Buntut Persoalan Sampah, Presiden Duterte Tarik Dubes dari Kanada

Jum'at, 17 Mei 2019 - 07:21 WIB
Buntut Persoalan Sampah, Presiden Duterte Tarik Dubes dari Kanada
Buntut Persoalan Sampah, Presiden Duterte Tarik Dubes dari Kanada
A A A
MANILA - Filipina menarik duta besar (dubes) dari Kanada setelah Ottawa melewati batas waktu untuk mengambil kembali 69 kontainer berisi sampah. Ini merupakan langkah terbaru yang dilakukan Presiden Filipina Rodrigo Duterte setelah bulan lalu dia mengancam perang dengan Kanada. Duterte menegaskan, dia secara pribadi akan mengawal kontainer-kontainer sampah itu melalui laut kembali ke Kanada.

“Kita akan mempertahankan kehadiran diplomatik yang berkurang di Kanada hingga sampahnya terikat kapal di sana,” papar Menteri Luar Negeri (Menlu) Filipina Teodoro Locsin di Twitter, kemarin setelah batas waktu 15 Mei terlampaui. Locsin juga mengangkat isu dengan para diplomat Filipina yang tidak cukup bertindak untuk memastikan Kanada mengambil kembali sampah itu.

Dia menuduh para diplomat melawan presiden mereka untuk menjaga hubungan bersahabat. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Kanada belum berkomentar tentang isu tersebut. Kedutaan Besar (Kedubes) Kanada di Manila merujuk Reuters untuk meminta komentar dari Kemlu Kanada. Duterte, 74, juga menyatakan akan membuang sampah itu di depan Kedubes Kanada di Manila.

Kanada menyatakan, sampah yang diekspor ke Manila antara 2013 dan 2014 itu transaksi komersial yang tidak didukung pemerintah. Kanada telah menawarkan untuk mengambilnya lagi dan kedua negara dalam proses menangani pemindahan. Filipina telah membuat beberapa protes diplomatik pada Kanada setelah keputusan pengadilan 2016 bahwa sampah itu harus dikembalikan ke Kanada.

Kontainer-kontainer itu diberi label berisi plastik untuk didaur ulang di Filipina, tapi diisi dengan popok, surat kabar, dan botol air. Masalah sampah telah menjadi isu lintas negara, baik sampah plastik maupun sampah rumah tangga lainnya. Sejak 1950, saat plastik pertama kali diproduksi, manusia telah memproduksi 9,1 miliar ton plastik. Jumlah tersebut sebanding dengan bobot sekitar 90.000 Menara Eiffel atau 1,2 miliar gajah Afrika dan dapat mengubur Kota Manhattan di Amerika Serikat (AS) sedalam dua mil.

Sekitar 9% plastik telah didaur ulang dan 12% dibakar. “Itu artinya, 5,6 miliar ton mengotori planet, baik dibuang di tempat pembuangan akhir (TPA), laut, maupun perdesaan,” papar laporan yang disusun para peneliti dari Bren School of Environmental Science di University of California, Santa Barbara, bersama para mitra dari penjuru dunia.

Plastik sulit didaur ulang secara alami karena membutuhkan waktu sekitar ratusan hingga ribuan tahun agar dapat terurai.
Kondisi tersebut menjadikan plastik sangat merusak lingkungan, menurut para peneliti. Pada 2050, dengan skala pengukuran sekarang, akan ada sekitar 12 miliar ton sampah plastik di TPA atau lingkungan.

Para peneliti juga membandingkan 12 miliar ton itu hampir sekitar 35.000 kali bobot Empire State Building. Data ini dihitung berdasarkan peningkatan dalam proses daur ulang dan pembakaran plastik sehingga dari kita tak lagi membuang 58% plastik, tapi berkurang menjadi hanya 6%. Adapun, 4–12 juta ton plastik berakhir di laut setiap tahun.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5213 seconds (0.1#10.140)