AS dan Aliansi Teluk Bahas Respons Serangan di Saudi

Jum'at, 20 September 2019 - 07:52 WIB
AS dan Aliansi Teluk Bahas Respons Serangan di Saudi
AS dan Aliansi Teluk Bahas Respons Serangan di Saudi
A A A
JEDDAH - Amerika Serikat (AS) bersama Arab Saudi dan aliansi Teluk membahas kemungkinan respons terhadap serangan di fasilitas minyak Saudi. Mereka menuduh Iran sebagai dalang serangan itu, meski Teheran menyangkal tuduhan tersebut. Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Mike Pompeo menganggap serangan itu sebagai aksi perang terhadap kerajaan Saudi.

Presiden AS Donald Trump juga memberi catatan peringatan yang menyatakan ada banyak opsi perang singkat dengan Iran. Trump memerintahkan peningkatan sanksi terhadap Iran. “Ada banyak opsi. Ada opsi tertinggi dan ada opsi yang kurang lebih dibandingkan itu. Dan kita akan lihat. Saya katakan opsi tertinggi berarti terlibat dalam perang,” kata Trump di Los Angeles.

Trump menyatakan telah memerintahkan Departemen Keuangan AS untuk meningkatkan sanksi pada Iran. Sanksi ekonomi akan diumumkan dalam 48 jam mendatang. Serangan di fasilitas minyak Saudi pada 14 September itu telah menghentikan setengah output minyak Saudi. Harga minyak sempat naik akibat serangan itu.

“Ini serangan pada skala yang belum pernah kita lihat sebelumnya,” kata Pompeo sebelum mendarat di Jeddah, Saudi, untuk berbicara dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS).
Pompeo menambahkan, “Saudi merupakan bangsa yang diserang. Ini tanah mereka. Ini aksi perang melawan mereka secara langsung.”
Duta Besar (Dubes) Arab Saudi untuk Jerman menyatakan, “Semuanya ada di meja,” katanya saat berbicara di radio Deutschlandfunk.

Menurut Dubes Saudi, berbagai pilihan respons perlu dibahas cermat. Saudi menganggap serangan itu sebagai tes terhadap dunia. Saudi juga menunjukkan serpihan 25 drone dan rudal asal Iran yang digunakan dalam serangan tersebut. Menurut Saudi, serpihan ini merupakan bukti yang tak bisa disangkal tentang agresi Iran.

“Serangan diluncurkan dari utara dan tak dipertanyakan lagi disponsori oleh Iran,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan (Kemhan) Saudi Kolonel Turki al-Malik dilansir Reuters. Dia menambahkan, pesawat udara tanpa awak (UAV) Delta Wing buatan Iran digunakan sebagai tambahan dalam serangan menggunakan beberapa rudal jelajah.

“Investigasi asal serangan itu masih berlangsung dan hasilnya akan diumumkan kemudian,” ujar Kolonel Turki. Uni Emirat Arab (UEA) juga mengumumkan bergabung koalisi keamanan maritim global yang dipimpin AS. Washington berupaya membangun koalisi itu setelah serangan di beberapa kapal tanker di Perairan Teluk dalam beberapa bulan terakhir. AS dan aliansi Arab Saudi juga menuduh Iran sebagai dalang serangan kapal tanker itu.

Gerakan Houthi di Yaman mengklaim bertanggung jawab atas serangan di fasilitas minyak Arab Saudi itu. Meski demikian, para pejabat AS dan Arab Saudi menyangkal klaim Houthi tersebut. Mereka menyatakan serangan tidak berasal dari selatan yang merupakan posisi Houthi di Yaman. Houthi kembali menyatakan mereka telah mendaftar puluhan lokasi di UEA sebagai kemungkinan target mendatang.

UEA merupakan pasat keuangan dan pariwisata Timur Tengah. Ancaman Houthi itu semakin menambah ketegangan di wilayah itu. Kuwait awal pekan ini juga menyatakan menyelidiki deteksi satu drone yang melintas di atas wilayahnya. Industri minyak di Kuwait juga waspada dan meningkatkan keamanan ke level tertinggi sebagai langkah pencegahan.

Pompeo menuju UEA kemarin untuk bertemu Putra Mahkota Abu Dhabi setelah bertemu MBS pada Rabu (18/9) waktu lokal. “Serangan subversif ini bertujuan mengacaukan keamanan kawasan dan merusak suplai energi global serta ekonomi global,” ujar MBS pada Pompeo.Harga minyak sempat naik setelah serangan itu, namun kembali turun setelah Arab Saudi menjanjikan perbaikan penuh pada fasilitas itu hingga akhir bulan ini.

Bukti bahwa Iran bertanggung jawab atas serangan itu dapat menekan Saudi dan AS untuk meresponsnya. Trump sebelumnya menyatakan tidak ingin perang dan mengoordinasikan langkah bersama negara-negara di Teluk Arab dan Eropa. Pompeo juga menyatakan serangan itu akan menjadi fokus utama pembahasan di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pekan ini. Dia meminta Arab Saudi membawa isu itu ke ajang PBB tersebut.

“Ada investigasi internasional, mari menunggu hasilnya,” kata Menlu Prancis Jean-Yves Le Drian pada televisi C News. Le Drian menambahkan, Sidang Umum PBB menjadi peluang untuk meredam ketegangan. Juru bicara militer Prancis menyatakan telah mengirim tujuh pakar ke Arab Saudi untuk terlibat dalam investigasi.

Para pejabat PBB yang memantau sanksi pada Iran dan Yaman juga membantu menyelidiki serangan di fasilitas minyak Saudi tersebut. Serangan ini juga menunjukkan celah dalam pertahanan udara Saudi meski negara itu telah mengucurkan miliaran dolar untuk peralatan militer dari Barat.

Upaya AS membawa isu itu ke Dewan Keamanan PBB tampaknya tidak akan berhasil karena Rusia dan China memiliki hak veto. Moskow dan Beijing diperkirakan melindungi Iran dalam isu tersebut. Teheran menyatakan tuduhan AS menjadi bagian dari kebijakan tekanan maksimal oleh Washington pada Iran. AS mendesak Iran menegosiasikan ulang kesepakatan nuklir 2015 dengan kekuatan dunia.

Trump membawa AS keluar dari kesepakatan nuklir itu dan menerapkan kembali sanksi pada Teheran. AS dan aliansi Teluk ingin Iran berhenti mendukung beberapa proksi di kawasan, termasuk di Yaman, Irak dan Lebanon. Mereka juga ingin Iran membatasi program nuklir dan rudalnya.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3406 seconds (0.1#10.140)