Heboh Toko Alkohol Arab Saudi: Dilarang Raja Abdulaziz, Kini Diizinkan Mohammed bin Salman
loading...
A
A
A
RIYADH - Arab Saudi bersiap membuka toko minuman beralkohol pertama di kerajaan, yang khusus melayani diplomat non-Muslim. Gebrakan ini mengakhiri larangan ketat yang diberlakukan almarhum Raja Abdulaziz Ibn Saud sejak 1952.
Kebijakan yang tidak biasa ini terjadi di era Putra Mahkota Mohammed bin Salman, putra Raja Salman yang menjadi penguasa de facto kerajaan.
Sumber kerajaan memberitahu Reuters bahwa toko tersebut akan dibuka di kawasan diplomatik ibu kota Riyadh, dan akan dibatasi secara ketat untuk non-Muslim.
Toko tersebut diperkirakan akan dibuka dalam beberapa minggu mendatang.
Sebelumnya, Kerajaan Arab Saudi telah melarang keras minuman beralkohol sejak 1952. Itu bahkan tanpa pengecualian terbatas yang dibuat oleh beberapa negara tetangga Teluk seperti Uni Emirat Arab dan Qatar.
Meskipun konsumsi alkohol secara diam-diam selalu ada di negara ini, di mana pejabat asing sering memperolehnya melalui kantong diplomatik, toko yang siap dibuka ini akan menandai penjualan legal pertama minuman beralkohol—sebuah langkah yang mungkin akan membuat marah banyak Muslim konservatif yang memandang konsumsi alkohol dilarang oleh ajaran Islam.
Langkah ini dilakukan setelah peraturan yang diumumkan pada akhir pekan oleh media lokal bertujuan untuk membatasi “pertukaran alkohol yang tidak pantas” antar-kediaman diplomatik.
Sebuah pernyataan pemerintah Arab Saudi pada hari Rabu mengatakan: "Pihak berwenang memperkenalkan kerangka peraturan baru untuk melawan perdagangan gelap barang dan produk beralkohol yang diterima oleh misi diplomatik."
“Proses baru ini akan fokus pada pengalokasian barang-barang beralkohol dalam jumlah tertentu ketika memasuki kerajaan untuk mengakhiri proses tidak diatur sebelumnya yang menyebabkan pertukaran barang-barang tersebut tidak terkendali di kerajaan," lanjut pernyataan tersebut, seperti dikutip Middle East Eye, Kamis (25/1/2024).
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman sangat ingin mendorong sejumlah reformasi sosial di kerajaan sebagai bagian dari Visi Saudi 2030 yang banyak digembar-gemborkan.
Dia membatalkan larangan mengemudi bagi perempuan pada tahun 2018 dan mengizinkan konser publik dan perluasan bioskop, bahkan ketika dia memberlakukan tindakan keras yang meluas terhadap kritikus liberal dan konservatif di kerajaan tersebut dan membungkam perbedaan pendapat.
Namun, terlepas dari rumor yang beredar, terdapat banyak penolakan dari masyarakat terhadap usulan untuk membatalkan larangan alkohol selama 72 tahun.
Larangan tahun 1952 terjadi sebagai respons atas insiden yang melibatkan Pangeran Mishari bin Abdulaziz al-Saud dan diplomat Inggris, Cyril Ousman.
Di sebuah pesta yang diselenggarakan oleh diplomat tersebut, yang saat itu menjabat sebagai wakil konsul Inggris di Jeddah, pangeran berusia 19 tahun itu menembak mati Ousman setelah dia menolak untuk memberinya lebih banyak alkohol.
Menyusul pembunuhan tersebut—yang membuat Pangeran Mishari dijatuhi hukuman penjara seumur hidup—Raja Abdulaziz Ibn Saud, pendiri negara Saudi modern, melarang semua minuman beralkohol di negara tersebut.
Orang yang dihukum karena mengonsumsi alkohol di Arab Saudi sebelumnya dapat dikenakan denda, hukuman penjara, cambuk di depan umum, dan deportasi bagi orang asing.
Kebijakan yang tidak biasa ini terjadi di era Putra Mahkota Mohammed bin Salman, putra Raja Salman yang menjadi penguasa de facto kerajaan.
Sumber kerajaan memberitahu Reuters bahwa toko tersebut akan dibuka di kawasan diplomatik ibu kota Riyadh, dan akan dibatasi secara ketat untuk non-Muslim.
Toko tersebut diperkirakan akan dibuka dalam beberapa minggu mendatang.
Sebelumnya, Kerajaan Arab Saudi telah melarang keras minuman beralkohol sejak 1952. Itu bahkan tanpa pengecualian terbatas yang dibuat oleh beberapa negara tetangga Teluk seperti Uni Emirat Arab dan Qatar.
Meskipun konsumsi alkohol secara diam-diam selalu ada di negara ini, di mana pejabat asing sering memperolehnya melalui kantong diplomatik, toko yang siap dibuka ini akan menandai penjualan legal pertama minuman beralkohol—sebuah langkah yang mungkin akan membuat marah banyak Muslim konservatif yang memandang konsumsi alkohol dilarang oleh ajaran Islam.
Langkah ini dilakukan setelah peraturan yang diumumkan pada akhir pekan oleh media lokal bertujuan untuk membatasi “pertukaran alkohol yang tidak pantas” antar-kediaman diplomatik.
Sebuah pernyataan pemerintah Arab Saudi pada hari Rabu mengatakan: "Pihak berwenang memperkenalkan kerangka peraturan baru untuk melawan perdagangan gelap barang dan produk beralkohol yang diterima oleh misi diplomatik."
“Proses baru ini akan fokus pada pengalokasian barang-barang beralkohol dalam jumlah tertentu ketika memasuki kerajaan untuk mengakhiri proses tidak diatur sebelumnya yang menyebabkan pertukaran barang-barang tersebut tidak terkendali di kerajaan," lanjut pernyataan tersebut, seperti dikutip Middle East Eye, Kamis (25/1/2024).
Awal Mula Minuman Alkohol Dilarang di Arab Saudi
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman sangat ingin mendorong sejumlah reformasi sosial di kerajaan sebagai bagian dari Visi Saudi 2030 yang banyak digembar-gemborkan.
Dia membatalkan larangan mengemudi bagi perempuan pada tahun 2018 dan mengizinkan konser publik dan perluasan bioskop, bahkan ketika dia memberlakukan tindakan keras yang meluas terhadap kritikus liberal dan konservatif di kerajaan tersebut dan membungkam perbedaan pendapat.
Namun, terlepas dari rumor yang beredar, terdapat banyak penolakan dari masyarakat terhadap usulan untuk membatalkan larangan alkohol selama 72 tahun.
Larangan tahun 1952 terjadi sebagai respons atas insiden yang melibatkan Pangeran Mishari bin Abdulaziz al-Saud dan diplomat Inggris, Cyril Ousman.
Di sebuah pesta yang diselenggarakan oleh diplomat tersebut, yang saat itu menjabat sebagai wakil konsul Inggris di Jeddah, pangeran berusia 19 tahun itu menembak mati Ousman setelah dia menolak untuk memberinya lebih banyak alkohol.
Menyusul pembunuhan tersebut—yang membuat Pangeran Mishari dijatuhi hukuman penjara seumur hidup—Raja Abdulaziz Ibn Saud, pendiri negara Saudi modern, melarang semua minuman beralkohol di negara tersebut.
Orang yang dihukum karena mengonsumsi alkohol di Arab Saudi sebelumnya dapat dikenakan denda, hukuman penjara, cambuk di depan umum, dan deportasi bagi orang asing.
(mas)