Perang Besar Israel-Hizbullah Pecah, Zionis Dihujani 320 Roket Katyusha
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Perang besar antara Israel dan Hizbullah Lebanon pecah pada Minggu (25/8/2024), di mana kedua pihak saling umumkan serangan militer skala besar terhadap satu sama lain.
Menurut pernyataan dari Hizbullah, kelompok yang didukung Iran tersebut telah menembakkan lebih dari 320 roket Katyusha dengan target situs-situs militer utama Israel.
Sebaliknya, militer Israel mengumumkan dimulainya serangan pre-emptive terhadap target-target di Lebanon.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengumumkan serangan besarnya pagi ini, dengan menyatakan bahwa mereka telah mendeteksi persiapan oleh Hizbullah untuk serangan skala besar terhadap wilayah Israel.
Jet-jet tempur Angkatan Udara Israel telah dikerahkan untuk serangan tersebut.
Eskalasi ini terjadi setelah berminggu-minggu ketegangan meningkat, dengan Hizbullah dan sekutu regionalnya, Iran, bersumpah untuk membalas pembunuhan komandan militer kelompok tersebut; Fuad Shukr, bulan lalu. Kelompok itu menyebut serangan terhadap komandannya sebagai provokasi langsung dan tindakan perang.
Dalam konteks respons awal terhadap pembunuhan Shukr, Hizbullah mengatakan: "Memulai serangan udara dengan sejumlah besar pesawat nirawak yang menargetkan jauh ke dalam Israel.”
“Menargetkan sejumlah posisi dan barak musuh serta platform Iron Dome dengan sejumlah besar roket,” lanjut kelompok tersebut, seperti dikutip AFP. “Operasi militer akan memakan waktu untuk diselesaikan.”
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengadakan rapat kabinet keamanan pada pukul 04.00 GMT hari ini.
Menurut pernyataan dari kantor Netanyahu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant telah mengumumkan keadaan darurat di seluruh negeri selama 48 jam ke depan.
Menurut pernyataan tersebut, situasi khusus di garis depan, sebagaimana istilah resminya, memberikan Komando Garis Depan IDF kewenangan yang lebih luas untuk memberlakukan pembatasan terhadap penduduk sipil.
"IDF mengidentifikasi organisasi Hizbullah yang bersiap untuk menembakkan rudal dan roket ke wilayah Israel. Menanggapi ancaman ini, IDF menyerang target teror di Lebanon," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.
"Jet tempur Angkatan Udara Israel (IAF) saat ini menyerang target milik organisasi Hizbullah yang menimbulkan ancaman langsung bagi warga Negara Israel.”
Sebagai tindakan pencegahan, Bandara Internasional Ben Gurion Israel mengumumkan penundaan dan pengalihan penerbangan Minggu pagi. Layanan darurat juga telah meningkatkan tingkat kesiagaan mereka, mengantisipasi potensi serangan skala besar dari Hizbullah.
Menanggapi meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut, Amerika Serikat mengatakan akan terus mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri.
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS Sean Savett mengatakan: "Atas arahan Presiden Joe Biden, pejabat senior AS telah berkomunikasi terus-menerus dengan rekan-rekan mereka di Israel. Kami akan terus mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri, dan kami akan terus bekerja untuk stabilitas regional."
Konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hizbullah telah menyaksikan pertukaran tembakan hampir setiap hari di perbatasan Israel-Lebanon sejak pecahnya perang Gaza pada bulan Oktober. Ketegangan terbaru ini telah meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya konflik skala penuh di Lebanon.
Eskalasi saat ini menyusul meningkatnya permusuhan yang dimulai setelah serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel selatan pada 7 Oktober tahun lalu, yang mengakibatkan kematian hampir 1.200 orang, yang sebagian besar adalah warga sipil.
Kampanye militer Israel berikutnya di Gaza telah menyebabkan kematian lebih dari 40.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Menurut pernyataan dari Hizbullah, kelompok yang didukung Iran tersebut telah menembakkan lebih dari 320 roket Katyusha dengan target situs-situs militer utama Israel.
Sebaliknya, militer Israel mengumumkan dimulainya serangan pre-emptive terhadap target-target di Lebanon.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengumumkan serangan besarnya pagi ini, dengan menyatakan bahwa mereka telah mendeteksi persiapan oleh Hizbullah untuk serangan skala besar terhadap wilayah Israel.
Jet-jet tempur Angkatan Udara Israel telah dikerahkan untuk serangan tersebut.
Eskalasi ini terjadi setelah berminggu-minggu ketegangan meningkat, dengan Hizbullah dan sekutu regionalnya, Iran, bersumpah untuk membalas pembunuhan komandan militer kelompok tersebut; Fuad Shukr, bulan lalu. Kelompok itu menyebut serangan terhadap komandannya sebagai provokasi langsung dan tindakan perang.
Dalam konteks respons awal terhadap pembunuhan Shukr, Hizbullah mengatakan: "Memulai serangan udara dengan sejumlah besar pesawat nirawak yang menargetkan jauh ke dalam Israel.”
“Menargetkan sejumlah posisi dan barak musuh serta platform Iron Dome dengan sejumlah besar roket,” lanjut kelompok tersebut, seperti dikutip AFP. “Operasi militer akan memakan waktu untuk diselesaikan.”
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengadakan rapat kabinet keamanan pada pukul 04.00 GMT hari ini.
Menurut pernyataan dari kantor Netanyahu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant telah mengumumkan keadaan darurat di seluruh negeri selama 48 jam ke depan.
Menurut pernyataan tersebut, situasi khusus di garis depan, sebagaimana istilah resminya, memberikan Komando Garis Depan IDF kewenangan yang lebih luas untuk memberlakukan pembatasan terhadap penduduk sipil.
"IDF mengidentifikasi organisasi Hizbullah yang bersiap untuk menembakkan rudal dan roket ke wilayah Israel. Menanggapi ancaman ini, IDF menyerang target teror di Lebanon," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.
"Jet tempur Angkatan Udara Israel (IAF) saat ini menyerang target milik organisasi Hizbullah yang menimbulkan ancaman langsung bagi warga Negara Israel.”
Sebagai tindakan pencegahan, Bandara Internasional Ben Gurion Israel mengumumkan penundaan dan pengalihan penerbangan Minggu pagi. Layanan darurat juga telah meningkatkan tingkat kesiagaan mereka, mengantisipasi potensi serangan skala besar dari Hizbullah.
Menanggapi meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut, Amerika Serikat mengatakan akan terus mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri.
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS Sean Savett mengatakan: "Atas arahan Presiden Joe Biden, pejabat senior AS telah berkomunikasi terus-menerus dengan rekan-rekan mereka di Israel. Kami akan terus mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri, dan kami akan terus bekerja untuk stabilitas regional."
Konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hizbullah telah menyaksikan pertukaran tembakan hampir setiap hari di perbatasan Israel-Lebanon sejak pecahnya perang Gaza pada bulan Oktober. Ketegangan terbaru ini telah meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya konflik skala penuh di Lebanon.
Eskalasi saat ini menyusul meningkatnya permusuhan yang dimulai setelah serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel selatan pada 7 Oktober tahun lalu, yang mengakibatkan kematian hampir 1.200 orang, yang sebagian besar adalah warga sipil.
Kampanye militer Israel berikutnya di Gaza telah menyebabkan kematian lebih dari 40.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
(mas)