Kengerian Pembantaian oleh Israel di Rafah: Anak Tanpa Kepala, Jasad-jasad Hangus
loading...
A
A
A
Penyerangan terjadi sekitar pukul 10 malam waktu setempat. Jet Israel menjatuhkan bom di kamp pengungsi darurat tersebut, menyebabkan kebakaran yang menghanguskan sekitar 14 tenda, menurut seorang saksi mata.
Kamp tersebut terletak di “zona kemanusiaan” yang ditetapkan Israel di dekat fasilitas penyimpanan PBB, menurut analisis Al Jazeera Arab.
Menteri Kesehatan Palestina mengatakan 45 orang tewas dalam serangan itu. Sebanyak 249 orang lainnya terluka, beberapa di antaranya luka parah, termasuk orang-orang yang mengalami luka bakar parah dan anggota tubuh yang patah.
Para pejabat kesehatan mengatakan mereka kewalahan dengan jumlah dan jenis korban luka, karena hanya satu rumah sakit yang beroperasi di Rafah akibat penghancuran sistem kesehatan yang dilakukan Israel di Gaza.
Para responden pertama menggambarkan tantangan serupa karena 80% kemampuan pertahanan sipil Palestina telah hancur sejak 7 Oktober.
Hal ini terlihat setelah pengeboman, ketika petugas pemadam kebakaran, paramedis, dan warga berjuang memadamkan api.
Situasi kacau pun terjadi, dengan para korban selamat yang panik berlari mencari keselamatan di tengah-tengah tubuh yang hangus ketika seorang pria menggendong seorang anak tanpa kepala dan seorang petugas medis menggendong seorang lainnya dengan otaknya yang pecah.
“Saya keluar dari tenda dan melihat api di mana-mana,” ungkap Mohammad Abo Sebah, seorang saksi mata.
“Seorang gadis muda berteriak, jadi kami membantunya dan saudara laki-lakinya yang sudah dewasa. Ketika kami kembali, perkemahan itu hancur total,” papar dia.
Butuh sekitar 11 truk pemadam kebakaran antara satu dan dua jam untuk akhirnya menghentikan api, menurut al-Fayoum.
Kamp tersebut terletak di “zona kemanusiaan” yang ditetapkan Israel di dekat fasilitas penyimpanan PBB, menurut analisis Al Jazeera Arab.
Menteri Kesehatan Palestina mengatakan 45 orang tewas dalam serangan itu. Sebanyak 249 orang lainnya terluka, beberapa di antaranya luka parah, termasuk orang-orang yang mengalami luka bakar parah dan anggota tubuh yang patah.
Para pejabat kesehatan mengatakan mereka kewalahan dengan jumlah dan jenis korban luka, karena hanya satu rumah sakit yang beroperasi di Rafah akibat penghancuran sistem kesehatan yang dilakukan Israel di Gaza.
Para responden pertama menggambarkan tantangan serupa karena 80% kemampuan pertahanan sipil Palestina telah hancur sejak 7 Oktober.
Hal ini terlihat setelah pengeboman, ketika petugas pemadam kebakaran, paramedis, dan warga berjuang memadamkan api.
Situasi kacau pun terjadi, dengan para korban selamat yang panik berlari mencari keselamatan di tengah-tengah tubuh yang hangus ketika seorang pria menggendong seorang anak tanpa kepala dan seorang petugas medis menggendong seorang lainnya dengan otaknya yang pecah.
“Saya keluar dari tenda dan melihat api di mana-mana,” ungkap Mohammad Abo Sebah, seorang saksi mata.
“Seorang gadis muda berteriak, jadi kami membantunya dan saudara laki-lakinya yang sudah dewasa. Ketika kami kembali, perkemahan itu hancur total,” papar dia.
Butuh sekitar 11 truk pemadam kebakaran antara satu dan dua jam untuk akhirnya menghentikan api, menurut al-Fayoum.