Pakar: AS dan Israel Siagakan Jet Siluman F-35 Jika Iran Beli S-400 Rusia
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Dewan Keamanan (DK) PBB telah menolak rancangan resolusi Amerika Serikat (AS)untuk memperpanjang embargo senjata tanpa batas waktu terhadap Iran . Amerika dan Israel sekarang sedang mempersiapkan situasi di mana Rusia dapat menjual sistem pertahanan rudal canggih seperti S-400 kepada Teheran.
Pakar pertahanan yakin As dan Israel akan menyiagakan jet tempur siluman F-35 merekajika Teheran pada akhirnya membeli sistem rudal canggih S-400 dari Moskow.
(Baca : Jones Murka Duel vs Tyson Ditunda, Tuntut Kompensasi Atau Batal )
Penolakan DK PBB pada pekan lalu telah membuat AS merasa malu. Rusia dan China sangat menentang perpanjangan embargo senjata 13 tahun yang akan berakhir pada 18 Oktober 2020 di bawah kesepakatan nuklir 2015 yang ditandatangani antara Iran dan enam kekuatan dunia (AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China).
“Kegagalan Dewan Keamanan untuk bertindak tegas dalam mempertahankan perdamaian dan keamanan internasional tidak bisa dimaafkan,” kata Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo. (Baca: PBB Tolak Perpanjang Embargo Senjata Iran )
Namun, Duta Besar AS untuk PBB Kelly Craft memperingatkan Washington akan memulai "snapback". "Dalam beberapa hari mendatang, Amerika Serikat akan menindaklanjuti janji itu untuk tidak berhenti memperpanjang embargo senjata," katanya.
Menurut laporan Pentagon 2019 yang berjudul "Military Power Report Statement", pada bagian "Military Power" yang juga mencakup Rusia dan China, diduga bahwa setelah embargo senjata Iran berakhir pada tahun 2020, hal itu akan memberikan kesempatan bagi Teheran untuk memperoleh beberapa kemampuan canggih yang telah berada di luar jangkauannya
selama beberapa dekade.
Laporan itu melanjutkan bahwa Iran telah memperoleh sistem pertahanan udara SA-20C Rusia, yang memberi Iran kemampuan pertamanya untuk mempertahankan diri dari senjata Angkatan Udara modern.
“Iran juga memperkuat sistem pertahanan udara terintegrasi melalui produksi dalam negeri serta akuisisi asing. Iran sedang menurunkan rudal surface-to-air dan sistem radar yang lebih mampu dikembangkan di dalam negeri," bunyi laporan Pentagon.
Iran, lanjut laporan Pentagon, juga diduga berusaha mendapatkan perangkat keras pertahanan Rusia, termasuk sistem pertahanan udara S-400, sistem pertahanan pantai K-300P Bastion, jet tempur Su-30, pesawat latih Yak-130, dan tank tempur utama T-90.
Direktur senior Center on Military and Political Power di Foundation for Defense of Democracies, Bradley Bowman, mengatakan Iran pada 2019 berusaha membeli S-400, sistem rudal surafce-to-air mobile Rusia yang berkemampuan tinggi. (Baca juga: Israel Kian Kuat, Skuadron Kedua Jet Tempur Siluma F-35-nya Siap Tempur )
Moskow dilaporkan menolak permintaan Teheran tersebut. "Tetapi jika embargo senjatadibiarkan berakhir, Moskow mungkin menikmati kesempatan untuk menjual S-400 serta pesawat tempur dan senjata lainnya kepada Teheran," katanya, seperti dilansir
EurAsianTimes, Selasa (18/8/2020).
“Skenario itu sangat mirip dengan apa yang mungkin dihadapi pilot Amerika dan Israel jika Teheran memperoleh pertahanan udara dan pesawat tempur baru dari Moskow atau Beijing. Dalam berbagai situasi dunia nyata, F-35 perlu mengalahkan pertahanan udara dan pesawat tempur Iran untuk memfasilitasi serangan senjata langsung atau kebuntuan terhadap target darat," ujarnya.
Sementara itu, Angkatan Udara AS dan Israel untuk kedua kalinya pada tahun ini melakukan latihan militer bersama dengan tujuan meningkatkan kemampuan bertahan jet tempur mereka terhadap pertahanan udara musuh yang canggih dan pesawat tempur musuh sebelum menyerang target darat.
