Pemimpin Muda Bergaya Diktator Ini Justru Memenangkan Pemilu Presiden El Salvador

Senin, 05 Februari 2024 - 16:17 WIB
loading...
Pemimpin Muda Bergaya...
Nayib Bukele memenangkan pemilu presiden di El Salvador dengan gaya diktator. Foto/Reuters
A A A
LONDON - Presiden Nayib Bukele meraih kemenangan besar dalam pemilu El Salvador . Itu setelah pemilih mengesampingkan kekhawatiran tentang erosi demokrasi untuk memberinya penghargaan atas tindakan keras geng yang mengubah keamanan di negara Amerika Tengah itu.

Ribuan pendukung Bukele berpakaian biru sian dan mengibarkan bendera memadati alun-alun San Salvador untuk merayakan terpilihnya kembali Bukele, yang oleh pemimpin berusia 42 tahun itu disebut sebagai "referendum" terhadap pemerintahannya.

Bukele menyatakan dirinya sebagai pemenang sebelum hasil resmi diumumkan, mengklaim telah memperoleh lebih dari 85% suara. Hasil sementara menunjukkan Bukele memenangkan 83% dukungan dengan 31% suara dihitung.

Partai Ide Baru yang dipimpinnya diperkirakan akan memenangkan hampir seluruh 60 kursi di badan legislatif, memperketat cengkeramannya di negara tersebut dan memberikan lebih banyak kekuasaan kepada Bukele, pemimpin paling berkuasa dalam sejarah modern El Salvador.

“Oposisi secara keseluruhan telah dihancurkan,” Bukele, yang berdiri bersama istrinya di balkon Istana Nasional, mengatakan kepada para pendukungnya, dilansir Reuters.



“El Salvador berubah dari (negara) yang paling tidak aman menjadi (negara) yang paling aman. Sekarang dalam lima tahun ke depan, tunggu saja apa yang akan kita lakukan,” tambah Bukele.

Keberhasilan pemilu Ide Baru berarti Bukele akan memegang kekuasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan mampu merombak konstitusi El Salvador, yang dikhawatirkan oleh lawan-lawannya akan mengakibatkan penghapusan batasan masa jabatan.

Sangat populer, Bukele telah berkampanye mengenai keberhasilan strategi keamanannya di mana pihak berwenang menangguhkan kebebasan sipil untuk menangkap lebih dari 75.000 warga Salvador tanpa tuduhan. Penahanan tersebut menyebabkan penurunan tajam tingkat pembunuhan secara nasional dan secara mendasar mengubah negara berpenduduk 6,3 juta orang yang pernah menjadi negara paling berbahaya di dunia.

Namun beberapa analis mengatakan penahanan massal terhadap 1% populasi tidak akan berkelanjutan dalam jangka panjang.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1903 seconds (0.1#10.140)