Menteri Kabinet Perang Israel Mundur, Sebut Netanyahu Gagal Menang Lawan Hamas
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Benny Gantz, seorang menteri utama Kabinet Perang Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, telah mengumumkan pengunduran dirinya.
Gantz menilai PM Netanyahu sudah gagal mencapai kemenangan dalam perang melawan Hamas di Jalur Gaza, Palestina.
Gantz, mantan menteri pertahanan yang masuk Kabinet Perang tak lama setelah dimulainya perang di Gaza pada Oktober lalu, mengumumkan pengunduran dirinya pada hari Minggu dengan alasan ketidaksepakatan dengan kebijakan Netanyahu.
“Netanyahu menghalangi kita untuk maju menuju kemenangan sejati,” katanya dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip CNN, Senin (10/6/2024).
“Untuk alasan ini kami meninggalkan pemerintahan darurat hari ini, dengan berat hati, namun dengan sepenuh hati," lanjut dia.
Gantz juga meminta Netanyahu untuk menetapkan tanggal pemilu baru, dan mendesaknya untuk tidak membiarkan Negara Israel terkoyak.
Meskipun hengkangnya Gantz tidak akan meruntuhkan koalisi yang berkuasa, mengingat partai Ketahanan Israel yang berhaluan tengah hanya memiliki enam kursi di Knesset (Parlemen), langkahnya pasti akan menimbulkan gelombang kejutan di seluruh lanskap politik negara Yahudi tersebut.
Tak lama setelah pengumuman tersebut, menteri lain yang tidak memiliki portofolio, mantan Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Gadi Eisenkot, juga mengundurkan diri dari kabinet. Yechiel Tropper, anggota Knesset, menyampaikan pengumuman serupa.
Netanyahu, melalui X, menyesali pengunduran diri Gantz, dan mendesaknya untuk tidak mundur dari pertempuran, serta mengeklaim bahwa ini sebenarnya adalah “waktunya untuk bergabung”.
PM rezim Zionis tersebut menyatakan bahwa dia siap bekerja sama dengan partai Zionis mana pun yang bersedia membantu menjembatani kemenangan atas musuh-musuh Israel.
Disintegrasi Kabinet Perang Israel terjadi bertepatan dengan pengunduran diri seorang jenderal penting Israel yang bertanggung jawab atas operasi Gaza, karena kegagalan menghentikan serangan awal Hamas pada Oktober 2023.
Dalam suratnya kepada atasannya, Kepala Divisi Gaza IDF, Brigadir Jenderal Avi Rosenfeld, mengatakan dia telah gagal dalam “misi hidupnya” dan berhenti dari dinas militer sama sekali.
Rosenfeld adalah perwira tinggi kedua yang mengundurkan diri terkait serangan Hamas 7 Oktober 2023, setelah kepala intelijen militer IDF mengundurkan diri awal tahun ini.
Lihat Juga: Takut Ditangkap ICC, Netanyahu Lewatkan Peringatan 80 Tahun Pembebasan Auschwitz di Polandia
Gantz menilai PM Netanyahu sudah gagal mencapai kemenangan dalam perang melawan Hamas di Jalur Gaza, Palestina.
Gantz, mantan menteri pertahanan yang masuk Kabinet Perang tak lama setelah dimulainya perang di Gaza pada Oktober lalu, mengumumkan pengunduran dirinya pada hari Minggu dengan alasan ketidaksepakatan dengan kebijakan Netanyahu.
“Netanyahu menghalangi kita untuk maju menuju kemenangan sejati,” katanya dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip CNN, Senin (10/6/2024).
“Untuk alasan ini kami meninggalkan pemerintahan darurat hari ini, dengan berat hati, namun dengan sepenuh hati," lanjut dia.
Gantz juga meminta Netanyahu untuk menetapkan tanggal pemilu baru, dan mendesaknya untuk tidak membiarkan Negara Israel terkoyak.
Meskipun hengkangnya Gantz tidak akan meruntuhkan koalisi yang berkuasa, mengingat partai Ketahanan Israel yang berhaluan tengah hanya memiliki enam kursi di Knesset (Parlemen), langkahnya pasti akan menimbulkan gelombang kejutan di seluruh lanskap politik negara Yahudi tersebut.
Tak lama setelah pengumuman tersebut, menteri lain yang tidak memiliki portofolio, mantan Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Gadi Eisenkot, juga mengundurkan diri dari kabinet. Yechiel Tropper, anggota Knesset, menyampaikan pengumuman serupa.
Netanyahu, melalui X, menyesali pengunduran diri Gantz, dan mendesaknya untuk tidak mundur dari pertempuran, serta mengeklaim bahwa ini sebenarnya adalah “waktunya untuk bergabung”.
PM rezim Zionis tersebut menyatakan bahwa dia siap bekerja sama dengan partai Zionis mana pun yang bersedia membantu menjembatani kemenangan atas musuh-musuh Israel.
Disintegrasi Kabinet Perang Israel terjadi bertepatan dengan pengunduran diri seorang jenderal penting Israel yang bertanggung jawab atas operasi Gaza, karena kegagalan menghentikan serangan awal Hamas pada Oktober 2023.
Dalam suratnya kepada atasannya, Kepala Divisi Gaza IDF, Brigadir Jenderal Avi Rosenfeld, mengatakan dia telah gagal dalam “misi hidupnya” dan berhenti dari dinas militer sama sekali.
Rosenfeld adalah perwira tinggi kedua yang mengundurkan diri terkait serangan Hamas 7 Oktober 2023, setelah kepala intelijen militer IDF mengundurkan diri awal tahun ini.
Lihat Juga: Takut Ditangkap ICC, Netanyahu Lewatkan Peringatan 80 Tahun Pembebasan Auschwitz di Polandia
(mas)