Dipicu Kudeta Partai, Australia Punya Perdana Menteri Baru

Sabtu, 25 Agustus 2018 - 09:39 WIB
Dipicu Kudeta Partai, Australia Punya Perdana Menteri  Baru
Dipicu Kudeta Partai, Australia Punya Perdana Menteri Baru
A A A
CANBERRA - Dalam satu dekade terakhir, Australia sudah memiliki pergantian perdana menteri (PM). Alasannya sederhana, jajak pendapat yang menurun dan performa partai melemah, pemimpin partai bisa dikudeta dan otomatis terjadi pergantian PM.

PM Australia dengan mudah dikudeta oleh rekan separtainya sendiri. Tidak ada satu pun PM Australia dalam satu dekade terakhir berhasil menyelesaikan tugasnya secara penuh sebagai PM.

Itulah yang terjadi pada Malcolm Turnbull, yang menjadi PM keempat ditumbangkan kawannya separtainya sendiri. Sebelumnya, Kevin Rudd, Julia Gillard, dan Tony Abbott juga dipaksa mundur demi kemenangan partainya pada pemilu parlemen.

Perbedaan ideologi dan kepentingan para politikus di Partai Liberal menjadikan mereka kerap bertikai sehingga berakibat pada politik balas dendam. Umumnya para politikus kerap berbeda dalam isu perubahan iklim, kebijakan energi, imigrasi, dan globalisasi.

Itu mengakibatkan faksi-faksi yang saling mengincar posisi tertinggi di Partai Liberal. Pengganti Turnbull adalah Scott Morrison, yang dipilih menjadi PM baru Australia.

Morrison, menteri keuangan pada kabinet Turnbull sebelumnya, berhasil memenangkan pemilihan ketua partai dengan suara 45:40 melawan mantan Menteri Dalam Negeri Peter Dutton. Selama ini, Dutton dikenal sebagai kritikus keras Turnbull.

Turnbull sendiri tidak bersaing dalam pemilihan ketua partai tersebut. Itu karena mayoritas anggota Partai Liberal menandatangani surat yang meminta dia tidak lagi menjabat perdana menteri. Menteri Luar Negeri Julie Bishop sebenarnya juga dinominasikan kembali menduduki jabatan perdana menteri, namun gagal mencapai putaran akhir pemungutan suara.

Turnbull terus mendapatkan tekanan dari perolehan jajak pendapat yang menurun sehingga posisi partai konservatif tersebut relatif berbahaya menjadi pemilu parlemen. Selama beberapa hari terakhir, Turn bull meng hadapi tekanan akibat elektabilitas menurun dan kecaman dari sejumlah anggota parlemen dari kubu Konservatif.

Turnbull merupakan PM keempat yang dikudeta oleh rekan satu partainya dalam satu dekade terakhir. Dia mulai berkuasa pada September 2015 setelah mengalahkan Abbott dalam perebutan posisi ketua Partai Liberal. “Telah menjadi suatu keistimewaan pernah menjadi pemimpin bangsa ini. Saya cinta Aus tralia. Saya mencintai rakyat Australia,” kata Turnbull kemarin dalam konferensi, dilansir BBC .

Anggota parlemen Partai Liberal sangat khawatir dengan performa jajak pendapat tentang pemerintah yang sangat rendah. Kudeta kepemimpinan Turnbull dipicu kebijakan energi yang memicu ketegangan Turnbull yang dikenal dari kubu moderat dengan sayap konservatif di Partai Liberal. Awalnya Dutton, politikus konservatif, gagal melawan Turnbull pada Selasa (21/8) lalu dalam pemilihan pemimpin Partai Liberal dengan perolehan suara 48:35.

Kemudian, Morrison memasuki pertarungan kepemimpinan setelah Turnbull kehilangan pendukung utama. Mayoritas anggota parlemen Partai Liberal menyerukan pergantian kepemimpinan, Turnbull pun sepakat untuk mengundurkan diri.

