8 Alasan 2023 Jadi Tahun yang Sulit bagi Barat

Sabtu, 30 Desember 2023 - 22:22 WIB
loading...
A A A
Bagi Ukraina dan negara-negara Barat, hampir semua metriknya mengarah ke arah yang salah. Ukraina sangat kekurangan amunisi dan tentara. Kongres menunda upaya Gedung Putih untuk mendorong paket dukungan militer senilai $60 miliar. Hongaria menahan paket bantuan UE sebesar 50 euro miliar.

Salah satu atau keduanya pada akhirnya bisa lolos, tapi itu mungkin sudah terlambat. Pasukan Ukraina sudah harus beralih ke pertahanan. Sementara itu, Moskow telah menempatkan perekonomiannya pada landasan perang, menghabiskan sepertiga anggaran nasionalnya untuk pertahanan sambil mengerahkan ribuan tentara dan ribuan peluru artileri ke garis depan Ukraina.

Tentu saja situasi ini sangat mengecewakan bagi Ukraina, yang pada saat ini berharap dapat mengubah gelombang perang menjadi menguntungkannya. Namun mengapa hal ini penting bagi Barat?

Hal ini penting karena Presiden Putin, yang secara pribadi memerintahkan invasi ini hampir dua tahun lalu, hanya perlu mempertahankan wilayah yang telah ia rebut (kira-kira 18% wilayah Ukraina) untuk menyatakan kemenangan.

NATO telah mengosongkan persenjataannya dan melakukan segalanya kecuali berperang demi mendukung sekutunya, Ukraina. Semua berpotensi berakhir dengan kegagalan yang memalukan untuk membalikkan invasi Rusia. Sementara itu, negara-negara Baltik – Estonia, Latvia dan Lithuania, semuanya anggota NATO – yakin bahwa jika Putin berhasil di Ukraina, ia akan datang menggantikan mereka dalam waktu lima tahun.


2. Vladimir Putin

Presiden Rusia adalah orang yang dicari. Secara teori.

Pada bulan Maret 2023, ia didakwa oleh Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag, bersama dengan Komisaris Hak Anak, atas kejahatan perang yang dilakukan terhadap anak-anak Ukraina.

Melansir BBc, negara-negara Barat berharap hal ini akan membuatnya menjadi paria internasional dan mengurungnya di negaranya sendiri, tidak dapat melakukan perjalanan karena takut ditangkap dan dideportasi ke Den Haag. Itu belum terjadi.

Sejak dakwaan tersebut, Presiden Putin telah berkunjung ke Kyrgyzstan, Tiongkok, UEA, dan Arab Saudi, mendapat sambutan di karpet merah.

Sanksi Uni Eropa yang berulang kali seharusnya membuat perekonomian Rusia terpuruk dan memaksa Putin untuk membatalkan invasinya. Namun Rusia telah terbukti sangat tangguh terhadap sanksi-sanksi ini, dengan membeli banyak produk melalui negara lain seperti Tiongkok dan Kazakhstan. Memang benar bahwa negara-negara Barat sudah tidak lagi bergantung pada minyak dan gas Rusia, namun Moskow telah menemukan pelanggan lain yang bersedia, meskipun dengan harga yang lebih murah.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0869 seconds (0.1#10.140)