Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Genosida Gaza
loading...
A
A
A
“Presiden Kolombia telah berjanji untuk memberi penghargaan kepada para pembunuh dan pemerkosa Hamas—dan hari ini dia mewujudkannya,” kata Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, di X.
“Sejarah akan mengingat bahwa Gustavo Petro memutuskan untuk membela monster paling keji yang pernah dikenal umat manusia, yang membakar bayi, membunuh anak-anak, memperkosa wanita, dan menculik warga sipil tak berdosa,” ujar Katz.
Pada bulan Oktober, beberapa hari setelah dimulainya perang, Israel mengumumkan bahwa mereka menghentikan ekspor keamanan ke Kolombia setelah Petro menuduh Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menggunakan bahasa yang mirip dengan apa yang dikatakan Nazi tentang orang Yahudi perihal rakyat Gaza.
Israel pada saat itu menuduh Petro menyatakan dukungan terhadap kekejaman yang dilakukan oleh Hamas dan memicu anti-Semitisme. Pemerintah Zionis akhirnya memanggil duta besar Kolombia.
Bogota kemudian meminta utusan Israel meninggalkan negara Amerika Selatan tersebut.
Petro, presiden sayap kiri pertama Kolombia, juga menegaskan: "Masyarakat demokratis tidak bisa membiarkan Nazisme kembali berkuasa dalam politik internasional."
Pada bulan Februari, dia menangguhkan pembelian senjata Israel setelah puluhan orang tewas dalam perebutan bantuan pangan di wilayah Palestina yang dilanda perang—sebuah peristiwa yang menurutnya “disebut genosida dan mengingatkan Holocaust".
Angkatan Bersenjata Kolombia, yang terlibat dalam konflik selama puluhan tahun dengan gerilyawan sayap kiri, paramiliter sayap kanan, dan kartel narkoba, menggunakan senjata dan pesawat buatan Israel.
Negara ini memiliki sejarah hubungan diplomatik dan militer yang kuat dengan Israel dan Amerika Serikat.
Petro menyatakan dukungannya kepada Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, yang juga memicu kemarahan Israel dengan mengatakan kampanye militer Zionis di Gaza bukanlah perang, melainkan genosida.
“Sejarah akan mengingat bahwa Gustavo Petro memutuskan untuk membela monster paling keji yang pernah dikenal umat manusia, yang membakar bayi, membunuh anak-anak, memperkosa wanita, dan menculik warga sipil tak berdosa,” ujar Katz.
Pada bulan Oktober, beberapa hari setelah dimulainya perang, Israel mengumumkan bahwa mereka menghentikan ekspor keamanan ke Kolombia setelah Petro menuduh Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menggunakan bahasa yang mirip dengan apa yang dikatakan Nazi tentang orang Yahudi perihal rakyat Gaza.
Israel pada saat itu menuduh Petro menyatakan dukungan terhadap kekejaman yang dilakukan oleh Hamas dan memicu anti-Semitisme. Pemerintah Zionis akhirnya memanggil duta besar Kolombia.
Bogota kemudian meminta utusan Israel meninggalkan negara Amerika Selatan tersebut.
Petro, presiden sayap kiri pertama Kolombia, juga menegaskan: "Masyarakat demokratis tidak bisa membiarkan Nazisme kembali berkuasa dalam politik internasional."
Pada bulan Februari, dia menangguhkan pembelian senjata Israel setelah puluhan orang tewas dalam perebutan bantuan pangan di wilayah Palestina yang dilanda perang—sebuah peristiwa yang menurutnya “disebut genosida dan mengingatkan Holocaust".
Angkatan Bersenjata Kolombia, yang terlibat dalam konflik selama puluhan tahun dengan gerilyawan sayap kiri, paramiliter sayap kanan, dan kartel narkoba, menggunakan senjata dan pesawat buatan Israel.
Negara ini memiliki sejarah hubungan diplomatik dan militer yang kuat dengan Israel dan Amerika Serikat.
Petro menyatakan dukungannya kepada Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, yang juga memicu kemarahan Israel dengan mengatakan kampanye militer Zionis di Gaza bukanlah perang, melainkan genosida.