Gelombang Panas Terus Melanda Roma dan Paris, Turis Kepanasan

Kamis, 27 Juni 2019 - 08:01 WIB
Gelombang Panas Terus Melanda Roma dan Paris, Turis Kepanasan
Gelombang Panas Terus Melanda Roma dan Paris, Turis Kepanasan
A A A
PARIS - Para turis di Roma dan Paris merasa kepanasan dengan suhu yang semakin panas. Mereka pun memenuhi air mancur dan mendinginkan tubuh dengan es krim. Situasi itu terjadi saat gelombang panas terus melanda Benua Eropa. “Dengan matahari panas ini, kami mencoba dan berupaya ke tempat yang lebih dingin,” kata Fari, turis asal Spanyol yang datang ke ibu kota Italia, Roma, saat berada di air mancur Trevi kemarin.

“Dari jam 8 pagi kami melihat-lihat Roma dan mulai tengah hari kami makan es krim,” tutur Fari kepada kantor berita Reuters. Suhu mencapai 31 derajat Celsius pada pagi kemarin dengan kelembapan yang tinggi. Di Paris, warga lokal dan turis berteduh di sekitar air mancur Trocadero, kompleks Menara Eiffel. “Ini benar-benar tidak nyaman sekarang. Panas sangat tinggi, saya pikir ini di atas 35 derajat.

Jadi bagi kami, melakukan tur dua setengah jam, tiga jam, benar-benar sulit,” kata pemandu tur asal Argentina, Ayelen Rozitchner, 32. Badan Meteorologi Prancis mengeluarkan peringatan oranye, level tertinggi kedua tentang peringatan cuaca. Mereka memproyeksikan suhu 34 derajat Celsius di Paris dan sekitar 39 derajat Celsius di tempat lain.

Pemerintah Prancis awal pekan ini telah mengumumkan menghentikan ujian kepada murid usia 14 dan 15 tahun dengan alasan gelombang panas. Oposisi menuduh langkah itu berlebihan. “Ini bukan membuat resah. Saya meminta semua orang bertanggung jawab pada diri sendiri, keluarga, dan tetangga mereka, serta menghindari penumpukan ke kamar darurat rumah sakit karena orang mengambil risiko yang tak perlu,” papar Menteri Kesehatan Prancis Agnes Buzyn saat konferensi pers kemarin.

Prancis mulai meliburkan puluhan sekolah karena gelombang panas. Sekitar 50 sekolah di wilayah Essone, selatan Paris, diliburkan karena kurang memiliki pengatur suhu ruangan atau AC. “Sekolah-sekolah juga diliburkan di Val de Marne dan Seine et Marne, dekat Paris,” ungkap laporan televisi Prancis, BFMTV. Gelombang panas mengingatkan warga Prancis pada Agustus 2003, saat suhu panas mengakibatkan para pasien tak dapat ditampung di rumah sakit dan menewaskan sekitar 15.000 orang yang sebagian besar warga lanjut usia.

Pemerintah menyatakan sudah banyak kemajuan yang dibuat sejak saat itu. Otoritas di Paris mendirikan kamar-kamar dingin di sejumlah gedung pemerintah, membuka kolam renang untuk berenang larut malam, dan memasang tempat minum tambahan. Gelombang panas juga memengaruhi Spanyol, Jerman, Swiss, dan Belgia.

Di Jerman, meteorologis Andreas Friedrich menyatakan, badan cuaca Jerman mengeluarkan peringatan panas berdasarkan suhu udara yang terasa, sesuai yang dirasakan orang saat berpakaian dan terpapar sinar matahari. Lembaga itu diperkirakan mencatat suhu udara yang terasa di barat daya Jerman sekitar 43 derajat Celsius kemarin.
“Itu berarti tekanan suhu ekstrem. Dan itu berarti sangat waspada, hindari aktivitas fisik pada siang hari, berada di naungan, dan tentu minum cairan yang banyak,” kata Friedrich.

Di kota pantai Eloro, Sisilia, 41 mobil terbakar pada Senin (24/6) setelah kebakaran terjadi dekat tempat parkir mobil para turis yang datang ke pantai dan meninggalkan kendaraan mereka. Petugas pemadam kebakaran belum memastikan penyebab kebakaran yang menyebar dengan cepat itu. Para pakar mengaitkan gelombang panas itu dengan perubahan iklim, saat suhu global telah naik 1 derajat Celsius sejak industrialisasi.

Institut klimatologi di Potsdam, Jerman, menyatakan lima musim panas paling panas di Eropa sejak 1500 semuanya terjadi pada abad 21. Di negara bagian Saxony Anhalt, Jerman Timur, batas kecepatan diterapkan pada pengguna kendaraan karena risiko panas merusak permukaan jalan. Kepolisian di negara bagian Brandenburg merilis foto seorang pria yang berupaya menjaga tubuhnya tetap dingin. Pengemudi itu dihentikan saat mengemudi sepeda motor tanpa memakai baju.

Sementara para investor yang mengelola aset lebih dari USD34 triliun mendesak langkah segera dari semua negara terkait perubahan iklim. Dalam surat terbuka untuk para pemerintah dunia, kelompok yang mewakili 477 investor itu menekankan pentingnya langkah segera untuk perubahan iklim dapat mencapai target sesuai Kesepakatan Paris pada 2015.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4063 seconds (0.1#10.140)