1.600 Tentara Israel Menderita Stres akibat Perang Melawan Hamas di Gaza
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Sekitar 1.600 tentara Israel menderita gejala stres akibat perang melawan Hamas di Jalur Gaza, Palestina. Data ini diungkap situs berita setempat, Walla, pada hari Selasa (2/1/2024).
Laporan itu muncul ketika sistem kesehatan mental Israel sedang menghadapi kehancuran.
Gara-gara menderita stres, sekitar 250 tentara terpaksa diberhentikan dari dinas.
"Gejala reaksi stres pertempuran telah muncul pada setidaknya 1.600 tentara Israel sejak dimulainya operasi darat di Jalur Gaza sekitardua bulan lalu," bunyi laporan Walla, yang dilansir PalestineChronicle, Rabu (3/1/2024).
"Gejalanya dapat muncul selama atau setelah aktivitas, dan tentara dapat merasakan, antara lain, detak jantung yang cepat, berkeringat,peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba, tubuh gemetar yang tidak terkendali, kebingungan, dan ketidakmampuan untuk bergerak," lanjut laporan tersebut.
"Jika gejala tersebut berlanjut selama lebih dari empat minggu, kondisi prajurit tersebut dapat memburuk menjadi gangguan stres pasca-trauma yang parah," sambung laporan Walla.
"Sekitar 250 tentara diberhentikan dari dinas karena gejala reaksi stres tempur yang terus-menerus.”
Selain kondisi buruk yang diderita ribuan tentara Israel, permintaan akan layanan kesehatan mental telah meningkat karena perang Gaza dansistem tersebut menghadapi kehancuran, menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh surat kabar Haaretz.
Menurut Haaretz, situasi ini menjadi lebih buruk lagi karena puluhan psikiater yang bekerja di sistem kesehatan mental masyarakat Israelbaru-baru ini berangkat ke Inggris.
"Sistem ini kekurangan sekitar 400 psikiater," kata Dr ShmuelHirschmann, Ketua Forum Direktur Pusat Kesehatan Mental.
Laporan itu muncul ketika sistem kesehatan mental Israel sedang menghadapi kehancuran.
Gara-gara menderita stres, sekitar 250 tentara terpaksa diberhentikan dari dinas.
"Gejala reaksi stres pertempuran telah muncul pada setidaknya 1.600 tentara Israel sejak dimulainya operasi darat di Jalur Gaza sekitardua bulan lalu," bunyi laporan Walla, yang dilansir PalestineChronicle, Rabu (3/1/2024).
"Gejalanya dapat muncul selama atau setelah aktivitas, dan tentara dapat merasakan, antara lain, detak jantung yang cepat, berkeringat,peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba, tubuh gemetar yang tidak terkendali, kebingungan, dan ketidakmampuan untuk bergerak," lanjut laporan tersebut.
"Jika gejala tersebut berlanjut selama lebih dari empat minggu, kondisi prajurit tersebut dapat memburuk menjadi gangguan stres pasca-trauma yang parah," sambung laporan Walla.
"Sekitar 250 tentara diberhentikan dari dinas karena gejala reaksi stres tempur yang terus-menerus.”
Selain kondisi buruk yang diderita ribuan tentara Israel, permintaan akan layanan kesehatan mental telah meningkat karena perang Gaza dansistem tersebut menghadapi kehancuran, menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh surat kabar Haaretz.
Menurut Haaretz, situasi ini menjadi lebih buruk lagi karena puluhan psikiater yang bekerja di sistem kesehatan mental masyarakat Israelbaru-baru ini berangkat ke Inggris.
"Sistem ini kekurangan sekitar 400 psikiater," kata Dr ShmuelHirschmann, Ketua Forum Direktur Pusat Kesehatan Mental.