Fokus Atasi Kekeringan

Morrison kemarin langsung dilantik. Namun, dia mengungkapkan tidak ada rencana atau komentar tentang kebijakan yang akan dilaksanakan. “Pemerintahan saya siap bertugas pekan depan,” tegasnya. Siapa Morrison? Mantan pejabat Badan Pariwisata Australia itu masuk parlemen pada 2007.

Setelah itu, dia pernah menduduki posisi menteri di kabinet. Salah satu yang mengangkat namanya adalah menteri imigrasi pada kabinet Abbott. Morrison dikenal memiliki reputasi ketegasan menerapkan kebijakan menghentikan kapal migran di lautan lepas.

Namun, dia dikritik karena kebijakan penahanan para pencari suaka. Morrison juga dikenal sebagai politikus konservatif sosialis yang memiliki pandangan moderat di Partai Liberal. Dia dikenal sebagai politikus yang ambisius dan pragmatis karena sejak lama mengincar posisi PM.

Sebagai politikus konservatif, bapak dua anak itu dikenal menentang rencana undang-undang pernikahan sesama jenis. Berbicara kepada reporter, Morrison mengungkapkan dia akan bekerja untuk mempersatukan semua elemen di Partai Liberal yang terpecah dan berkonflik pada satu pekan terakhir.

“Saya juga akan menyatukan negara ini,” katanya. Dia akan fokus pada penanganan kekeringan yang melanda Australia bagian timur. “Itu akan menjadi tugas penting yang harus ditangani segera,” papar Morrison.

Selain itu, Morrison juga menjanjikan regenerasi di Partai Liberal yang dikenal dikuasai politikus senior. “Tugas kita adalah menyiapkan kepemimpinan kepada generasi baru,” ungkapnya. Dalam pandangan Haydon Manning, profesor ilmu politik Universitas Flinders, Morrison merupakan kandidat kompromistis.

“Morrison merupakan jembatan antara sayap konservatif dan moderat di Partai Liberal,” kata Manning. Morrison, ungkap Manning, bisa menyembuhkan luka atas perpecahan koalisi pemerintahan dan menyiapkan pemerintah menyiapkan pemilu.

Kemenangan Morrison juga disambut pasar keuangan yang telah diguncang ketidakstabilan politik dalam satu pekan terakhir. “PM Morrison adalah opsi paling ramah pasar keuangan,” kata Annette Beacher, pakar strategi makro Asia-Pa sifik di TD Securities di Singapura.

Sementara itu, banyak pihak di Australia mengungkapkan kemarahan dan frustrasi dalam satu pekan terakhir melihat ketegangan politik di Negeri Kanguru. Bahkan, banyak pihak ketegangan politik selama sepekan merupakan paling kisruh dalam sejarah politik Australia.

Pada konferensi pers terakhirnya, Turnbull mengungkapkan pekan ini dipenuhi dengan “kegilaan”. Dia juga mengucapkan terima kasih kepada rekanrekan separtainya yang memilih Morrison dibandingkan Dutton. “Kita memiliki banyak hal yang harus dilakukan untuk negara ini. Kita harus bangga dan menghargainya,” katanya.

Turnbull juga menyinggung tentang ambisi personal, perpecahan faksi, dan balas dendam kepada Partai Liberal. Komentar itu mengarah juga ketika anggota partai konservatif itu menggulingkan mantan PM Tony Abbott di ruang pesta pada September 2015.

“Orang Australia sangat terkejut dengan tindakan politikusnya selama satu pekan terakhir,” katanya. Sementara itu, Dutton mengungkapkan loyalitas kepada Morrison. “Kita harus yakin untuk memenangkan pemilu,” ujarnya.

Dalam pandangan Dave Shara, mantan diplomat Australia, saat pemilu semua anggota parlemen secara fokus pada keberlangsungan elektoral mereka. “Mereka tidak memperhatikan kepentingan nasional,” tulisnya pada Sydney Morning Herald. Dia mengungkapkan bahwa jajak pendapat tetap menjadi para meter utama.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5218 seconds (0.1#10.140)