Menurut laporan Breaking Defense, latihan gabungan yang dinamai "Enduring Lightning II" itu melibatkan Skuadron ke-421 AS dan jet tempur F-35I Adir Israel dan berlangsung di Israel selatan pada 2 Agustus.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Pakar pertahanan yakin As dan Israel akan menyiagakan jet tempur siluman F-35 merekajika Teheran pada akhirnya membeli sistem rudal canggih S-400 dari Moskow.
(Baca : Jones Murka Duel vs Tyson Ditunda, Tuntut Kompensasi Atau Batal )
Penolakan DK PBB pada pekan lalu telah membuat AS merasa malu. Rusia dan China sangat menentang perpanjangan embargo senjata 13 tahun yang akan berakhir pada 18 Oktober 2020 di bawah kesepakatan nuklir 2015 yang ditandatangani antara Iran dan enam kekuatan dunia (AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China).
“Kegagalan Dewan Keamanan untuk bertindak tegas dalam mempertahankan perdamaian dan keamanan internasional tidak bisa dimaafkan,” kata Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo. (Baca: PBB Tolak Perpanjang Embargo Senjata Iran )
Namun, Duta Besar AS untuk PBB Kelly Craft memperingatkan Washington akan memulai "snapback". "Dalam beberapa hari mendatang, Amerika Serikat akan menindaklanjuti janji itu untuk tidak berhenti memperpanjang embargo senjata," katanya.
Menurut laporan Pentagon 2019 yang berjudul "Military Power Report Statement", pada bagian "Military Power" yang juga mencakup Rusia dan China, diduga bahwa setelah embargo senjata Iran berakhir pada tahun 2020, hal itu akan memberikan kesempatan bagi Teheran untuk memperoleh beberapa kemampuan canggih yang telah berada di luar jangkauannya
selama beberapa dekade.
Laporan itu melanjutkan bahwa Iran telah memperoleh sistem pertahanan udara SA-20C Rusia, yang memberi Iran kemampuan pertamanya untuk mempertahankan diri dari senjata Angkatan Udara modern.
“Iran juga memperkuat sistem pertahanan udara terintegrasi melalui produksi dalam negeri serta akuisisi asing. Iran sedang menurunkan rudal surface-to-air dan sistem radar yang lebih mampu dikembangkan di dalam negeri," bunyi laporan Pentagon.
Iran, lanjut laporan Pentagon, juga diduga berusaha mendapatkan perangkat keras pertahanan Rusia, termasuk sistem pertahanan udara S-400, sistem pertahanan pantai K-300P Bastion, jet tempur Su-30, pesawat latih Yak-130, dan tank tempur utama T-90.
Direktur senior Center on Military and Political Power di Foundation for Defense of Democracies, Bradley Bowman, mengatakan Iran pada 2019 berusaha membeli S-400, sistem rudal surafce-to-air mobile Rusia yang berkemampuan tinggi. (Baca juga: Israel Kian Kuat, Skuadron Kedua Jet Tempur Siluma F-35-nya Siap Tempur )
Moskow dilaporkan menolak permintaan Teheran tersebut. "Tetapi jika embargo senjatadibiarkan berakhir, Moskow mungkin menikmati kesempatan untuk menjual S-400 serta pesawat tempur dan senjata lainnya kepada Teheran," katanya, seperti dilansir
EurAsianTimes, Selasa (18/8/2020).
“Skenario itu sangat mirip dengan apa yang mungkin dihadapi pilot Amerika dan Israel jika Teheran memperoleh pertahanan udara dan pesawat tempur baru dari Moskow atau Beijing. Dalam berbagai situasi dunia nyata, F-35 perlu mengalahkan pertahanan udara dan pesawat tempur Iran untuk memfasilitasi serangan senjata langsung atau kebuntuan terhadap target darat," ujarnya.
Sementara itu, Angkatan Udara AS dan Israel untuk kedua kalinya pada tahun ini melakukan latihan militer bersama dengan tujuan meningkatkan kemampuan bertahan jet tempur mereka terhadap pertahanan udara musuh yang canggih dan pesawat tempur musuh sebelum menyerang target darat.
Menurut laporan Breaking Defense, latihan gabungan yang dinamai "Enduring Lightning II" itu melibatkan Skuadron ke-421 AS dan jet tempur F-35I Adir Israel dan berlangsung di Israel selatan pada 2 Agustus.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(min)