Kebobolan Teroris, Ada Apa dengan Badan Intelijen Rusia?
loading...
A
A
A
Pada 7 Maret, Kedutaan AS di Moskow mengeluarkan peringatan keamanan kepada warga Amerika, mengatakan kepada mereka bahwa Washington "memantau laporan bahwa ekstremis mempunyai rencana untuk menargetkan pertemuan besar di Moskow, termasuk konser".
Pada 19 Maret, tiga hari sebelum pembunuhan besar-besaran, Putin menyampaikan pidato di depan kepala FSB, di mana dia menolak apa yang dia katakan sebagai peringatan Barat yang "provokatif" tentang tindakan teroris.
“Semua tindakan ini menyerupai pemerasan dan niat untuk mengintimidasi dan mengganggu stabilitas masyarakat kita,” kata Putin.
Nina Krushcheva, seorang profesor hubungan internasional di The New School di New York, mengatakan FSB tampaknya telah memantau ISIS.
Namun dia mengatakan pandangan Putin bahwa Rusia terjebak dalam perjuangan eksistensial dengan negara-negara Barat yang dipimpin AS akan mempersulit Moskow untuk menerima begitu saja peringatan keamanan dari AS.
“Ada banyak ketidakpercayaan. Bukan berarti Amerika tidak terlibat dalam misinformasi,” katanya.
“Di dunia Putin, di mana ada pertarungan eksistensial antara Rusia dan Barat yang ingin melemahkan Rusia dan menghancurkannya, tentu saja dia tidak akan mempercayainya karena bagaimana dia tahu dari latar belakang KGB-nya sendiri bahwa Amerika tidak menciptakan (operasi) bendera palsu," paparnya.
Operasi bendera palsu merupakan tindakan yang dilakukan dengan maksud untuk menyamarkan sumber tanggung jawab untuk menyalahkan pihak lain.
John Sipher, yang pernah bertugas di Rusia selama kariernya di Layanan Klandestin Nasional CIA, mengatakan dia yakin FSB mungkin gagal karena terlalu sibuk berfokus pada ancaman politik dan ancaman lain terhadap Putin dan pemerintahannya.
“(Dinas keamanan) lebih bertujuan melindungi Kremlin dibandingkan melindungi rakyatnya,” kata Sipher, yang memperkirakan Putin kini akan menggunakan serangan tersebut untuk membenarkan tindakan baru atau melawan Barat dan Ukraina.
Pada 19 Maret, tiga hari sebelum pembunuhan besar-besaran, Putin menyampaikan pidato di depan kepala FSB, di mana dia menolak apa yang dia katakan sebagai peringatan Barat yang "provokatif" tentang tindakan teroris.
“Semua tindakan ini menyerupai pemerasan dan niat untuk mengintimidasi dan mengganggu stabilitas masyarakat kita,” kata Putin.
Nina Krushcheva, seorang profesor hubungan internasional di The New School di New York, mengatakan FSB tampaknya telah memantau ISIS.
Namun dia mengatakan pandangan Putin bahwa Rusia terjebak dalam perjuangan eksistensial dengan negara-negara Barat yang dipimpin AS akan mempersulit Moskow untuk menerima begitu saja peringatan keamanan dari AS.
“Ada banyak ketidakpercayaan. Bukan berarti Amerika tidak terlibat dalam misinformasi,” katanya.
“Di dunia Putin, di mana ada pertarungan eksistensial antara Rusia dan Barat yang ingin melemahkan Rusia dan menghancurkannya, tentu saja dia tidak akan mempercayainya karena bagaimana dia tahu dari latar belakang KGB-nya sendiri bahwa Amerika tidak menciptakan (operasi) bendera palsu," paparnya.
Operasi bendera palsu merupakan tindakan yang dilakukan dengan maksud untuk menyamarkan sumber tanggung jawab untuk menyalahkan pihak lain.
Jejak ISIS
John Sipher, yang pernah bertugas di Rusia selama kariernya di Layanan Klandestin Nasional CIA, mengatakan dia yakin FSB mungkin gagal karena terlalu sibuk berfokus pada ancaman politik dan ancaman lain terhadap Putin dan pemerintahannya.
“(Dinas keamanan) lebih bertujuan melindungi Kremlin dibandingkan melindungi rakyatnya,” kata Sipher, yang memperkirakan Putin kini akan menggunakan serangan tersebut untuk membenarkan tindakan baru atau melawan Barat dan Ukraina.