Israel Desak IRGC Ditetapkan Jadi Organisasi Teroris, UE Bilang Tak Mungkin
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel Israel Katz meminta sekutunya mengakui Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran sebagai organisasi teroris setelah serangan udara besar-besaran di wilayah Israel pada Sabtu malam.
Namun, Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Josep Borrell mengatakan langkah seperti itu tidak mungkin dilakukan secara hukum saat ini.
Selama akhir pekan, Iran meluncurkan beberapa gelombang serangan rudal dan drone kamikaze ke Israel.
Teheran menjelaskan serangan tersebut dilakukan sebagai pembalasan atas dugaan serangan udara Israel yang menghancurkan konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada tanggal 1 April, menewaskan tujuh pejabat IRGC, termasuk dua jenderal.
Dalam postingan di X pada Selasa (16/4/2024), Katz menulis bahwa dia telah mengirim surat ke 32 negara dan telah berbicara dengan “lusinan menteri luar negeri dan tokoh terkemuka di seluruh dunia, menyerukan agar sanksi dijatuhkan pada proyek rudal Iran dan Korps Garda Revolusi Islam dinyatakan sebagai organisasi teroris.”
“Hal ini akan membantu mengekang dan melemahkan Iran,” ujar menteri tersebut, seraya menegaskan, “Teheran harus dihentikan sekarang, sebelum terlambat.”
Sementara itu, dalam wawancara dengan surat kabar Prancis Le Monde pada Selasa, Borrell mengatakan, “Meskipun sudah ada beberapa diskusi tentang memasukkan Garda Revolusi ke dalam daftar organisasi teroris, hal ini bukanlah skenario yang realistis untuk saat ini.”
Dia menjelaskan, “Untuk pencatatan seperti itu, otoritas peradilan di negara anggota harus mempertimbangkan organisasi tersebut telah melakukan tindakan teroris, sesuatu yang tampaknya tidak memiliki dasar yang kuat saat ini.”
Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak Israel tidak membalas Iran secara militer. Dalam wawancara dengan BFMTV dan radio RMC, presiden mengatakan fokusnya seharusnya pada isolasi lebih lanjut terhadap Teheran dan lebih banyak sanksi terhadap Republik Islam.
Teheran telah menjadi sasaran berbagai sanksi internasional selama beberapa dekade karena program rudal dan pengayaan nuklirnya.
Barat mencurigai bahwa program tersebut ditujukan untuk memproduksi senjata nuklir. Tuduhan itu berulang kali disangkal Iran.
Sejumlah laporan media menyebut pemerintah AS juga telah menyarankan Israel agar tidak membalas dengan kekerasan.
Rusia telah menyatakan keprihatinan mendalam menyusul eskalasi terbaru antara Israel dan Iran.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan pada Senin bahwa peningkatan ketegangan lebih lanjut di wilayah tersebut “tidak menguntungkan kepentingan siapa pun.”
Moskow juga mengkritik Dewan Keamanan PBB karena gagal mengecam serangan udara Israel terhadap gedung diplomatik Iran di Suriah awal bulan ini.
Namun, Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Josep Borrell mengatakan langkah seperti itu tidak mungkin dilakukan secara hukum saat ini.
Selama akhir pekan, Iran meluncurkan beberapa gelombang serangan rudal dan drone kamikaze ke Israel.
Teheran menjelaskan serangan tersebut dilakukan sebagai pembalasan atas dugaan serangan udara Israel yang menghancurkan konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada tanggal 1 April, menewaskan tujuh pejabat IRGC, termasuk dua jenderal.
Dalam postingan di X pada Selasa (16/4/2024), Katz menulis bahwa dia telah mengirim surat ke 32 negara dan telah berbicara dengan “lusinan menteri luar negeri dan tokoh terkemuka di seluruh dunia, menyerukan agar sanksi dijatuhkan pada proyek rudal Iran dan Korps Garda Revolusi Islam dinyatakan sebagai organisasi teroris.”
“Hal ini akan membantu mengekang dan melemahkan Iran,” ujar menteri tersebut, seraya menegaskan, “Teheran harus dihentikan sekarang, sebelum terlambat.”
Sementara itu, dalam wawancara dengan surat kabar Prancis Le Monde pada Selasa, Borrell mengatakan, “Meskipun sudah ada beberapa diskusi tentang memasukkan Garda Revolusi ke dalam daftar organisasi teroris, hal ini bukanlah skenario yang realistis untuk saat ini.”
Dia menjelaskan, “Untuk pencatatan seperti itu, otoritas peradilan di negara anggota harus mempertimbangkan organisasi tersebut telah melakukan tindakan teroris, sesuatu yang tampaknya tidak memiliki dasar yang kuat saat ini.”
Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak Israel tidak membalas Iran secara militer. Dalam wawancara dengan BFMTV dan radio RMC, presiden mengatakan fokusnya seharusnya pada isolasi lebih lanjut terhadap Teheran dan lebih banyak sanksi terhadap Republik Islam.
Teheran telah menjadi sasaran berbagai sanksi internasional selama beberapa dekade karena program rudal dan pengayaan nuklirnya.
Barat mencurigai bahwa program tersebut ditujukan untuk memproduksi senjata nuklir. Tuduhan itu berulang kali disangkal Iran.
Sejumlah laporan media menyebut pemerintah AS juga telah menyarankan Israel agar tidak membalas dengan kekerasan.
Rusia telah menyatakan keprihatinan mendalam menyusul eskalasi terbaru antara Israel dan Iran.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan pada Senin bahwa peningkatan ketegangan lebih lanjut di wilayah tersebut “tidak menguntungkan kepentingan siapa pun.”
Moskow juga mengkritik Dewan Keamanan PBB karena gagal mengecam serangan udara Israel terhadap gedung diplomatik Iran di Suriah awal bulan ini.
(sya)