Pasukan AS akan Terus Bercokol di Suriah selama Iran di Sana
A
A
A
NEW YORK - Pasukan Amerika Serikat (AS) akan tetap berada di Suriah selama pasukan Iran beroperasi di negara Bashar al-Assad tersebut. Hal itu disampaikan Penasihat Keamanan Nasional Presiden Donald Trump, John Bolton.
Rezim Assad mengundang Iran untuk membantu memerangi kelompok pemberontak dan ISIS. Sebaliknya, rezim Assad mencela kehadiran pasukan AS sebagai tindakan ilegal.
"Kami tidak akan pergi selama pasukan Iran berada di luar perbatasan Iran, dan itu termasuk proxy dan milisi Iran," kata Bolton kepada wartawan di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York pada hari Senin.
Bolton menyalahkan Iran karena serangannya di Suriah dan Lebanon. Dia juga mengecam perilaku Suriah yang tidak bertanggung jawab atas penembakan pesawat Rusia pekan lalu.
Rusia sendiri tidak menyalahkan Suriah meski sistem rudal S-200 Damaskus menembak jatuh pesawat mata-mata Il-20 yang menewaskan 15 tentara Moskow. Sebaliknya, Moskow menyalahkan Israel karena menjadikan pesawat Il-20 sebagai tameng jet tempur F-16 Tel Aviv dari respons S-200 Suriah selama insiden di Latakia.
Lebih lanjut Bolton mengkritik keras Moskow karena memutuskan untuk memasok sistem rudal S-300 kepada Suriah sebagai tanggapan Rusia atas insiden pesawat Il-20.
"Kami pikir memperkenalkan S-300 ke pemerintah Suriah akan menjadi eskalasi signifikan oleh Rusia," kata Bolton."Dan sesuatu yang kami harap, jika laporan pers ini akurat, mereka akan mempertimbangkan kembali (keputusannya)," katanya, seperti dikutip Reuters, Selasa (25/9/2018).
Dalam percakapan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Senin, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan keputusan untuk memasok sistem rudal S-300 kepada Suriah bertujuan untuk mencegah ancaman potensial terhadap kehidupan prajurit Rusia yang berada dalam misi untuk memerangi terorisme internasional.
Di masa lalu, Moskow membatalkan penjualan sistem rudal S-300 kepada Suriah karena ada keberatan dari AS dan Israel. Moskow selama ini juga mentoleransi sejumlah serangan udara Israel terhadap pemerintah Suriah.
Namun, insiden jatuhnya pesawat Il-20 telah membuat sikap Moskow berubah kepada Tel Aviv. Moskow tidak terima dengan penjelasan Tel Aviv yang menyalahkan Damaskus. Moskow menyimpulkan kesalahan itu sepenuhnya ada di pihak Israel.
Menteri Pertahanan AS James Mattis mengklaim tentara Washington berada di Suriah untuk memerangi kelompok ISIS.
"Kami berada di Suriah sekarang untuk mengalahkan ISIS dan menghancurkan 'kekhalifahan' secara geografis dan memastikan (kelompok) itu tidak kembali saat kita berpaling," kata Mattis kepada wartawan di Pentagon pada hari Senin.
Rezim Assad mengundang Iran untuk membantu memerangi kelompok pemberontak dan ISIS. Sebaliknya, rezim Assad mencela kehadiran pasukan AS sebagai tindakan ilegal.
"Kami tidak akan pergi selama pasukan Iran berada di luar perbatasan Iran, dan itu termasuk proxy dan milisi Iran," kata Bolton kepada wartawan di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York pada hari Senin.
Bolton menyalahkan Iran karena serangannya di Suriah dan Lebanon. Dia juga mengecam perilaku Suriah yang tidak bertanggung jawab atas penembakan pesawat Rusia pekan lalu.
Rusia sendiri tidak menyalahkan Suriah meski sistem rudal S-200 Damaskus menembak jatuh pesawat mata-mata Il-20 yang menewaskan 15 tentara Moskow. Sebaliknya, Moskow menyalahkan Israel karena menjadikan pesawat Il-20 sebagai tameng jet tempur F-16 Tel Aviv dari respons S-200 Suriah selama insiden di Latakia.
Lebih lanjut Bolton mengkritik keras Moskow karena memutuskan untuk memasok sistem rudal S-300 kepada Suriah sebagai tanggapan Rusia atas insiden pesawat Il-20.
"Kami pikir memperkenalkan S-300 ke pemerintah Suriah akan menjadi eskalasi signifikan oleh Rusia," kata Bolton."Dan sesuatu yang kami harap, jika laporan pers ini akurat, mereka akan mempertimbangkan kembali (keputusannya)," katanya, seperti dikutip Reuters, Selasa (25/9/2018).
Dalam percakapan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Senin, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan keputusan untuk memasok sistem rudal S-300 kepada Suriah bertujuan untuk mencegah ancaman potensial terhadap kehidupan prajurit Rusia yang berada dalam misi untuk memerangi terorisme internasional.
Di masa lalu, Moskow membatalkan penjualan sistem rudal S-300 kepada Suriah karena ada keberatan dari AS dan Israel. Moskow selama ini juga mentoleransi sejumlah serangan udara Israel terhadap pemerintah Suriah.
Namun, insiden jatuhnya pesawat Il-20 telah membuat sikap Moskow berubah kepada Tel Aviv. Moskow tidak terima dengan penjelasan Tel Aviv yang menyalahkan Damaskus. Moskow menyimpulkan kesalahan itu sepenuhnya ada di pihak Israel.
Menteri Pertahanan AS James Mattis mengklaim tentara Washington berada di Suriah untuk memerangi kelompok ISIS.
"Kami berada di Suriah sekarang untuk mengalahkan ISIS dan menghancurkan 'kekhalifahan' secara geografis dan memastikan (kelompok) itu tidak kembali saat kita berpaling," kata Mattis kepada wartawan di Pentagon pada hari Senin.
(mas)