohonan di hutan hujan tropis saja dapat memitigasi iklim sebesar 23%. Hal itu diperlukan untuk mencegah perubahan iklim,” kata World Resources Institute (WRI). “Penggundulan hutan juga dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca. Karena itu sering disebut sebagai penyebab kedua perubahan iklim,” ucapnya. (Muh Shamil)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3774 seconds (0.1#10.140)