NATO Latihan Perang Besar-besaran Libatkan 90.000 Tentara, Ini Respons Rusia
loading...
A
A
A
MOSKOW - NATO telah memulai latihan perang besar-besaran bernama Steadfast Defender 2024 dengan melibatkan 90.000 tentara. Rusia merespons dengan menyebut aliansi itu telah kembali ke skema Perang Dingin.
“Latihan ini adalah elemen lain dari perang hibrida yang dilancarkan Barat melawan Rusia,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko kepada kantor berita RIA, Minggu (21/1/2024).
“Latihan sebesar ini menandai kembalinya NATO ke skema Perang Dingin yang final dan tidak dapat dibatalkan, ketika proses perencanaan militer, sumber daya dan infrastruktur sedang dipersiapkan untuk konfrontasi dengan Rusia," paparnya.
Latihan perang Steadfast Defender 2024 akan berlangsung hingga akhir Mei dan melibatkan unit-unit dari seluruh 31 negara anggota NATO (Organisasi Perjanjian Atlantik Utara) ditambah calon anggota baru; Swedia.
"Aliansi akan menunjukkan kemampuannya untuk memperkuat kawasan Euro-Atlantik melalui pergerakan kekuatan transatlantik dari Amerika Utara,” kata Panglima Tertinggi Sekutu NATO Eropa Jenderal Christopher Cavoli di Brussels pada Kamis lalu.
Menurut jenderal Amerika Serikat tersebut, manuver besar-besaran NATO ini terdiri dari serangkaian latihan individu yang lebih kecil, berlangsung dari Amerika Utara hingga sisi timur NATO, dekat perbatasan Rusia.
Ini akan melibatkan 50 kapal Angkatan Laut, 80 pesawat dan lebih dari 1.100 kendaraan tempur. Lebih lanjut, manuver ini—yang terbesar sejak latihan Reforger tahun 1988 selama Perang Dingin—terjadi ketika NATO merombak pertahanannya dalam menghadapi perang Rusia melawan Ukraina.
Aliansi pimpinan AS itu telah mengirimkan ribuan tentara ke sisi timurnya dan menyusun rencana paling luas sejak runtuhnya Uni Soviet untuk melindungi diri dari serangan Rusia.
Laksamana Rob Bauer, ketua komite militer NATO, mengatakan skala latihan tersebut merupakan demonstrasi kesiapan baru aliansi.
“Itu adalah rekor jumlah pasukan yang dapat kami bawa dan lakukan latihan dalam jumlah tersebut, di seluruh aliansi, melintasi lautan, dari AS hingga Eropa,” katanya.
Bauer juga memperingatkan bahwa masyarakat sipil di negara-negara anggota NATO perlu lebih mempersiapkan diri menghadapi potensi perang di masa depan dengan Rusia.
“Kita harus menyadari bahwa kita tidak bisa hidup dalam damai dan itulah sebabnya kita punya rencana, itulah sebabnya kita bersiap menghadapi konflik,” katanya.
“Kami tidak mencari konflik apa pun, namun jika mereka menyerang kami, kami harus siap.”
Komandan senior NATO itu mengatakan bahwa kekuatan darat Rusia telah terdegradasi parah akibat perang di Ukraina, namun Angkatan Laut dan Angkatan Udara-nya masih memiliki kekuatan yang cukup besar.
Menurutnya, upaya Moskow untuk menyusun kembali pasukannya terhambat oleh dampak sanksi Barat.
Namun Kremlin masih berhasil meningkatkan produksi artileri dan rudal.
Terkait Ukraina, Bauer mengatakan meskipun pertempuran sengit masih terjadi, garis depan "tidak banyak bergerak".
“Meskipun serangan-serangan terbaru Rusia sangat menghancurkan, serangan-serangan tersebut tidak efektif secara militer,” katanya, seraya menyerukan para pendukung Ukraina untuk tidak “terlalu pesimistis” terhadap prospek Kyiv tahun ini.
“Latihan ini adalah elemen lain dari perang hibrida yang dilancarkan Barat melawan Rusia,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko kepada kantor berita RIA, Minggu (21/1/2024).
“Latihan sebesar ini menandai kembalinya NATO ke skema Perang Dingin yang final dan tidak dapat dibatalkan, ketika proses perencanaan militer, sumber daya dan infrastruktur sedang dipersiapkan untuk konfrontasi dengan Rusia," paparnya.
Latihan perang Steadfast Defender 2024 akan berlangsung hingga akhir Mei dan melibatkan unit-unit dari seluruh 31 negara anggota NATO (Organisasi Perjanjian Atlantik Utara) ditambah calon anggota baru; Swedia.
"Aliansi akan menunjukkan kemampuannya untuk memperkuat kawasan Euro-Atlantik melalui pergerakan kekuatan transatlantik dari Amerika Utara,” kata Panglima Tertinggi Sekutu NATO Eropa Jenderal Christopher Cavoli di Brussels pada Kamis lalu.
Menurut jenderal Amerika Serikat tersebut, manuver besar-besaran NATO ini terdiri dari serangkaian latihan individu yang lebih kecil, berlangsung dari Amerika Utara hingga sisi timur NATO, dekat perbatasan Rusia.
Ini akan melibatkan 50 kapal Angkatan Laut, 80 pesawat dan lebih dari 1.100 kendaraan tempur. Lebih lanjut, manuver ini—yang terbesar sejak latihan Reforger tahun 1988 selama Perang Dingin—terjadi ketika NATO merombak pertahanannya dalam menghadapi perang Rusia melawan Ukraina.
Aliansi pimpinan AS itu telah mengirimkan ribuan tentara ke sisi timurnya dan menyusun rencana paling luas sejak runtuhnya Uni Soviet untuk melindungi diri dari serangan Rusia.
Laksamana Rob Bauer, ketua komite militer NATO, mengatakan skala latihan tersebut merupakan demonstrasi kesiapan baru aliansi.
“Itu adalah rekor jumlah pasukan yang dapat kami bawa dan lakukan latihan dalam jumlah tersebut, di seluruh aliansi, melintasi lautan, dari AS hingga Eropa,” katanya.
Bauer juga memperingatkan bahwa masyarakat sipil di negara-negara anggota NATO perlu lebih mempersiapkan diri menghadapi potensi perang di masa depan dengan Rusia.
“Kita harus menyadari bahwa kita tidak bisa hidup dalam damai dan itulah sebabnya kita punya rencana, itulah sebabnya kita bersiap menghadapi konflik,” katanya.
“Kami tidak mencari konflik apa pun, namun jika mereka menyerang kami, kami harus siap.”
Komandan senior NATO itu mengatakan bahwa kekuatan darat Rusia telah terdegradasi parah akibat perang di Ukraina, namun Angkatan Laut dan Angkatan Udara-nya masih memiliki kekuatan yang cukup besar.
Menurutnya, upaya Moskow untuk menyusun kembali pasukannya terhambat oleh dampak sanksi Barat.
Namun Kremlin masih berhasil meningkatkan produksi artileri dan rudal.
Terkait Ukraina, Bauer mengatakan meskipun pertempuran sengit masih terjadi, garis depan "tidak banyak bergerak".
“Meskipun serangan-serangan terbaru Rusia sangat menghancurkan, serangan-serangan tersebut tidak efektif secara militer,” katanya, seraya menyerukan para pendukung Ukraina untuk tidak “terlalu pesimistis” terhadap prospek Kyiv tahun ini.
(mas)