China Tangkap Mata-Mata MI6, Diduga Balas Inggris dan Negara Barat
loading...
A
A
A
LONDON - Tindakan China menangkap terhadap seorang pria yang diduga bekerja sebagai mata-mata MI6 diduga merupakan tindakan pembalasan. Demikian disampaikan para analis.
Kasus tersebut, yang diumumkan pada Senin lalu oleh Kementerian Keamanan Negara China, terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran vokal di Inggris terhadap Beijing dan ancaman keamanan yang ditimbulkan negara komunis tersebut.
Itu juga menyusul penangkapan seorang peneliti Parlemen Inggris tahun lalu karena dicurigai menjadi mata-mata China.
Menurut sebuah unggahan pada Senin lalu di akun media sosial WeChat resmi Kementerian Keamanan Negara China, badan intelijen MI6 Inggris merekrut seorang pria bermarga Huang pada tahun 2015. Sejak direkrut, dia telah memberikan 17 informasi intelijen dan merekrut personel untuk badan tersebut dengan menggunakan peralatan mata-mata yang disediakan oleh pemerintah Inggris.
Mengutip dari VoA News pada Kamis (11/1/2024), pihak berwenang China tidak mengungkapkan kewarganegaraan atau jenis kelamin Huang, tetapi mengatakan bahwa terduga mata-mata tersebut berasal dari "negara ketiga" yang tidak disebutkan namanya dan menjalani perekrutan dan pelatihan di Inggris serta lokasi lainnya. Mereka juga mengatakan orang tersebut bekerja dengan menyamar sebagai konsultan luar negeri.
Kementerian tidak memberikan bukti yang mendukung klaim tersebut atau mengungkapkan kondisi atau keberadaan Huang saat ini. Namun disebutkan bahwa pihak keamanan negara segera melaporkan dan mengatur kunjungan konsuler, melindungi hak sah Huang sesuai dengan hukum.
Ketika dihubungi oleh VoA, Kementerian Luar Negeri Inggris pada Selasa kemarin menjawab: "Sudah menjadi kebijakan lama kami untuk tidak mengonfirmasi atau menyangkal klaim yang berkaitan dengan masalah intelijen."
Peter Humphrey, mantan jurnalis yang kemudian bekerja selama lebih dari satu dekade sebagai penyelidik penipuan di perusahaan-perusahaan Barat di China, mengatakan bahwa kasus ini tampak seperti "lelucon belaka”.
"Pertama, saya pikir ini adalah kelanjutan dari serangan Beijing terhadap konsultan Barat. Kedua, saya pikir Beijing sedang mencoba menemukan kasus untuk membalas kita karena kita telah menangkap basah mereka melakukan hal-hal di Inggris, Amerika, Belgia, dan lain-lain," ucap Humphrey kepada VoA dalam wawancara telepon. "Beijing sangat mencari kasus untuk dibalas kepada kami," sambungnya.
Kasus tersebut, yang diumumkan pada Senin lalu oleh Kementerian Keamanan Negara China, terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran vokal di Inggris terhadap Beijing dan ancaman keamanan yang ditimbulkan negara komunis tersebut.
Itu juga menyusul penangkapan seorang peneliti Parlemen Inggris tahun lalu karena dicurigai menjadi mata-mata China.
Menurut sebuah unggahan pada Senin lalu di akun media sosial WeChat resmi Kementerian Keamanan Negara China, badan intelijen MI6 Inggris merekrut seorang pria bermarga Huang pada tahun 2015. Sejak direkrut, dia telah memberikan 17 informasi intelijen dan merekrut personel untuk badan tersebut dengan menggunakan peralatan mata-mata yang disediakan oleh pemerintah Inggris.
Baca Juga
Mengutip dari VoA News pada Kamis (11/1/2024), pihak berwenang China tidak mengungkapkan kewarganegaraan atau jenis kelamin Huang, tetapi mengatakan bahwa terduga mata-mata tersebut berasal dari "negara ketiga" yang tidak disebutkan namanya dan menjalani perekrutan dan pelatihan di Inggris serta lokasi lainnya. Mereka juga mengatakan orang tersebut bekerja dengan menyamar sebagai konsultan luar negeri.
Kementerian tidak memberikan bukti yang mendukung klaim tersebut atau mengungkapkan kondisi atau keberadaan Huang saat ini. Namun disebutkan bahwa pihak keamanan negara segera melaporkan dan mengatur kunjungan konsuler, melindungi hak sah Huang sesuai dengan hukum.
Ketika dihubungi oleh VoA, Kementerian Luar Negeri Inggris pada Selasa kemarin menjawab: "Sudah menjadi kebijakan lama kami untuk tidak mengonfirmasi atau menyangkal klaim yang berkaitan dengan masalah intelijen."
Peter Humphrey, mantan jurnalis yang kemudian bekerja selama lebih dari satu dekade sebagai penyelidik penipuan di perusahaan-perusahaan Barat di China, mengatakan bahwa kasus ini tampak seperti "lelucon belaka”.
"Pertama, saya pikir ini adalah kelanjutan dari serangan Beijing terhadap konsultan Barat. Kedua, saya pikir Beijing sedang mencoba menemukan kasus untuk membalas kita karena kita telah menangkap basah mereka melakukan hal-hal di Inggris, Amerika, Belgia, dan lain-lain," ucap Humphrey kepada VoA dalam wawancara telepon. "Beijing sangat mencari kasus untuk dibalas kepada kami," sambungnya.