Warga Hong Kong Kian Tertarik Tinggal di Malaysia

Rabu, 21 Agustus 2019 - 07:57 WIB
Warga Hong Kong Kian Tertarik Tinggal di Malaysia
Warga Hong Kong Kian Tertarik Tinggal di Malaysia
A A A
KUALA LUMPUR - Program Malaysia untuk menarik warga asing kaya agar tinggal di negara itu telah mendapat pengajuan dari 250 warga Hong Kong tahun ini. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan hanya 193 orang dari Hong Kong pada tahun lalu. Sejumlah konsultan properti menyatakan, minat pada program

“Malaysia My Second Home" (MM2H) itu meningkat dari Hong Kong yang kini sedang diguncang unjuk rasa anti-China dalam 11 pekan terakhir. Sejumlah agen real estate memperkirakan Malaysia dan Thailand mendapat keuntungan paling banyak dari warga Hong Kong yang frustrasi dengan semakin maraknya unjuk rasa di kota bekas koloni Inggris tersebut.

“Faktor pendorong dari Hong Kong tentau akan membuat Malaysia sebagai salah satu alternatif terbaik untuk lokasi tinggal yang baru,” papar Sharifah Ikhlas Aljaffree, direktur program MM2H yang dikelola Kementerian Pariwisata Malaysia.

Dia menambahkan, “Kekuatan kita terletak tidak hanya pada sikap bersahabat bangsa kita, biaya hidup yang terjangkau dan kualitas hidup yang tinggi, termasuk layanan kesehatan, tapi juga stabilitas ekonomi dan politik kita, ditambah pembangunan infrastruktur kita.” Sharifah menjelaskan, program itu tahun ini telah menerima total 3.500 aplikasi hingga kemarin, dibandingkan 6.279 sepanjang 2018.

Menurut dia, belum ada aplikasi tahun ini yang telah disetujui. Belum jelas berapa banyak aplikasi yang diterima tahun lalu dari Hong Kong, salah satu kota terpadat dan termahal di dunia tersebut. “Para pemohon dari Hong Kong berumur sekitar 50 tahun dan bekerja di berbagai sektor seperti teknologi informasi dan komunikasi,” papar Sharifah pada kantor berita Reuters.

“Mereka yang telah disetujui aplikasinya mendapatkan visa tinggal yang dapat terus diperbarui dan diizinkan membeli properti senilai 1 juta ringgit atau lebih, serta dapat memiliki kendaraan sendiri. Namun mereka tak boleh bekerja penuh waktu tanpa izin kerja,” ungkap keterangan dalam website program tersebut.

MyExpat, lembaga yang memberikan konsultasi pada para ekspatriat tentang program Malaysia itu menjelaskan, jumlah klien asal Hong Kong meningkat dalam dua pekan terakhir. Meski demikian, lembaga itu tak memberikan angka pasti klien mereka asal Hong Kong. Warga dari China mencakup sekitar 30% dari sekitar 42.000 pemohon yang disetujui sejak 2012 hingga 2018.

Kekhawatiran terkait investasi asal China di Malaysia meningkat setelah Mahathir Mohamad menang dalam pemilu tahun lalu dan diangkat sebagai perdana menteri (PM). Salah satu target Mahathir adalah proyek real estate Forest City senilai USD100 miliar di bagian selatan Malaysia yang dikembangkan Country Garden Holdings Co Ltd asal China.

“Warga dari Hong Kong mempertimbangkan berbagai opsi seperti ibu kota Thailand, Bangkok, dan kota-kota di Vietnam seperti Hano dan Ho Chi Minh City,” ungkap Foo Gee Jen, managing director lembaga konsultan properti Malaysia, CBRE-WTW. Singapura menjadi pilihan lain, meski harga-harga di negara kota itu lima kali lebih mahal dibandingkan di Malaysia.

Para pembeli asal Hong Kong juga mencari lokasi untuk jangka panjang karena mereka menghadapi harga yang melebihi apa yang terjangkau bagi 75% populasi. “Mereka tidak akan pernah memiliki properti seumur hidup mereka. Satu-satunya pilihan adalah membeli di tempat lain,” ujar Foo Gee Jen.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3919 seconds (0.1#10.140)