Mampukah PM Muda Prancis yang Gay dan Anti-Islam Menghidupkan Kembali Pemerintahan Macron?

Sabtu, 13 Januari 2024 - 19:19 WIB
loading...
A A A
Seperti Macron, Attal muncul dari kalangan kiri-tengah politik Prancis, namun selama masa jabatan singkatnya sebagai menteri pendidikan, ia tampaknya menarik pemilih sayap kanan dengan rencana untuk memperkenalkan seragam dan dengan keputusan cepat untuk membela tradisi sekuler Prancis dengan melarang pakaian muslim "abaya" di sekolah.

“Ini adalah langkah yang menarik – memilih seseorang dari sayap kiri yang lebih populer di kalangan sayap kanan dan yang mampu berbicara banyak tentang hukum dan ketertiban. Hal ini kembali ke nilai-nilai inti Macronisme, yaitu datang dari sayap kiri dan mampu untuk berbicara dengan sayap kanan,” kata Antoine Bristielle, analis politik di Jean-Jaures Foundation di Paris.

4. Menyerahkan Estafet Kepemimpinan Macron

Mampukah PM Muda Prancis yang Gay dan Anti-Islam Menghidupkan Kembali Pemerintahan Macron?

Foto/Reuters

Namun meski keputusan Macron yang tiba-tiba memilih perdana menteri yang populer dan berjiwa muda mungkin telah mengalihkan perhatian masyarakat dari perjuangan pemerintahannya yang lebih luas, periode bulan madu mungkin tidak akan bertahan lama.

"Ini bisa jadi sebuah kisah cinta yang singkat. Mungkin bisa membantu [Presiden Macron] untuk memulai kembali mandat masa jabatannya yang kedua. Tapi kita akan lihat apa yang terjadi setelah pemilu Eropa… ketika Macron masih belum memiliki mayoritas di Majelis Nasional. Selebihnya masa jabatannya sebagai presiden masih akan rumit baginya," kata Bristielle. Masa jabatan kedua Macron sebagai presiden akan berakhir pada tahun 2027.

5. Disambut Pesimisme dari Kubu Oposisi

Sementara itu, oposisi sayap kanan National Rally (RN) dengan gencar mempromosikan “anak jagoan” mereka sendiri – presiden partai tersebut, Jordan Bardella. Dia baru berusia 28 tahun dan disebut-sebut sebagai calon perdana menteri jika Marine Le Pen dari RN memenangkan kursi kepresidenan pada tahun 2027. Jauh sebelum itu, para pejabat RN bersikeras, kegembiraan tentang perdana menteri Prancis yang muda dan gay, akan sudah ada sejak lama.

"Sekarang dia adalah perdana menteri, orang-orang akan tidak menyukai apa yang dia lakukan. Pada akhirnya, dia seperti Emmanuel Macron, jadi sejujurnya, saya rasa kita tidak takut padanya," kata Melina Bravo, 24, yang bekerja di bagian komunikasi RN.
(ahm)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1199 seconds (0.1#10.140)