Mesir Tolak Kerahkan Pasukan di Gaza, Anggap Itu Urusan Palestina
loading...
A
A
A
KAIRO - Mesir menolak pengerahan pasukannya di Jalur Gaza, menurut dua sumber tingkat tinggi, dalam laporan kantor berita Anadolu.
"Mesir menolak masuknya pasukan Mesir ke Jalur Gaza," ungkap laporan saluran berita Al-Qahera yang berafiliasi dengan negara Mesir, mengutip satu sumber.
"Menata situasi di Gaza setelah operasi militer Israel yang sedang berlangsung adalah masalah Palestina," papar sumber itu.
Sumber itu dilaporkan mengatakan Kairo memberi tahu semua pihak bahwa pembebasan tawanan Israel dan penghentian serangan militer Israel "harus diwujudkan melalui gencatan senjata permanen dan kesepakatan pertukaran sandera."
Israel memperkirakan sekitar 120 tawanan Israel ditahan kelompok Perlawanan Palestina Hamas di daerah kantong yang terkepung itu.
Hamas bersikeras pada gencatan senjata permanen sebagai syarat untuk setiap kesepakatan pertukaran sandera yang potensial, yang ditentang pemerintah Israel.
Sumber Mesir lainnya mengatakan Kairo menolak pengawasan Israel di perlintasan Rafah, demikian dilaporkan Anadolu.
"Mesir bersikeras agar tentara Israel ditarik sepenuhnya dari sisi Palestina di perlintasan itu," ungkap sumber itu.
Saluran berita Al-Qahera, mengutip sumber keamanan, juga membantah laporan Mesir telah setuju merelokasi perlintasan Rafah dan membangun terminal baru di dekat perlintasan Kerem Shalom.
Bulan lalu Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi menyerukan agar Israel "menarik diri dari kota Rafah," dan agar kondisi diciptakan "yang kondusif bagi pemulangan segera warga Palestina yang mengungsi," yang terpaksa meninggalkan rumah mereka di Gaza karena perang.
Saat ini sedang diadili di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tuduhan genosida terhadap warga Palestina, Israel telah melancarkan perang yang menghancurkan di Gaza sejak 7 Oktober.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 37.900 warga Palestina telah tewas, dan 87.060 orang terluka. Selain itu, 11.000 orang tidak diketahui keberadaannya, diduga tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.
Israel mengatakan 1.200 tentara dan warga sipil tewas selama Operasi Badai Al-Aqsa pada tanggal 7 Oktober.
Media Israel menerbitkan laporan yang menunjukkan banyak warga Israel tewas pada hari itu karena tembakan tentara Israel sendiri.
"Mesir menolak masuknya pasukan Mesir ke Jalur Gaza," ungkap laporan saluran berita Al-Qahera yang berafiliasi dengan negara Mesir, mengutip satu sumber.
"Menata situasi di Gaza setelah operasi militer Israel yang sedang berlangsung adalah masalah Palestina," papar sumber itu.
Sumber itu dilaporkan mengatakan Kairo memberi tahu semua pihak bahwa pembebasan tawanan Israel dan penghentian serangan militer Israel "harus diwujudkan melalui gencatan senjata permanen dan kesepakatan pertukaran sandera."
Israel memperkirakan sekitar 120 tawanan Israel ditahan kelompok Perlawanan Palestina Hamas di daerah kantong yang terkepung itu.
Penarikan Total
Hamas bersikeras pada gencatan senjata permanen sebagai syarat untuk setiap kesepakatan pertukaran sandera yang potensial, yang ditentang pemerintah Israel.
Sumber Mesir lainnya mengatakan Kairo menolak pengawasan Israel di perlintasan Rafah, demikian dilaporkan Anadolu.
"Mesir bersikeras agar tentara Israel ditarik sepenuhnya dari sisi Palestina di perlintasan itu," ungkap sumber itu.
Saluran berita Al-Qahera, mengutip sumber keamanan, juga membantah laporan Mesir telah setuju merelokasi perlintasan Rafah dan membangun terminal baru di dekat perlintasan Kerem Shalom.
Bulan lalu Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi menyerukan agar Israel "menarik diri dari kota Rafah," dan agar kondisi diciptakan "yang kondusif bagi pemulangan segera warga Palestina yang mengungsi," yang terpaksa meninggalkan rumah mereka di Gaza karena perang.
Genosida yang Berlanjut
Saat ini sedang diadili di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tuduhan genosida terhadap warga Palestina, Israel telah melancarkan perang yang menghancurkan di Gaza sejak 7 Oktober.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 37.900 warga Palestina telah tewas, dan 87.060 orang terluka. Selain itu, 11.000 orang tidak diketahui keberadaannya, diduga tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.
Israel mengatakan 1.200 tentara dan warga sipil tewas selama Operasi Badai Al-Aqsa pada tanggal 7 Oktober.
Media Israel menerbitkan laporan yang menunjukkan banyak warga Israel tewas pada hari itu karena tembakan tentara Israel sendiri.
(sya)