Serangan Anti-Muslim di Sri Lanka Meluas, 1 Orang Terbunuh

Selasa, 14 Mei 2019 - 23:11 WIB
Serangan Anti-Muslim di Sri Lanka Meluas, 1 Orang Terbunuh
Serangan Anti-Muslim di Sri Lanka Meluas, 1 Orang Terbunuh
A A A
KOLOMBO - Seorang pria terbunuh oleh perusuh yang menggunakan pedang dalam serangan anti-Muslim yang meluas di Sri Lanka. Komunitas Muslim menjadi sasaran setelah serangkaian serangan bom pada Minggu Paskah, 21 April lalu.

Kekerasan pecah pada Senin malam, tiga minggu setelah rentetan pengeboman terhadap sejumlah gereja dan hotel yang diklaim ISIS dengan korban tewas 258 orang. Salah seorang saksi mata mengatakan massa yang mengamuk melakukan aksi pembakaran dan sekitar 2.000 orang merusak sebuah masjid.

Polisi mengumumkan pemberlakuan jam malam nasional untuk malam kedua pada hari Selasa (14/5/2019) dari pukul 21.00 malam dalam upaya untuk menghentikan kekerasan.

Jam malam sebelumnya telah diberlakukan sepanjang hari di wilayah barat laut Sri Lanka, tempat polisi mengatakan seorang pria Muslim berusia 45 tahun dibunuh di tokonya pada Senin malam oleh kerumunan yang membawa pedang.

Korban, Fauzul Ameen, dimakamkan pada hari Selasa di pemakaman Muslim di Nattandiya di bawah pengamanan ketat. Pasukan bersenjata berat dan polisi yang didukung oleh kendaraan lapis baja menjaga prosesi pemakaman yang dihadiri ratusan orang.

13 Orang Ditangkap


Polisi mengatakan 13 orang telah ditangkap termasuk Amith Weerasinghe, seorang pria dari komunitas Buddha Sinhala yang pernah terlibat kerusuhan serupa pada Maret tahun lalu. Buddha Sinhaa adalah mayoritas di negara itu.

Di tempat lain di wilayah provinsi barat laut, utara Kolombo, penyerang yang jumlahnya melebihi jumlah polisi dan pasukan keamanan membakar toko-toko milik Muslim, merusak rumah-rumah dan menghancurkan jendela, perabot dan perlengkapan di dalam masjid.

Di distrik Gampaha, para pria yang mengendarai sepeda motor memimpin serangan pembakaran di kota Minuwangoda, 45 kilometer utara Kolombo.

"Mereka dari luar kota," kata seorang pemilik toko barang elektronik yang menolak ditulis namanya demi keselamatannya. "Setelah mereka mulai menghancurkan toko-toko Muslim dan melemparkan bom bensin, penduduk setempat bergabung."

Dia mengatakan polisi dan pasukan keamanan kewalahan. Pasukan keamanan menembak peluru ke udara untuk membubarkan massa.

Sebuah pabrik pasta milik seorang pengusaha Muslim juga dibakar oleh para penyerang tak dikenal dengan melemparkan ban yang terbakar.

"Polisi dan pasukan keamanan juga tidak melakukan apa pun untuk memadamkan api," kata pemilik Diamond Pasta, Ashraf Jifthy. "Tiga pekerja Muslim saya terluka ketika mencoba melarikan diri dari pabrik yang terbakar."

Menurut ulama setempat kepada AFP, penyerangan di provinsi barat laut terjadi secara sistematis selama dua hari dan menargetkan masjid. Di kota Kinyama, dua masjid dihancurkan ketika jumlah polisi dan pasukan bersenjata kalah banyak dari kelompok penyerang.

"Sekitar 2000 orang mengepung masjid kami dan menghancurkan segala sesuatu di dalamnya, bahkan peralatan kamar mandi," kata ulama setempat, M.I.M. Siddeeque, kepada AFP melalui telepon dari kota Bingiriya yang terikat aturan jam malam.

Rekaman video kerusuhan menunjukkan toko-toko yang terbakar ketika gerombolan bersenjata dengan tongkat dan batu berkeliaran di jalan-jalan menyerang toko-toko milik Muslim.

"Pasukan keamanan membantu polisi yang telah diperintahkan untuk menggunakan kekuatan maksimum untuk mengatasi kekerasan," kata juru bicara kepolisian Ruwan Gunasekera.

Komentator politik Victor Ivan menduga kekerasan di negara itu itu dirancang secara politis.

"Pihak oposisi merasa bahwa mereka bisa mendapatkannya ketika ada ketidakstabilan dan pemerintah tampaknya lemah," kata Ivan. "Ada bukti tokoh oposisi tingkat junior yang memicu kekerasan komunal."

Dia mengatakan kekuatan politik, termasuk oposisi, telah gagal memberikan kepemimpinan dan mengembalikan kepercayaan setelah rentetan serangan bom pada 21 April yang diklaim oleh kelompok ISIS.

Dalam pidato kenegaraan pada Senin malam, Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengatakan kerusuhan itu akan menghambat penyelidikan atas serangan bom yang menargetkan tiga gereja dan tiga hotel mewah.

Sementara itu, kepala polisi Chandana Wickramaratne dalam pidatonya di televisi memperingatkan tindakan tegas terhadap perusuh. Dia mengatakan bahwa polisi telah mengeluarkan perintah untuk menggunakan kekuatan maksimum.

Serangan terhadap komunitas Muslim terjadi ketika umat Islam sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Komunitas Muslim di negara itu jumlahnya sekitar 10 persen dari total populasi. Mayoritasnya adalah komunitas Buddha dan disusul komunitas Kristen yang jumlahnya sekitar 7,6 persen.

Keadaan darurat telah terjadi sejak pengeboman 21 April dan pasukan keamanan telah diberikan kekuatan besar untuk menahan tersangka.

Penyedia layanan internet mengatakan regulator telekomunikasi pada hari Selasa memperpanjang larangan media sosial untuk Twitter. Sebelumnya, Facebook, WhatsApp, YouTube dan Instagram telah diblokir untuk mencegah penyebaran pesan yang memicu kekerasan.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5335 seconds (0.1#10.140)