Eks Jenderal Zionis Ramalkan Israel Runtuh dalam Setahun, Jika...

Jum'at, 23 Agustus 2024 - 09:49 WIB
loading...
Eks Jenderal Zionis...
Mayor Jenderal (Purn) Itzhak Brick meramalkan Israel akan runtuh dalam setahun jika perang gesekan melawan Hamas dan Hizbullah Lebanon terus berlanjut. Foto/AP Photo/Leo Correa
A A A
TEL AVIV - Seorang pensiunan jenderal Zionis, yang dijuluki "Nabi Murka" karena prediksinya yang akurat, meramalkan Israel akan runtuh dalam setahun.

Menurutnya, itu bisa terjadi jika perang gesekan melawan Hamas dan Hizbullah Lebanon terus berlanjut.

Mayor Jenderal (Purn) Itzhak Brick dikenal di Israel sebagai "Nabi Murka" karena prediksinya yang akurat tentang serangan oleh milisi pejuang Palestina di permukiman dekat Jalur Gaza.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di surat kabar Haaretz, Brick menyatakan bahwa situasinya mengerikan.

“Setelah pendudukan Kota Gaza, (Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant) mengatakan bahwa Israel memegang kendali penuh atas kota dan terowongannya, dan dalam waktu singkat, Hamas akan menyerah," tulis Brick.



"Dengan pernyataan ini, Gallant, bersama dengan rekan-rekannya Kepala Staf IDF Herzi Halevi dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, telah membuat publik Israel kehilangan muka,” lanjut Brick, yang dilansir Palestine Chronicle, Jumat (23/8/2024).

Dia menunjukkan bahwa Gallant tampaknya mulai memahami realitas situasi, yang menunjukkan bahwa jika konflik regional pecah karena kegagalan menyelesaikan perang Gaza, Israel akan berada dalam bahaya besar.

“Saya berasumsi bahwa Menteri Pertahanan Gallant sudah memahami bahwa perang telah kehilangan tujuannya,” kata Brick.

“Israel semakin terperosok ke dalam lumpur Gaza, kehilangan semakin banyak prajurit karena mereka terbunuh atau terluka, tanpa ada peluang untuk mencapai tujuan utama perang: menjatuhkan Hamas," imbuh Brick.

Mantan jenderal itu lebih lanjut memperingatkan bahwa semua strategi politik dan militer saat ini membawa Israel menuju bencana.

“Negara ini benar-benar sedang berlari kencang menuju tepi jurang. Jika perang yang melelahkan melawan Hamas dan Hizbullah terus berlanjut, Israel akan runtuh dalam waktu tidak lebih dari setahun,” ujarnya memperingatkan.

Lebih jauh, kata Brick; “Kita juga kehilangan ketahanan sosial kita, karena kebencian yang tumbuh di antara berbagai bagian negara mengancam untuk menyulut dan membawa kehancurannya dari dalam.”

“[Pemimpin Hamas Yahya] Sinwar dan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah memahami situasi mengerikan Israel,” katanya.

Pensiunan jenderal itu juga mengkritik keras kebijakan pembunuhan yang dilakukan oleh Israel.

“Penggunaan pembunuhan merupakan langkah yang mengancam untuk membakar seluruh Timur Tengah, yang diputuskan oleh tiga pembakar, Netanyahu, Gallant, dan Kepala Staf Halevi, tanpa memikirkan pentingnya keputusan mereka yang tidak bertanggung jawab,” paparnya.

"Semua jalan yang dipilih oleh kepemimpinan politik dan militer Israel membawa negara itu ke jalan yang licin karena satu diktator mengendalikan nasib negara ini, dan sekawanan domba mengikutinya secara membabi buta.”

Brick juga bersugesti bahwa mengganti Netanyahu dan sekutu ekstremisnya bisa menjadi satu-satunya cara untuk mencegah Israel memasuki krisis eksistensial yang mungkin akan segera menjadi tidak dapat diubah lagi.

“Negara ini hancur di tangan kita melalui kesalahan Netanyahu, Gallant, Halevi, dan pion-pion mereka. Masih mungkin untuk melakukan sesuatu sebelum terlambat,” kata Brick.

Genosida yang Berkelanjutan


Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutalnya yang terus berlanjut di Gaza.

Israel yang saat ini sedang diadili di Mahkamah Internasional atas tuduhan genosida terhadap warga Palestina, telah melancarkan perang yang menghancurkan di Gaza sejak 7 Oktober.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 40.223 warga Palestina telah tewas, dan 92.981 lainnya terluka dalam genosida yang terus dilakukan Israel di Gaza yang dimulai pada 7 Oktober.

Selain itu, sedikitnya 11.000 orang tidak diketahui keberadaannya, diduga tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.

Israel mengatakan bahwa 1.200 tentara dan warga sipil tewas selama Operasi Badai al-Aqsa pada 7 Oktober oleh Hamas.

Namun, media Israel menerbitkan laporan yang menunjukkan bahwa banyak warga Israel tewas pada hari itu karena insiden "friendly fire" oleh tank tempur dan helikopter militer Zionis.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1675 seconds (0.1#10.140)