30 Jenderal Israel Ingin Gencatan Senjata dengan Hamas

Rabu, 03 Juli 2024 - 08:45 WIB
loading...
30 Jenderal Israel Ingin Gencatan Senjata dengan Hamas
Seorang tentara memasang bendera Israel di tank di dekat perbatasan Israel dengan Lebanon di Israel utara. Foto/REUTERS/Lisi Niesner
A A A
TEL AVIV - Puluhan jenderal senior Israel menginginkan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu membuat kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas sehingga mereka dapat mempersiapkan diri untuk kemungkinan perang dengan Hizbullah di Lebanon.

New York Times melaporkan perkembangan itu pada Selasa (2/7/2024).

Dengan perang Israel terhadap Hamas yang akan memasuki bulan kesembilan, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah kehilangan sedikitnya 674 tentara, persediaan peluru artileri menipis, dan sekitar 120 warga Israel, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, masih disandera di Gaza.

Para pejuang Hamas telah bermunculan di wilayah-wilayah kantong yang sebelumnya telah dibersihkan IDF, dan Netanyahu masih menolak secara terbuka menyatakan apakah Israel bermaksud menduduki Gaza pascaperang atau menyerahkan wilayah itu kepada pemerintah Palestina.

“Dengan latar belakang ini, 30 jenderal senior yang tergabung dalam Forum Staf Umum Israel menginginkan Netanyahu mencapai gencatan senjata dengan Hamas, bahkan jika ini berarti membiarkan pejuang tersebut berkuasa di Gaza,” ungkap laporan New York Times.

Menurut enam pejabat keamanan saat ini dan mantan pejabat keamanan, lima di antaranya meminta untuk tidak disebutkan namanya, para jenderal ingin waktu untuk mengistirahatkan pasukan mereka dan menimbun amunisi jika perang darat dengan Hizbullah pecah.

Selain itu, para jenderal juga memandang gencatan senjata sebagai cara terbaik membebaskan para sandera yang tersisa, yang bertentangan dengan desakan Netanyahu bahwa hanya "kemenangan total" atas Hamas yang akan membawa para tawanan pulang.

"Militer mendukung penuh kesepakatan penyanderaan dan gencatan senjata," ujar mantan Penasihat Keamanan Nasional Israel Eyal Hulata mengatakan kepada surat kabar tersebut.

"Mereka yakin bahwa mereka selalu dapat kembali dan melawan Hamas secara militer di masa mendatang," ujar dia.

Dia menjelaskan, "Mereka memahami bahwa jeda di Gaza membuat de-eskalasi lebih mungkin terjadi di Lebanon. Dan mereka memiliki lebih sedikit amunisi, lebih sedikit suku cadang, lebih sedikit energi daripada sebelumnya, jadi mereka juga berpikir jeda di Gaza memberi kita lebih banyak waktu untuk bersiap jika perang yang lebih besar benar-benar pecah dengan Hizbullah."
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1129 seconds (0.1#10.140)
pixels