AS Ingin Kirim Rudal JASSM, Rusia: Jangan Bercanda, Hati-hati agar Tak Perang Dunia III!
loading...
A
A
A
MOSKOW - Amerika Serikat (AS) berencana mengirim rudal jarak jauh ke Ukraina yang bisa digunakan untuk menyerang lebih dalam wilayah Rusia.
Moskow memperingatkan Washington untuk berhati-hati dalam mendukung Kyiv agar terhindar dari Perang Dunia III.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan Amerika sangat menyadari bahwa setiap keputusan untuk memasok Ukraina dengan rudal jarak jauh akan melewati "garis merah" Moskow.
Kantor berita Reuters melaporkan bahwa pejabat Amerika hampir menyetujui pasokan rudal jelajah jarak jauh ke Kyiv. Rudal yang dimaksud adalah Joint Air-to-Surface Standoff Missiles (JASSM), memiliki jangkauan hingga 900 km dan dapat ditembakkan dari jet tempur F-16 Ukraina pasokan Barat.
“Amerika telah melangkahi garis merah yang mereka buat,” kata Lavrov kepada jurnalis Pavel Zarubin pada hari Rabu, merujuk pada keengganan Washington yang sudah lama untuk memberi Ukraina senjata yang mampu menyerang jauh di dalam wilayah Rusia.
“Mereka semakin berani, dan [pemimpin Ukraina Volodymyr] Zelensky tentu melihat ini dan menggunakannya,” lanjut Lavrov.
“Tetapi mereka perlu mengerti, mereka bercanda tentang garis merah kami. Jangan bercanda tentang garis merah kami. Mereka tahu betul apa itu," papar diplomat top Rusia tersebut, yang dilansir Russia Today, Kamis (5/9/2024).
Bulan lalu, Lavrov menyatakan bahwa AS dan sekutunya akan “mencari masalah” jika mereka mencabut aturan yang melarang Ukraina melancarkan serangan jarak jauh terhadap Rusia.
"Saya ingin mengutip lagi pernyataan dari [juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John] Kirby, yang mengatakan bahwa [AS] harus sangat berhati-hati dalam meningkatkan dukungan untuk Ukraina agar terhindar dari Perang Dunia III," kata Lavrov.
Pada Juni lalu, Kirby mengatakan bahwa eskalasi besar konflik Ukraina dapat menimbulkan dampak buruk, berpotensi di seluruh benua Eropa dan akan merugikan kepentingan AS di kawasan tersebut.
Zelensky berpendapat bahwa Barat tidak perlu takut dengan eskalasi dari Rusia, dan bahwa serangan pasukan Ukraina ke wilayah Kursk, Rusia, membuktikan bahwa Moskow tidak memiliki "garis merah".
Namun, meskipun Rusia biasanya enggan menanggapi provokasi oleh Kyiv atau Barat, Rusia terus bertempur dengan cara yang menguntungkan kekuatannya—yaitu keunggulan besarnya dalam artileri, persediaan rudal, dan personel militer.
Serangan Kyiv di Jembatan Crimea, misalnya, tidak dibalas dengan serangan balasan terhadap warga sipil Ukraina, tetapi dengan serangan rudal besar-besaran dan melumpuhkan infrastruktur energi negara itu.
Demikian pula, kehadiran instruktur militer Barat di Ukraina telah disambut dengan serangan presisi terhadap posisi mereka, yang biasanya diumumkan oleh Kementerian Pertahanan Rusia beberapa hari kemudian.
Sementara komandan militer tertinggi Ukraina berharap bahwa operasi Kursk akan memicu reaksi berlebihan dari Rusia dan memaksa Moskow untuk menarik pasukan dari sektor garis depan yang sibuk di dekat Donetsk, Rusia tidak termakan umpan tersebut.
Sebaliknya, Moskow mengerahkan lebih banyak pasukan ke Donetsk, tempat mereka telah menerobos garis pertahanan Ukraina dan mendekati beberapa benteng pertahanan utama.
