Pemimpin NATO: Bersiaplah Perang Lawan Rusia

Sabtu, 20 Januari 2024 - 08:54 WIB
loading...
Pemimpin NATO: Bersiaplah...
Pasukan AS mengikuti latihan bersama NATO di Romania, 31 Maret 2023. Foto/AP
A A A
BRUSSEL - Blok NATO harus bersiap menghadapi konflik besar dengan Rusia, yang memerlukan mobilisasi massal warga sipil serta perluasan produksi industri yang cepat untuk mempertahankan upaya perang.

Ketua Komite Militer NATO Laksamana Belanda Rob Bauer memperingatkan hal itu setelah pertemuan para kepala pertahanan NATO di Brussels pada Kamis (18/1/2024).

Dia mendesak blok tersebut bersiap menghadapi konflik besar dengan Moskow dalam 20 tahun ke depan.

“Kita harus menyadari bahwa kita tidak bisa hidup dalam damai. Dan itulah mengapa kita bersiap menghadapi konflik dengan Rusia,” ujar Bauer.

Dia menegaskan, “Itu dimulai dari sana. Kesadaran bahwa tidak semuanya dapat direncanakan dan tidak semuanya akan menjadi hal yang menarik dalam 20 tahun ke depan.”

Pejabat tersebut memperingatkan potensi konflik akan memerlukan upaya terfokus tidak hanya dari militer NATO itu sendiri tetapi juga dari industri dan warga sipil di negara-negara anggota.

“Anda harus bisa kembali ke basis industri yang mampu memproduksi senjata dan amunisi dengan cukup cepat agar konflik bisa berlanjut jika Anda berada di dalamnya,” tegas dia.

Dia menekankan, “Kita harus lebih siap di seluruh spektrum. Anda harus memiliki sistem untuk menemukan lebih banyak orang jika terjadi perang, baik itu terjadi atau tidak. Kemudian Anda berbicara tentang mobilisasi, cadangan, atau wajib militer.”



Pernyataan Bauer muncul di tengah serangkaian peringatan dari negara-negara anggota NATO mengenai dugaan konflik yang akan segera terjadi antara blok pimpinan Amerika Serikat (AS) dan Rusia.

Awal pekan ini, misalnya, Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas mengklaim aliansi tersebut hanya memiliki waktu tiga hingga lima tahun untuk bersiap menghadapi kemungkinan konfrontasi langsung.

Berbicara kepada The Times, Kallas memperingatkan, “Jangka waktunya sangat bergantung pada bagaimana kita mengelola persatuan dan menjaga sikap kita terhadap Ukraina.”

“Yang diinginkan Rusia adalah jeda, dan jeda ini adalah mengumpulkan sumber daya dan kekuatannya. Kelemahan memprovokasi agresor, maka kelemahan memprovokasi Rusia,” papar dia.

Pandangan serupa disampaikan Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps yang meramalkan konflik berskala lebih besar antara negara-negara Barat dan Rusia, China, Iran, dan Korea Utara akan terjadi dalam waktu lima tahun.

Menteri tersebut mendesak negara-negara sekutu meningkatkan belanja pertahanan mereka, dan menegaskan Barat kini menghadapi “ancaman nyata” dari negara-negara yang disebutkan di atas.
(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1741 seconds (0.1#10.140)