Memo Nunes Dirilis, 'Aib' FBI terhadap Rusia Terbongkar
A
A
A
WASHINGTON - Komite Intelijen Parlemen Amerika Serikat (AS) merilis memo yang membongkar penyalahgunaan pengawasan FBI dalam menyelidiki Rusia atas dugaan ikut campur pemilihan presiden 2016. Memo yang disiapkan politisi Devin Nunes itu dirilis dengan persetujuan Presiden Donald Trump.
Memo dirilis pada hari Jumat terjadi di tengah seruan penegakan hukum nasional. Dokumen yang kemudian dikenal sebagai “Memo Nunes” itu berpotensi membuat Biro Investigasi Federal (FBI) AS malu.
”Sudah jelas bahwa pejabat tinggi menggunakan informasi yang tidak terverifikasi dalam dokumen pengadilan untuk mengajukan penyelidikan kontra intelijen selama kampanye politik Amerika,” kata Nunes dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters, Sabtu (3/2/2018).
Dokumen tersebut menyatakan, FBI dan Departemen Kehakiman memperoleh surat perintah untuk memantau Carter Page, mantan penasihat kebijakan luar negeri untuk Trump selama kampanye pemilihan presiden 2016. Perintah itu berdasarkan informasi dari berkas yang disengketakan mengenai Trump yang disusun oleh seorang mantan mata-mata Inggris.
”Saya pikir ini memalukan atas apa yang terjadi di negara kita. Banyak orang harus malu terhadap diri mereka sendiri dan jauh lebih buruk dari itu,” kata presiden Trump kepada wartawan di Oval Office pada hari Jumat.
Demokrat Sebut Menyesatkan
Rilis memo tersebut muncul saat presiden dan anggota Partai Republik mengintensifkan konflik dengan FBI.
Kubu Partai Demokrat menyebut memo tersebut menyesatkan dan tidak akurat.
Anggota Kongres dari Partai Demokrat, Adam Schiff, yang juga duduk di Komite Intelijen Parlemen AS mengkritik memo itu melalui Twitter.
”Tidak, Presiden lebih buruk dari itu. Pemimpin terpilih tertinggi di negara ini telah sepakat untuk secara selektif dan salah melepaskan informasi rahasia untuk menyerang FBI, itulah yang akan terjadi. Tak terpikirkan beberapa waktu yang lalu,” tulis dia.
Perseteruan antara FBI dan Gedung Putih, peristiwa yang tidak biasa dalam politik AS, dimulai pada musim panas yang lalu.
Trump memecat Direktur FBI James Comey pada bulan Mei. Presiden Trump mengutip keprihatinan atas penanganan FBI dalam penyelidikan terhadap server email Hillary Clinton, lawan Trump dalam pemilihan presiden 2016.
Memo dirilis pada hari Jumat terjadi di tengah seruan penegakan hukum nasional. Dokumen yang kemudian dikenal sebagai “Memo Nunes” itu berpotensi membuat Biro Investigasi Federal (FBI) AS malu.
”Sudah jelas bahwa pejabat tinggi menggunakan informasi yang tidak terverifikasi dalam dokumen pengadilan untuk mengajukan penyelidikan kontra intelijen selama kampanye politik Amerika,” kata Nunes dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters, Sabtu (3/2/2018).
Dokumen tersebut menyatakan, FBI dan Departemen Kehakiman memperoleh surat perintah untuk memantau Carter Page, mantan penasihat kebijakan luar negeri untuk Trump selama kampanye pemilihan presiden 2016. Perintah itu berdasarkan informasi dari berkas yang disengketakan mengenai Trump yang disusun oleh seorang mantan mata-mata Inggris.
”Saya pikir ini memalukan atas apa yang terjadi di negara kita. Banyak orang harus malu terhadap diri mereka sendiri dan jauh lebih buruk dari itu,” kata presiden Trump kepada wartawan di Oval Office pada hari Jumat.
Demokrat Sebut Menyesatkan
Rilis memo tersebut muncul saat presiden dan anggota Partai Republik mengintensifkan konflik dengan FBI.
Kubu Partai Demokrat menyebut memo tersebut menyesatkan dan tidak akurat.
Anggota Kongres dari Partai Demokrat, Adam Schiff, yang juga duduk di Komite Intelijen Parlemen AS mengkritik memo itu melalui Twitter.
”Tidak, Presiden lebih buruk dari itu. Pemimpin terpilih tertinggi di negara ini telah sepakat untuk secara selektif dan salah melepaskan informasi rahasia untuk menyerang FBI, itulah yang akan terjadi. Tak terpikirkan beberapa waktu yang lalu,” tulis dia.
Perseteruan antara FBI dan Gedung Putih, peristiwa yang tidak biasa dalam politik AS, dimulai pada musim panas yang lalu.
Trump memecat Direktur FBI James Comey pada bulan Mei. Presiden Trump mengutip keprihatinan atas penanganan FBI dalam penyelidikan terhadap server email Hillary Clinton, lawan Trump dalam pemilihan presiden 2016.
(mas)