PM Israel Netanyahu Melawan Seruan AS soal Pembentukan Negara Palestina
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu secara terbuka menentang seruan Amerika Serikat (AS) untuk meredakan permusuhan di Gaza dan mendukung pembentukan Negara Palestina.
AS, dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, mendorong solusi dua negara, dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken berpendapat bahwa jalan Israel menuju “keamanan sejati” terletak pada pembentukan Negara Palestina.
Namun Netanyahu menentang gagasan tersebut. “Israel harus mempertahankan kendali keamanan atas seluruh wilayah di sebelah barat Sungai Yordan,” katanya dalam konferensi pers di Tel Aviv pada Kamis, yang dilansir BBC, Jumat (19/1/2024) . “Untuk memastikan tidak ada teror yang dilancarkan terhadap rakyat Israel,” ujarnya.
Baca Juga: Pangeran Arab Saudi: Kerajaan Akan Akui Negara Israel Jika....
“Kami tidak akan puas dengan kemenangan mutlak [dalam perang di Gaza]. Hal ini bertentangan dengan gagasan kedaulatan [Palestina]. Apa yang bisa kita lakukan?" paparnya.
“Saya telah menjelaskan kebenaran ini kepada teman-teman Amerika kami, dan saya menghentikan upaya untuk memaksa kami melakukan kenyataan yang akan membahayakan Negara Israel.”
Namun, Washington yakin tidak ada cara untuk menyelesaikan masalah jangka panjang dan pendek Israel dan Gaza tanpa pembentukan Negara Palestina. Demikian disampaikan juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller.
Selama kunjungan Blinken ke Timur Tengah pekan lalu, delegasi AS diduga mencapai kesepakatan dengan beberapa pemimpin Arab untuk berpartisipasi dalam pembangunan kembali Gaza, dengan syarat Israel bergerak maju dengan solusi dua negara untuk Palestina.
“Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Anda melihat negara-negara di kawasan ini siap untuk mengambil langkah maju dan berintegrasi lebih jauh dengan Israel serta memberikan jaminan keamanan nyata kepada Israel dan Amerika Serikat juga siap memainkan perannya, tapi mereka semua harus mempunyai mitra yang bersedia di sisi lain,” lanjut Miller, seraya menyebut hal ini sebagai “peluang bersejarah” bagi Israel.
Perang Israel di Gaza telah menuai kecaman dari negara-negara Arab di sekitarnya, serta komunitas internasional yang lebih luas, karena jumlah korban tewas di kalangan warga Palestina mendekati 25.000 orang.
Perang Israel-Hamas telah menyebabkan kerusakan yang luas pada infrastruktur sipil di Gaza dan membuat lebih dari 80% dari 2,3 juta penduduk wilayah kantong tersebut mengungsi sejak pertempuran pecah pada 7 Oktober 2023.
Perang dimulai setelah kelompok Hamas menyerang Israel pada hari itu, menewaskan lebih dari 1.139 orang dan menyandera lebih dari 200 orang. Menurut sumber-sumber Israel, lebih dari 130 sandera masih ditawan.
AS, dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, mendorong solusi dua negara, dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken berpendapat bahwa jalan Israel menuju “keamanan sejati” terletak pada pembentukan Negara Palestina.
Namun Netanyahu menentang gagasan tersebut. “Israel harus mempertahankan kendali keamanan atas seluruh wilayah di sebelah barat Sungai Yordan,” katanya dalam konferensi pers di Tel Aviv pada Kamis, yang dilansir BBC, Jumat (19/1/2024) . “Untuk memastikan tidak ada teror yang dilancarkan terhadap rakyat Israel,” ujarnya.
Baca Juga: Pangeran Arab Saudi: Kerajaan Akan Akui Negara Israel Jika....
“Kami tidak akan puas dengan kemenangan mutlak [dalam perang di Gaza]. Hal ini bertentangan dengan gagasan kedaulatan [Palestina]. Apa yang bisa kita lakukan?" paparnya.
“Saya telah menjelaskan kebenaran ini kepada teman-teman Amerika kami, dan saya menghentikan upaya untuk memaksa kami melakukan kenyataan yang akan membahayakan Negara Israel.”
Namun, Washington yakin tidak ada cara untuk menyelesaikan masalah jangka panjang dan pendek Israel dan Gaza tanpa pembentukan Negara Palestina. Demikian disampaikan juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller.
Selama kunjungan Blinken ke Timur Tengah pekan lalu, delegasi AS diduga mencapai kesepakatan dengan beberapa pemimpin Arab untuk berpartisipasi dalam pembangunan kembali Gaza, dengan syarat Israel bergerak maju dengan solusi dua negara untuk Palestina.
“Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Anda melihat negara-negara di kawasan ini siap untuk mengambil langkah maju dan berintegrasi lebih jauh dengan Israel serta memberikan jaminan keamanan nyata kepada Israel dan Amerika Serikat juga siap memainkan perannya, tapi mereka semua harus mempunyai mitra yang bersedia di sisi lain,” lanjut Miller, seraya menyebut hal ini sebagai “peluang bersejarah” bagi Israel.
Perang Israel di Gaza telah menuai kecaman dari negara-negara Arab di sekitarnya, serta komunitas internasional yang lebih luas, karena jumlah korban tewas di kalangan warga Palestina mendekati 25.000 orang.
Perang Israel-Hamas telah menyebabkan kerusakan yang luas pada infrastruktur sipil di Gaza dan membuat lebih dari 80% dari 2,3 juta penduduk wilayah kantong tersebut mengungsi sejak pertempuran pecah pada 7 Oktober 2023.
Perang dimulai setelah kelompok Hamas menyerang Israel pada hari itu, menewaskan lebih dari 1.139 orang dan menyandera lebih dari 200 orang. Menurut sumber-sumber Israel, lebih dari 130 sandera masih ditawan.
(mas)