Putin: AS Tak Mampu Jadi Satu-satunya Negara Adidaya

Kamis, 07 Maret 2024 - 14:58 WIB
loading...
Putin: AS Tak Mampu...
Presiden Rusia Vladimir Putin sebut Amerika Serikat tidak mampu bertahan menjadi satu-satunya negara adidaya di dunia setelah Perang Dingin berakhir. Foto/Sputniknews
A A A
MOSKOW - Amerika Serikat (AS) tidak mampu menjalankan tanggung jawab sebagai satu-satunya negara adidaya di dunia setelah Perang Dingin berakhir. Demikian disampaikan Presiden Rusia Vladimir Putin di Festival Pemuda Dunia (WYF) pada hari Rabu.

WYF berlangsung di Sochi mulai 1-7 Maret, menampung sekitar 20.000 pemuda dari Rusia dan luar negeri untuk acara olahraga dan budaya, kompetisi, dan diskusi panel.

Saat berbicara kepada para peserta festival tersebut, Putin mencatat bahwa setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, elite AS mempunyai kesempatan untuk mengambil keuntungan dari “monopoli kepemimpinan dunia” mereka yang baru.

“Saya yakin Amerika Serikat telah gagal menangani beban tanggung jawab yang ada di pundaknya," kata Putin, seperti dikutip dari RT, Kamis (7/3/2024).

Baca Juga: Putin Ancam AS dan NATO: Kirim Tentara ke Ukraina Bakal Perang Nuklir

Putin memperkirakan bahwa seiring berkembangnya dunia multipolar, perubahan mendasar juga akan terjadi di Eropa.

"Terlepas dari hierarki yang ada di dunia Barat saat ini, keinginan untuk merdeka dan melindungi kedaulatan masih muncul ke permukaan. Hal ini tidak bisa dihindari bagi seluruh Eropa,” kata Putin.

Perluasan aliansi BRICS dipandang oleh banyak ekonom sebagai tanda berakhirnya hegemoni AS di kancah internasional.

“Meningkatnya minat terhadap alternatif terhadap tatanan internasional yang ada merupakan hal yang penting—dan menandai kegagalan kepemimpinan AS,” tulis outlet berita bisnis dan keuangan Bloomberg tahun lalu.

Putin memprediksi, PDB gabungan negara-negara BRICS telah melampaui PDB G7, dan akan terus tumbuh.

BRICS, yang sebelumnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, bertambah besar pada bulan Januari ini dengan masuknya Arab Saudi, Iran, Ethiopia, Mesir dan Uni Emirat Arab.

Pada tahun lalu, anggota kelompok tersebut tidak lagi menggunakan dolar dan euro dalam penyelesaian internal, melainkan beralih ke penggunaan mata uang nasional. Sanksi Barat terkait konflik Rusia-Ukraina telah memaksa Moskow untuk menjauh dari mata uang Barat dan sistem SWIFT dan mengembangkan lebih lanjut sistem pembayaran MIR miliknya sendiri.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
AS Tegaskan Tak Perlu...
AS Tegaskan Tak Perlu Izin Israel untuk Buat Kesepakatan dengan Houthi
Profil Paus Leo XIV,...
Profil Paus Leo XIV, Penerus Paus Fransiskus dari Amerika Serikat
Dipantau Kim Jong-un,...
Dipantau Kim Jong-un, Korea Utara Gelar Latihan Serangan Balik Nuklir
AS Akan Bikin Bom Nuklir...
AS Akan Bikin Bom Nuklir Baru Bernama B61-13, Kekuatannya 24 Kali Lipat Bom Hiroshima
Aktivitas Sektor Jasa...
Aktivitas Sektor Jasa China Menurun di Tengah Tekanan Tarif AS
9 Fakta Unik Paus Leo...
9 Fakta Unik Paus Leo XIV yang Bikin Dunia Terbelalak
Rusia dan China Kebut...
Rusia dan China Kebut Mega Proyek Pipa Gas Baru Berjuluk Power of Siberia 2
India Kirim Drone Pembawa...
India Kirim Drone Pembawa Bom Buatan Israel ke Pakistan, WNI Diminta Tak Keluar Rumah
Terungkap! Intelijen...
Terungkap! Intelijen Pakistan Endus Rencana Serangan India
Rekomendasi
Toyota Kerja Keras Siapkan...
Toyota Kerja Keras Siapkan Teknologi Penantang Mobil Listrik China
Bantu Pedagang Kecil,...
Bantu Pedagang Kecil, Legislator Partai Perindo Jhony Kareth Bertekad Majukan UMKM Kota Sorong
Konkret Kerja Nyata,...
Konkret Kerja Nyata, Misi Dagang Inisiasi Khofifah Berikan UMKM Jatim Panen Cuan Miliaran
Berita Terkini
Israel Jatuhkan 100.000...
Israel Jatuhkan 100.000 Ton Bom di Gaza, Hapus 2.200 Keluarga
Yordania Raup Untung...
Yordania Raup Untung hingga Rp6,6 Miliar Per Bantuan Udara untuk Gaza
AS Tegaskan Tak Perlu...
AS Tegaskan Tak Perlu Izin Israel untuk Buat Kesepakatan dengan Houthi
Sosok Kolonel Sofiya...
Sosok Kolonel Sofiya Qureshi, Salah Satu Tentara Wanita India Dalang Operasi Sindoor di Pakistan
Apakah India Sekutu...
Apakah India Sekutu Israel? Simak Ulasan Lengkapnya
Adu Kuat Senjata Nuklir...
Adu Kuat Senjata Nuklir Pakistan vs India, Mana Lebih Unggul?
Infografis
Balas Dendam ke AS,...
Balas Dendam ke AS, China Naikkan Tarif Impor Jadi 125%
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved