Pengakuan Pejabat Yahudi AS Mundur karena Biden Dukung Genosida di Gaza oleh Israel
loading...
A
A
A
Call mencatat bahwa Biden menolak untuk menyerukan gencatan senjata yang abadi dan permanen, mengakhiri cek kosong yang ditawarkan kepada Israel, menjamin pembebasan diplomatis sandera Israel dan tahanan Palestina.
“Itulah sebabnya, saat ini, mantan bos saya adalah orang yang membuat saya merasa paling tidak aman sebagai seorang Yahudi Amerika,” imbuh dia.
Menekankan bahwa dia melihat, setiap hari, gambar orang-orang yang mengungsi di Gaza, dia berkata: “Saya teringat kenangan keluarga saya tentang orang-orang terkasih yang terbunuh dalam Shoah—yang, pada gilirannya, mengingatkan saya pada Nakba: tragedi yang terjadi pada tahun 1948 ketika masyarakat Palestina hancur dan diperkirakan 700.000 warga Palestina mengungsi dari tanah air mereka demi terbentuknya Israel modern saat ini.”
Call menekankan bahwa dia mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 15 Mei—bertepatan dengan peringatan 76 tahun Nakba—karena dia tidak dapat lagi melayani sesuai keinginan Presiden yang menolak menghentikan malapetaka lain.
Shoah adalah istilah Ibrani untuk Holocaust, sedangkan Nakba mengacu pada perpindahan massal warga Palestina yang terkait dengan berdirinya Israel. Keduanya berarti “malapetaka”.
Lebih dari 36.200 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas dan lebih dari 81.700 orang terluka di tengah kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok dalam serangan gencar Israel di Jalur Gaza.
Serangan-serangan tersebut telah mendorong 85 persen penduduk Gaza ke dalam pengungsian di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) yang, pada bulan Januari, mengeluarkan keputusan sementara yang memerintahkan negara tersebut untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.
Lihat Juga: Demonstran Anti-NATO dan Pro-Palestina Mengamuk di Kanada, Bakar Mobil hingga Obrak-abrik Toko
“Itulah sebabnya, saat ini, mantan bos saya adalah orang yang membuat saya merasa paling tidak aman sebagai seorang Yahudi Amerika,” imbuh dia.
Menekankan bahwa dia melihat, setiap hari, gambar orang-orang yang mengungsi di Gaza, dia berkata: “Saya teringat kenangan keluarga saya tentang orang-orang terkasih yang terbunuh dalam Shoah—yang, pada gilirannya, mengingatkan saya pada Nakba: tragedi yang terjadi pada tahun 1948 ketika masyarakat Palestina hancur dan diperkirakan 700.000 warga Palestina mengungsi dari tanah air mereka demi terbentuknya Israel modern saat ini.”
Call menekankan bahwa dia mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 15 Mei—bertepatan dengan peringatan 76 tahun Nakba—karena dia tidak dapat lagi melayani sesuai keinginan Presiden yang menolak menghentikan malapetaka lain.
Shoah adalah istilah Ibrani untuk Holocaust, sedangkan Nakba mengacu pada perpindahan massal warga Palestina yang terkait dengan berdirinya Israel. Keduanya berarti “malapetaka”.
Lebih dari 36.200 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas dan lebih dari 81.700 orang terluka di tengah kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok dalam serangan gencar Israel di Jalur Gaza.
Serangan-serangan tersebut telah mendorong 85 persen penduduk Gaza ke dalam pengungsian di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) yang, pada bulan Januari, mengeluarkan keputusan sementara yang memerintahkan negara tersebut untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.
Lihat Juga: Demonstran Anti-NATO dan Pro-Palestina Mengamuk di Kanada, Bakar Mobil hingga Obrak-abrik Toko
(mas)