Lihat Juga: Senjata Makan Tuan, Kapal Perang AS Tembak Jatuh Jet Tempur F/A-18 Amerika di Laut Merah
Moskow memperingatkan Washington untuk berhati-hati dalam mendukung Kyiv agar terhindar dari Perang Dunia III.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan Amerika sangat menyadari bahwa setiap keputusan untuk memasok Ukraina dengan rudal jarak jauh akan melewati "garis merah" Moskow.
Kantor berita Reuters melaporkan bahwa pejabat Amerika hampir menyetujui pasokan rudal jelajah jarak jauh ke Kyiv. Rudal yang dimaksud adalah Joint Air-to-Surface Standoff Missiles (JASSM), memiliki jangkauan hingga 900 km dan dapat ditembakkan dari jet tempur F-16 Ukraina pasokan Barat.
“Amerika telah melangkahi garis merah yang mereka buat,” kata Lavrov kepada jurnalis Pavel Zarubin pada hari Rabu, merujuk pada keengganan Washington yang sudah lama untuk memberi Ukraina senjata yang mampu menyerang jauh di dalam wilayah Rusia.
“Mereka semakin berani, dan [pemimpin Ukraina Volodymyr] Zelensky tentu melihat ini dan menggunakannya,” lanjut Lavrov.
“Tetapi mereka perlu mengerti, mereka bercanda tentang garis merah kami. Jangan bercanda tentang garis merah kami. Mereka tahu betul apa itu," papar diplomat top Rusia tersebut, yang dilansir Russia Today, Kamis (5/9/2024).
Bulan lalu, Lavrov menyatakan bahwa AS dan sekutunya akan “mencari masalah” jika mereka mencabut aturan yang melarang Ukraina melancarkan serangan jarak jauh terhadap Rusia.
"Saya ingin mengutip lagi pernyataan dari [juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John] Kirby, yang mengatakan bahwa [AS] harus sangat berhati-hati dalam meningkatkan dukungan untuk Ukraina agar terhindar dari Perang Dunia III," kata Lavrov.
Pada Juni lalu, Kirby mengatakan bahwa eskalasi besar konflik Ukraina dapat menimbulkan dampak buruk, berpotensi di seluruh benua Eropa dan akan merugikan kepentingan AS di kawasan tersebut.
Zelensky berpendapat bahwa Barat tidak perlu takut dengan eskalasi dari Rusia, dan bahwa serangan pasukan Ukraina ke wilayah Kursk, Rusia, membuktikan bahwa Moskow tidak memiliki "garis merah".
Namun, meskipun Rusia biasanya enggan menanggapi provokasi oleh Kyiv atau Barat, Rusia terus bertempur dengan cara yang menguntungkan kekuatannya—yaitu keunggulan besarnya dalam artileri, persediaan rudal, dan personel militer.
Serangan Kyiv di Jembatan Crimea, misalnya, tidak dibalas dengan serangan balasan terhadap warga sipil Ukraina, tetapi dengan serangan rudal besar-besaran dan melumpuhkan infrastruktur energi negara itu.
Demikian pula, kehadiran instruktur militer Barat di Ukraina telah disambut dengan serangan presisi terhadap posisi mereka, yang biasanya diumumkan oleh Kementerian Pertahanan Rusia beberapa hari kemudian.
Sementara komandan militer tertinggi Ukraina berharap bahwa operasi Kursk akan memicu reaksi berlebihan dari Rusia dan memaksa Moskow untuk menarik pasukan dari sektor garis depan yang sibuk di dekat Donetsk, Rusia tidak termakan umpan tersebut.
Sebaliknya, Moskow mengerahkan lebih banyak pasukan ke Donetsk, tempat mereka telah menerobos garis pertahanan Ukraina dan mendekati beberapa benteng pertahanan utama.
Lihat Juga: Senjata Makan Tuan, Kapal Perang AS Tembak Jatuh Jet Tempur F/A-18 Amerika di Laut Merah
(mas)